SBY Klaim 5 Keberhasilan Pimpin Indonesia - 10 Tahun Menjabat

NERACA

Jakarta - Pidato penyampaian nota keuangan RAPBN 2015 adalah pidato terakhir Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) di depan anggota DPR sebelum masa pemerintahannya berakhir. Beberapa kali SBY menyebut bahwa pidatonya tersebut menutup dua periode masa jabatannya sebagai kepala negara.

Sepanjang sepuluh tahun memimpin negeri ini, harus diakui bahwaSBY menghadapi tantangan yang tidak mudah di bidang ekonomi. Salah satunya saat menghadapi krisis keuangan dunia pada 2008 dan perlambatan ekonomi di 2013. Hal itu pula diakui oleh SBY . "Pada tahun 2008, misalnya, ketika terjadi krisis keuangan global, yang sejumlah pengamat menyebutnya sebagai krisis keuangan terdahsyat yang dialami dunia sejak krisis tahun 1929," ucap SBY saat berpidato di depan anggota DPR , akhir pekan kemarin.

SBY dan jajaran kabinetnya mengaku telah berupaya keras membawa Indonesia menjauh dari dampak krisis. "Kita tahu, upaya kita untuk terus memperbaiki dan membangun negeri ini selama sepuluh tahun bukanlah sebuah proses yang mudah. Kadang kita berhasil, tak jarang kita harus menerima kekurangan di sana-sini. Tetapi satu hal yang membuat kita semua bangga, bahwa upaya itu adalah upaya kita bersama, upaya yang tulus dan sungguh-sungguh," ujar SBY .

Kepala Negara mengklaim cukup berhasil melewati itu semua. Dia menceritakan, saat krisis 2008, pemerintah merespon dengan melakukan penyesuaian mendasar APBN disertai dengan langkah-langkah taktis dan cepat di bidang moneter dan perbankan serta di sektor-sektor terkait.

"Langkah kebijakan itu telah berhasil meminimalkan dampak krisis tersebut pada perekonomian nasional, yang kemudian bangkit kembali dengan cepat. Hal yang sama juga kita lakukan pada tahun 2013-2014 ini untuk skala krisis ekonomi yang lebih kecil," katanya bangga.

Dalam pidatonya tersebut, SBY juga membanggakan kinerjanya menjaga stabilitas ekonomi ketika tak bisa menghindari dampak perlambatan ekonomi di 2013.

"Walaupun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, perlu dicatat, bahwa dengan pertumbuhan 5,8 persen dalam tahun 2013, Indonesia tetap mampu menempatkan dirinya sebagai negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua diantara negara-negara G-20," imbuhnya.

Dia akhir kepemimpinannya, SBY memaparkan sejumlah indikator yang menunjukkan kesuksesannya membangun negeri. "Sungguh kita patut bersyukur, dalam sepuluh tahun terakhir ini, pembangunan di tanah air kita mengalami kemajuan yang menggembirakan," tegas SBY .

Adapun 5 indikator keberhasilan itu diantara adalah pertama ; belanja negara terus naik diamana Pada 2004 total belanja negara adalah sebesar Rp427,2 triliun. Pada tahun ini, angka tersebut mencapai Rp1.876,9 triliun.

Kedua, Ekonomi 10 terbesar dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5 persen pada tahun 2004 dan terjaga pada kisaran rerata 5,8 persen dalam periode 2005-2013. Menurut SBY, hal itu sangat membanggakan dan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia sudah berada dalam jalur yang benar. Dimana tahun 2014 Bank Dunia mengumumkan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 besar ekonomi dunia berdasarkan metode perhitungan Purchasing Power Parity.

Ketiga, Rakyat makin sejahtera Indikatornya menunjukkan rakyat Indonesia makin sejahtera dilihat dari rata-rata pendapatan per kapita rakyat Indonesia. SBY menyebut, pada 2004 rata-rata pendapatan per kapita masih USD 1.161. Selama sembilan tahun, kata SBY, meningkat rata-rata 13 persen per tahun.

Keempat, kemiskinan dan pengangguran menurun Peningkatan pertumbuhan ekonomi, lanjut SBY, berdampak pada penurunan angka kemiskinan dari 16 persen di tahun 2005 menjadi sekitar 11,25 persen pada Maret 2014.

Tidak itu saja, angka pengangguran terbuka pun menurun dalam kurun waktu sama. Pada 2005, angka pengangguran terbuka masih sebesar 11,2 persen. Dengan kerja keras dan komitmen yang kuat dari Pemerintah, angka tersebut berhasil diturunkan menjadi 5,7 persen pada bulan Februari 2014.

Dan kelima, Ratio utang turun drastis, SBY menegaskan, pemerintahannya selalu menjaga prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran negara. Termasuk pengelolaan utang Indonesia. Rasio utang terus diturunkan dari 56,6 persen dari PDB pada 2004, menjadi sekitar 25,6 persen pada 2014.

"Hal ini akan kita terus jaga keseimbangannya di tahun-tahun mendatang, sehingga anggaran kita tidak mudah terpengaruh oleh gejolak keuangan domestik maupun global, serta sekaligus untuk makin memperkokoh kemandirian fiskal kita," tukasnya. [agus]

BERITA TERKAIT

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…