Untuk Tekan Biaya Produksi - Target Produksi Harum Energy Merosot 30%

NERACA

Surabaya – Bisnis batu bara saat ini belum sepenuhnya pulih, maka untuk menghindari biaya produksi yang besar dan menjadi beban kinerja keuangan, sebagian produsen batu bara melakukan revisi target. Langkah inilah yang dilakukan PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang merevisi target produksi komoditas dengan alasan menekan biaya produksi.

Direktur Utama PT Harum Energy Tbk, Ray Gunara mengatakan, guna menekan biaya produksi tahun ini, perseroan memaksa harus merevisi target produksi tahun ini, “Realisasi produksi akhir tahun 2013 mencapai 11,5 juta ton. Untuk target produksi tahun ini kami kurangi sebesar 30% menjadi hanya 7,5-8 juta ton,”ujarnya di Surabaya, kemarin.

Menurut dia, upayanya merevisi target produksi sekaligus sebagai strategi perusahaan untuk melakukan efisiensi pada tahun 2014. Apalagi kondisi perekonomian nasional maupun global masih belum menentu. Di samping itu, alasan merevisi target produksi juga disebabkan ketersediaan batu bara di pasar internasional kian berlebih

Akibatnya, kata Ray, saat ini harga jual batu bara rendah. Walau perseroan mengurangi produksi, kinerja semester I/2014 tetap menunjukkan hal yang positif,”Situasi tersebut terlihat dari performa laba pada semester I/2014 mencapai Rp200 miliar,”paparnya.

Meski kinerjanya positif, lanjutnya, sampai sekarang perseroan justru tidak menargetkan nominal laba secara detail hingga akhir tahun 2014. Di sisi lain, terkait potensi pelambatan penyerapan batu bara di Tiongkok pihaknya memprediksi hal itu bisa saja terjadi. Namun untuk proyek pembangkit listrik berbahan bakar batu bara tetap akan tumbuh.

Bahkan, rencana pembangunan 10 tahun ke depan pembangkit listrik mayoritas masih menggunakan batu bara. Maka dengan demikian, situasinya menjadi berimbang,”Ketika terjadi penurunan permintaan di Tiongkok maka masih ada permintaan batu bara di negara lainnya," katanya.

Sementara untuk pembangkit listrik di luar negeri, lanjut dia, perusahaan tersebut memproduksi batu bara dengan kadar kalori 5.500. Standar kalori itu digunakan supaya pasar internasional tetap meminati menggunakan batu bara yang diproduksi perusahaan tersebut.

Tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar US$10 juta. Dimana sumber pendaaan berasal dari kas internal. Hal ini dilakukan karena perseroan memiliki arus kas yang masih kuat sebesar US$ 200 juta. Nantinya, belanja modal tersebut akan digunakan untuk ekspansi perseroan dan maintenance port, jalan yang dekat pada pertambangan batu bara.

Tercatat per 30 Juni 2014, PT Harum Energy Tbk meraih pendapatan menjadi Rp262,4 miliar dari Rp465,6 miliar pada periode yang sama 2013. Selain itu, perseroan juga mencatat beban pokok penjualan mencapai Rp209,3 miliar dari Rp374,07 miliar. Dengan demikian laba kotor menjadi Rp53,1 miliar dari Rp90,9 miliar. Sementara untuk laba sebelum pajak menjadi Rp23,6 miliar dari Rp34,04 miliar. Beban pajak penghasilan menjadi Rp3,7 miliar dari Rp7,9 miliar. Jadi laba bersih perseroan menjadi Rp19,9 miliar dari Rp26,1 miliar. (ant/bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…