Jadi Ajang Tukar Ide Industri Perbankan - Pagelaran IBEX 2014

NERACA

Jakarta - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) akan kembali menggelar Indonesian Banking Expo (IBEX) 2014 untuk keempat kalinya pada 28-30 Agustus 2014 di JCC Senayan. Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono, mengajak masyarakat untuk berkunjung dan terlibat dalam berbagai seminar dan diskusi yang ada di dalam IBEX 2014.

"Perbanas ingin menjadikan IBEX kali ini sebagai ajang pertukaran ide antara masyarakat dan pelaku industri perbankan dalam mendukung industri yang dapat menjadi substitusi produk-produk impor menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015," ujar Sigit saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (27/8).

Dia menambahkan, IBEX 2014 juga dapat menjadi ajang bagi generasi muda untuk melihat secara langsung sejarah dan kontribusi perbankan terhadap perekonomian bangsa. Selain itu, masyarakat tidak hanya dapat memperoleh berbagai informasi tentang perbankan, namun juga dapat belajar bagaimana menjadi individu yang memanfaatkan bank untuk mengembangkan potensi diri.

Perbanas juga melibatkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan serta lembaga pemerintahan lainnya. Dengan hadirnya pemangku kepentingan utama dan pelaku industri perbankan, diharapkan akan terjadi pertukaran pemikiran yang memiliki nilai strategis bagi kemajuan ekonomi Indonesia.

Sigit menuturkan, sebagai pasar terbesar ketiga di Asia, Indonesia merupakan pasar potensial bagi pelaku industri lokal. Apalagi pada 2025 mendatang, di mana Indonesia akan menikmati bonus demografi di mana usia produktif akan lebih dominan.

"Industri perbankan punya peran strategis untuk mendorong peran penduduk usia produktif, tidak hanya produktif secara finansial, namun juga produktif menghasilkan produk-produk buatan sendiri yang digemari pasar domestik," ujar Sigit.

Selain itu, mantan Direktur Utama BNI ini menambahkan, pertumbuhan kredit dalam beberapa tahun ke depan akan relatif melambat dan tidak melaju kencang seperti tahun-tahun sebelumnya karena keterbatasan likuiditas.

"Kita menduga dari sekarang, pertumbuhan kredit di masa akan datang tidak akan bisa lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, rasio pinjaman terhadap simpanan/LDR semakin tinggi dan likuiditas ketat," imbuh dia.

Menurut Sigit, secara keseluruhan, bank-bank memang tidak akan bisa sama sekali menghentikan kredit, melainkan menyesuaikan pertumbuhan kredit tersebut dengan likuiditas yang ada. "Kalau LDR sudah 90%, bank pasti akan mengerem (laju pertumbuhan kredit)," tandasnya. [ardi]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…