Oleh : A Eko Cahyono
Wartawan Harian Ekonomi NERACA
Dalam RAPBN 2012, Kementerian Pertahanan mendapat “kado” istimewa. Dimana anggaranya naik cukup signifikan Rp16,9 triliun atau 35,7%. Dari Rp47,5 pada 2011 menjadi menjadi Rp 64,4 triliun tahun depan. Bahkan alokasi anggaran Kemenhan itu paling besar diantara kementerian/lembaga lainnya. Besarnya alokasi itu sebagian besar untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista).
Adalah hal yang wajar, negara sebesar Indonesia yang memiliki 17.000 pulau memperbesar anggaran belanja pertahanan. Setidaknya agar Indonesia kembali diperhitungkan dunia, seperti pada 1960-an lalu. Dulu, kekuatan militer Indonesia sangat ditakuti di Asia. Namun seiring perkembangan jaman, sejumlah negara ASEAN saat ini terlihat terus meningkatkan alutsistanya, termasuk belanja pertahanan dan militernya.
Malaysia misalnya, mulai 2012 akan menambah kapal selamnya, termasuk Australia. Sementara Singapura lebih dalu melakukan hal itu. Bahkan ada indikasi Singapura akan menambah jumlah kapal selamnya. Mau tidak mau, Indonesia perlu mempercepat pengadaan kapal selam lagi untuk mengimbangi kekuatan negara tetangga. Jika tidak, kekuatan laut Indonesia yang lemah saat ini, akan semakin lemah dan mudah diintervensi negara lain
Kebutuhan tambahan dua kapal selam bagi Indonesia telah mendesak, terlepas dalam kondisi baru atau bekas. Namun yang penting memiliki spesifikasi yang standar. Apalagi masalah pertahanan laut negara ini tidak bisa main-main. Terlebih kenyataanya negara tetangga kita saat ini sangat agresif dalam peningkatan Alutsista-nya.
Pengadaan dua kapal selam itu nantinya harus ditempatkan di Indonesia bagian utara dan selatan. Ke selatan di arahkan di Australia dan ke arah utara diarahkan ke Singapura dan Malaysia. Karena dua wilayah perairan itu memang lemah dalam pertahanan di kawasan laut Indonesia.
Yang jelas, Indonesia juga perlu waspada dengan negara tetangga lainnya, yaitu Papua Nugini, Australia, Singapura dan Malaysia. Karena mereka adalah ’musuh’ yang paling dekat dengan Indonesia. Setiap saat dan setiap waktu mereka terus mengawasi kekuatan pertahanan Indonesia dan terus berusaha meningkatkan Alutsista-nya.
Apalagi Australia, negara yang memiliki kepentingan besar untuk mengontrol Indonesia, baik lewat militernya maupun dengan cara lainnya. Ingat lepasnya Provinsi Timur-Timor, yang kini menjadi Negara Timor Leste, adalah nyata tidak lepas dari campur tangan Australia. Itu nyata dan riil.
Sejarah telah bercerita. Bahkan kondisi keamanan Papua yang terus bergejolak hingga saat ini, tidak lepas dari kepentingan Australia. Ini riil dan nyata. Karena itu tak boleh dianggap enteng. Makanya pemerintah tetap perlu waspada dan tidak lengah. Termasuk manisnya diplomasi Australia selama ini, karena mereka bersikap dualisme untuk beberapa persoalan dengan Indonesia.
Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…
Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…
Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…
Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…