Mebel Indonesia Baru Kuasai 1% Pasar Global

NERACA

Jakarta – Industri mabel Indonesia tengah mengalami pertumbuhan yang cukup bagus dan nilai ekspor pun ikut meningkat signifikan. Namun sayangnya, peran industri mabel Indonesia di kancah global baru mencapai 1% dari porsi pasar global yang mencapai US$440 miliar di tahun 2013. Sejauh ini, Tiongkok masih memimpin pasar mable dunia dengan porsi mencapai 31%. Hal tersebut seperti diungkapkan Deputi Kementerian Perekonomian bidang Perniagaan dan Kewirausahaan Edy Putra Irawadi di Jakarta, Rabu (17/9).

Edy memaparkan, untuk di dalam negeri terdapat 4 juta orang yang bergantung hidup dan mempunyai penghasilan dari industri mabel. Dan dia memperkirakan devisa dari ekspor baru mencapai US$ 1,779 miliar di tahun 2013. Jumlah tersebut, lanjut dia, 50 persennya berasal dari ekspor kayu dan produk kayu Indonesia. “Maka industri mebel dan kerajinan termasuk salah satu dari 10 prioritas produk ekspor yang bisa diandalkan guna pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” jelasnya.

Pemerintah mendukung Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) untuk dapat melakukan ekspor komoditi produk tersebut, lebih dari 2% ke pasar global dengan nilai mencapai US$ 10 miliar. “Itu merupakan target dalam 5 tahun ke depan. Kemudian dalam 10 tahun ke depan Indonesia ditargetkan mampu memasok 5 persen pasar mebel dunia,” katanya.

Edi juga menyebutkan beberapa kendala yang menghambat industri mebel nasional. Hambatan itu ada yang berasal dari dalam dan luar negeri. “Di luar negeri, mebel kita menjadi incaran pesaing dengan diisukan merusak hutan dan memakai bahan baku yang mengganggu kesehatan,” kata Edi. Dia mengatakan, isu itu bertujuan agar Indonesia kehilangan pasar ekspor mebel, terutama Amerika Serikat.

Edi mengatakan, dari dalam negeri kendalanya cukup beragam. Seperti kurangnya perhatian Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan serta Pemerintah Daerah. Dua kementerian itu diharapkan bisa mengatur pengadaan bahan baku dan menjaga impor mebel. “Kalau di Pemda, ada pungutan dari daerah penghasil kayu ke daerah non penghasil kayu. Dan terkadang, bahan baku kayu tidak boleh melewati salah satu daerah,” kata Taufik.

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), Taufik Gani, menilai dengan banyaknya impor produk dari Tionghoa dan Filipina membuat lesu industri dalam negeri. Karena barang impor itu dijual murah di dalam negeri dengan kualitas di bawah produksi nasional.

Selain itu, masih banyak ditemukan ekspor bahan baku kayu mentah. “Padahal sudah ada peraturan yang melarang ekspor kayu log,” kata Taufik. Dia berharap, pemerintah memperketat pengawasan ekspor bahan baku mentah. Pemerintah mentargetkan target ekspor tahun 2015 sebesar Rp 59,7 triliun, meningkat dibandingkan tahun ini senilai Rp 23,8 triliun.

Dibandingkan dengan Malaysia, Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Soenoto mengatakan pertumbuhan industri furniture atau mebel Indonesia saat ini masih kalah dengan Malaysia dan Vietnam. Hal ini sangat menyedihkan jika melihat Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) mereka jauh lebih sedikit dibandingkan Indonesia.

Soenoto mengatakan dari fakta di lapangan dari total ekspor mebel dunia pada 2013 yang mencapai US$ 124 miliar, porsi ekspor mebel Indonesia hanya US$ 1,7 miliar atau 1,5% kontribusi pada ekspor dunia. “Kita hanya peringkat ke-13 sebagai negara pengekspor industri mebel,” kata Soenoto.

Posisi Indonesia ini jauh dibawah kemampuan ekspor mebel Vietnam yang mampu mencapai ekspor sekitar US$ $,2 miliar dan sekaligus menduduki eksportir ke-4 terbesar dunia. Kemudian Malaysia yang SDM dan SDA jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia mampu mengekspor mebel sebesar US$ $,4 miliar. "Padahal 10 tahun lalu industri mebel mereka belum diperhitungkan. Sekarang Malaysia pengekspor mebel peringkat ke-8 dunia," katanya.

Dengan melihat kondisi ini, AMKRI berjanji akan memajukan industri mebel dan kerajinan nasional agar tampil di pentas regional dengan target menjadi yang terdepan dan terbesar. "Kita target Indonesia menjadi negara pengekspor mebel dan kerajinan menjadi 5 besar dunia," tegasnya.

AMKRI menilai, industri mebel ini mempunyai peranan penting bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam memberikan kontribusi terhadap penciptaan kesempatan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Multiplier effect yang dihasilkan industri ini besar, mulai dari pengrajin yang menyuplai barang setengah jadi ke pengusaha eksportir, pedagang kayu dan rotan dan banyak yang lainnya," tutupnya.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…