Industri Semen - Investasi US$4,4 Miliar Siap Masuk ke Indonesia

NERACA

Jakarta - Direktur Kimia Hilir Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Tuti Rahayu menjelaskan bahwa dengan meningkatnya permintaan terhadap produk semen di dalam negeri, telah membuat investor tertarik untuk membangun pabrik di dalam negeri. Pihaknya mengatakan setidaknya ada 9 investor baru yang akan membangun pabrik dengan nilai investasi sebesar US$4,4 miliar.

“Dengan nilai investasi total sekitar US$4,4 miliar akan menambah kapasitas produksi semen nasional sebanyak 40,3 juta ton. Masuknya sejumlah investasi baru di industri semen karena didorong permintaan semen dalam negeri yang tinggi,” ungkap Tuti di Jakarta, Rabu (27/8).

Tuti menjelaskan bahwa industri semen di dalam negeri tengah diminati banyak investor karena pertumbuhan permintaan di pasar domestik tengah meningkat. “Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan semen domestik bisa mencapai 9%. Setiap tahunnya minimal dibutuhkan dua unit pabrik baru,” paparnya.

Di samping faktor permintaan, lanjut Tuti, iklim investasi yang kondusif dan persaingan industri yang sesuai dengan mekanisme pasar menjadi faktor lain untuk mendorong pemain baru masuk ke Indonesia. “Beberapa produsen semen yang berencana merealisasikan investasi pembangunan pabrik baru tahun ini antara lain Semen Merah Putih di Banten dan Anhui Conch Semen di Kalimantan Selatan,” ujarnya.

Adapun sembilan pemain baru yang berminat berinvestasi di Indonesia dengan membangun pabrik baru (greenfield) adalah Siam Cement (Thailand) yang akan berinvestasi sekitar US$360 juta untuk membangun satu unit pabrik baru di Sukabumi, Jawa Barat, CNBM (China) dengan investasi US$350 juta yang akan dialokasikan untuk membangun pabrik baru di Jawa Tengah serta beberapa investasi baru dari Anhui Conch Cement, Ultratech, Semen Puger, Semen Barru, Semen Panasia, dan Jui Shin Indonesia. Total investasi sembilan pemain baru tersebut sekitar US$4,4 miliar dengan tambahan kapasitas produksi sebanyak 40,3 juta ton pada 2017 saat pabrik beroperasi.

Namun begitu, Helmy Kristanto, analis semen dari Danareksa Sekuritas menjelaskan industri semen diperkirakan masih akan tumbuh di atas 5% di 2014, meskipun tidak sekuat tahun lalu, akibat melambatnya industri properti dan anggaran infrastuktur pemerintah yang tidak banyak berubah. “Kami memperkirakan industri semen akan tumbuh 5,7% tahun depan, seiring dengan pertumbuhan PDB di level yang sama,” ujarnya.

Helmy mengatakan untuk tahun ini, pertumbuhan semen diperkirakan akan melambat seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah untuk mengurangi defisit neraca berjalan. "Anggaran pemerintah untuk infrastruktur tahun depan sekitar Rp 208 triliun atau 2,3% dari PDB, kurang lebih sama dengan anggaran tahun ini," ujar Helmy.

Industri properti yang menjadi konsumen terbesar semen diperkirakan akan melambat akibat bunga KPR yang lebih tinggi. Dia menambahkan Peraturan Menteri Perdagangan no.40/2013 yang membatasi importasi clinker dan semen diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap industri semen lokal. Permendag tersebut malah diperkirakan akan merangsang produsen semen lokal untuk menambah kapasitas produksi.

Janji Presiden

Sementara itu, janji pembangunan infrastruktur oleh Presiden terpilih Joko Widodo diprediksi akan menggairahkan industri semen. Permintaan semen pada semester II tahun ini diprediksi bakal melejit. “Siapapun presiden terpilih mampu mendorong permintaan semen. Ini karena percepatan infrastruktur membutuhkan semen yang banyak. Sangat menggembirakan, akan ada domino efek," kata Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Christian Kartawijaya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional turut mempengaruhi tingkat permintaan semen domestik. Dia memperkirakan, jika pertumbuhan ekonomi tembus di angka enam persen, maka permintaan semen domestik perseroan akan mampu meningkat mencapai 1,5 kali. “Pertumbuhan ekonomi 5 persen, tumbuh 1 kali, kalo di atas 6 persen sampai 1,5 kali,” ujarnya.

Pihaknya mencatat, pada semester I 2014, volume penjualan semen domestik sebesar 8,73 juta ton. Angka ini lebih tinggi tiga persen dari penjualan pada periode sama tahun sebelumnya sebesar 8,73 juta ton. Lebih lanjut, dia menerangkan pertumbuhan itu juga didukung harapan pertumbuhan ekonomi lebih baik ketika dipimpin presiden baru.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…