Kemenperin Gelar Pameran Industri Kreatif Yogyakarta

NERACA

Jakarta – Berdasarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian telah melakukan berbagai langkah strategis dalam rangka pemberdayaan industri kreatif nasional, diantaranya melakukan intensifikasi pelatihan teknologi pengolahan material tepat guna dan ramah lingkungan serta memberikan bantuan dukungan teknologi pengolahan bahan baku industri di bidang ekonomi kreatif. Hal tersebut disampaikan Inspektur Jenderal (Irjen) Kemenperin Syarif Hidayat dalam sambutannya sekaligus meresmikan pembukaan Pameran Industri Kreatif Yogyakarta di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (16/9).

Pameran yang diselenggarakan selama empat hari, tanggal 16 – 19 September 2014 dan dibuka untuk umum pukul 09.00 – 17.00 WIB, diikuti sebanyak 44 perajin industri kecil dan menengah (IKM) Yogyakarta dengan menampilkan berbagai produk unggulannya, antara lain: batik, tenun, kulit, kayu, rajut, perak, tembaga, kerajinan wayang, herbal, aneka makanan dan lain-lain. Kegiatan yang terlaksana atas kerjasama Direktorat Jenderal IKM dengan Dinas Perindagkop dan UKM Provinsi Yogyakarta, bertujuan untuk mempromosikan sekaligus memperluas pasar produk unggulan dari para perajin IKM Yogyakarta, dimana ‘Kota Gudeg’ dikenal sebagai salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai Kota Kreatif.

Irjen Kemenperin mengatakan, dalam keadaan perekonomian dunia yang melamban dan kondisi Indonesia yang perlu membuat diversifikasi dari ekonomi berbasis komoditas dan industri olahan padat karya, maka industri kreatif dapat menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing saat ini dan kedepan.  Pertumbuhan ekonomi kreatif secara rata-rata pada tahun 2013 mencapai 5,78% atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 5,76%. Yang tidak kalah penting adalah nilai tambah yang diperoleh dari industri kreatif dan dampak langsung yang dirasakan oleh komunitas setempat.

Yogyakarta memiliki keunggulan dalam sektor ekonomi kreatif dan sektor pariwisata, dimana ekonomi kreatif menjadi salah satu penggerak utama kegiatan ekonomi Yogyakarta. Selain itu, ekonomi kreatif Yogyakarta yang sebagian besar masih berada dalam klasifikasi IKM, juga menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama sebagian warga Yogyakarta. “Hal ini menjadi menarik, ketika kita menyadari bahwa persebaran ekonomi kreatif di Yogyakarta tidak hanya terkonsentrasi pada satu titik. Tiap sudut wilayah Yogyakarta memiliki potensinya sendiri yang mampu diolah sedemikian rupa dan mengubahnya menjadi suatu komoditi yang memiliki nilai jual,” tegas Irjen Kemenperin. Dengan kata lain, sumber daya manusia kreatif telah tersebar dan mengakar di berbagai daerah di Yogyakarta. Tentunya didukung dengan memiliki ruang kreatif sebagai sarana dan prasarana tumbuh kembangnya industri kreatif di Yogyakarta.

Seperti diketahui bersama bahwa batik telah menjadi ikon dari komoditi Yogyakarta yang memiliki pangsa pasar nasional maupun internasional. Hingga kini komoditas Yogyakarta semakin berkembang, hal ini terbukti pada nilai ekspor Yogyakarta bulan Juni 2014 sebesar USD 27 juta atau naik 13,72% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD 24 juta. Sementara itu, dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, nilai ekspor Yogyakarta tercatat sebesar USD 22 juta atau naik sebesar 20,03%. Dimana nilai ekspor tertinggi didominasi oleh tiga kelompok komoditas utama yaitu pakaian jadi bukan rajutan, perabot rumah tangga, dan barang-barang dari kulit.

Sebanyak 15 sektor ekonomi kreatif yang terus dikembangkan oleh Pemerintah sesuai amanat Inpres Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, subsektor industri kreatif yang masuk ke dalam lingkup pembinaan Kementerian Perindustrian adalah fashion, kerajinan, layanan komputer dan piranti lunak. “Mengingat industri tradisional berbasis budaya umumnya adalah industri fashion (batik, tenun) dan industri kerajinan maka pembinaan industri tersebut termasuk dalam lingkup pembinaan industri kreatif. Sedangkan, fashion, kuliner dan kerajinan merupakan subsektor yang dominan untuk memberikan kontribusi ekonomi,” tegas Irjen Kemenperin.

Dapat disampaikan, pada umumnya negara berkembang mempunyai sumber daya alam dan budaya yang melimpah, namun pengelolaannya belum maksimal. Dalam kancah perekonomian global, negara berkembang hanya berperan sebagai penyedia bahan baku untuk negara maju yang akan diolah dan dijual ke negara berbkembang dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Dalam rangka mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi, negara berkembang harus dapat mengelola sumber daya yang ada sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Oleh karena itu, Irjen Kemenperin mengharapkan, Indonesia sebagai negara berkembang perlu lebih mendorong industri kreatif sebagai penggerak, karena dapat menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa serta memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…