Tingkatkan Daya Saing, Produk Diminta Ramah Lingkungan

NERACA

Jakarta - Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah menyatakan bahwa dalam menciptakan produk kerajinan yang inovatif maka para perajin diminta untuk membuat dari bahan baku yang ramah lingkungan. Selain melestarikan alam, produk tersebut juga dapat meningkatkan daya saing. “Unsur kreativitas selalu diperlukan dalam meningkatkan nilai tambah produk. Tingginya kreativitas yang dimiliki IKM Jawa Timur, akan meningkatkan permintaan di pasar ekspor,” kata Euis di Jakarta, Selasa (2/9).

Negara tujuan ekspor produk Jawa Timur yang terbesar, menurut Euis, adalah Jepang, sementara itu untuk negara tujuan ekspor utama di Asean adalah Malaysia, sedangkan Belanda menjadi negara tujuan utama ekspor untuk Uni Eropa. “Perkembangan ekspor Provinsi Jawa Timur terus meningkat secara signifikan, terutama pada 2013 hingga 2014. Selama Januari hingga Juni 2014, ekspor non migas mencapai US$9,5 juta atau naik 28,85% dibanding ekspor non migas periode yang sama tahun lalu sebesar US$7,3 juta dan ekspor non migas Jawa Timur didominasi oleh perhiasan dengan nilai US$451 juta,” paparnya.

Nilai ekspor yang tinggi, lanjut Euis, dapat menjadikan Jawa timur berinovasi dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi. Kreativitas setiap perajin harus terus dikembangkan, terutama Jawa Timur yang memiliki sumber daya alam dan kearifan lokal sehingga menjadi kunci dalam pengembangan kreativitas. “Dengan demikian teruslah melakukan eksplorasi dengan menggunakan kearifan lokal agar tetap dapat unggul dalam persaingan pasar, terutama dalam menghadapi persaingan global,” ujarnya.

Euis menambahkan, pihaknya terus melakukan penguatan program pelatihan, pendampingan, hingga fasilitasi mesin peralatan kepada IKM dan kemudahan-kemudahan lain untuk pengembangan produk yang berdaya saing. “Saat ini kita menyongsong pemerintahan baru hasil pemilihan umum, besar harapan kami untuk melihat respon positif pemerintahan yang baru dalam upayanya untuk lebih mendukung program pengembangan industri, khususnya industri kreatif sehingga Indonesia dapat berkembang menjadi negara industrialisasi maju baru yang mendominasi pasar di Asean,” tuturnya.

Survei Nielsen menyebutkan produsen yang dinilai memiliki kesadaran lingkungan tinggi, produknya lebih diminati untuk dibeli ketimbang perusahaan yang rendah kesadaran lingkungannya. Dan, mereka bersedia membayar lebih mahal untuk produk ramah lingkungan.

Survei Global Nielsen untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan menemukan kecenderungan ini. Lebih dari setengah (55%) dari responden global dalam survei ini mengatakan mereka bersedia membayar ekstra untuk produk ramah lingkungan. Sebagaimana dilaporkan dalam Nielsen Newswire yang diterima MySharing (http://nielsen.com), jumlah ini meningkat 50 persen dari 2012 dan 45 persen dari 2011. Di lingkup regional, responden di Asia-Pasifik (64%), Amerika Latin (63%) dan Timur Tengah/ Afrika (63%) melebihi rata-rata kecenderungan global dan meningkat sebesar 9, 13 dan 10 poin dari persentase masing-masing sejak 2011.

Sementara kesediaan untuk membayar ekstra untuk produk yang berkelanjutan relatif rendah di Amerika Utara (42%) dan Eropa (40%), kedua wilayah ini menunjukkan peningkatan sentimen dari 2011, meningkat 7 dan 8 poin persentase masing-masing.

Konsumen global juga menyatakan pernah membeli produk ramah lingkungan. Lebih dari separuh responden global (52%) mengatakan mereka telah membeli setidaknya satu produk atau layanan dalam enam bulan terakhir dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, dan responden di Amerika Latin (65%), Asia-Pasifik (59%) dan Timur Tengah/ Afrika (59%) melebihi rata-rata global. Empat dari 10 responden di Amerika Utara dan Eropa mengatakan mereka telah membeli produk ramah lingkungan dalam enam bulan terakhir.

Nielsen mengecek data di atas dengan kinerja penjualan produk-produk perusahaan global yang disebutkan oleh para responden, yaitu produk berkategori konsumsi dan non-konsumsi di sembilan negara. Analisa menunjukkan peningkatan rata-rata tahunan penjualan sebesar dua persen untuk produk yang menempelkan label “produk ramah lingkungan” di kemasannya. Naik lima persen untuk produk yang juga melakukan komunikasi pemasaran prpduk ramah lingkungan. Sedangkan produk yang tidak melakukan apa-apa, hanya mnikmati peningkatan penjualan sebesar satu persen.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…