Menjaga Kemajemukan Masyarakat Indonesia - Oleh : RB Rajo Nagari, Pemerhati Kebangsaan

Indonesia merupakan masyarakat multicultural atau majemuk, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa yang masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapatdilihat dari perbedaan bahasa, adat istiadat, religi, kesenian dan lain sebagainya. Pada dasarnya suatu masyarakat dikatakan multicultural, jika dalam masyarakat tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan.

Bangsa Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote yang terdiri dari berbagai macam agama, suku bangsa, budaya, dan ras. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia disebut masyarakat majemuk atau multiculture. Kemajemukan masyarakat dapat menimbulkan konflik sosial, tetapi jika berjalan secara selaras, serasi, dan harmonis akan tercipta integrasi social. Indonesia dikenal dengan kemajemukan masyarakat, baik dari sisi etnisitas maupun budaya serta agama dan kepercayaannya. Kemajemukan juga menjangkau pada tingkat kesejahteraan ekonomi, pandangan politik serta kewilayahan, yang semua itu sesungguhnya memiliki arti dan peran strategis bagi masyarakat Indonesia. Meski demikian, secara bersamaan kemajemukan masyarakat itu juga bersifat dilematis dalam kerangka penggalian, pengelolaan, serta pengembangan potensi bagi bangsa Indonesia untuk menapaki jenjang masa depannya. Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang bersama.

Kemajemukan masyarakat Indonesia yang telah ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena keanekaragaman dari dalam berbagai hal. Walaupun secara kasat mata di Indonesia terlihat banyak terjadi konflik yang ditimbulkan karena kemajemukan masyarakat tersebut, akan tetapi jika kita mengamati secara detail, sebenarnya lebih banyak dampak positifnya dari negatifnya. Buktinya adalah Indonesia dapat bertahan selama 69 tahun  walaupun ada konflik yang hampir menyebabkan perpecahan, tetapi Indonesia mampu untuk mengatasi hal tersebut.

Salah satu faktor penyebab masyarakat multicultural adalah perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi dan perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung kegiatan ekonomi misalnya nelayan, pertanian, kehutanan, perdagaangan dan lain-lain. Relief yang tajam dipisahkan oleh laut dan selat tentu akan menyebabkan terisolasinya kelompok masyarakat yang telah mencapai suatu tempat, yang pada akhirnya mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan cocok dengan lingkungan geografis mereka.

Pengaruh positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan masyarakat majemukdi Indonesiaadalah saling menghormati antar agama satu dengan agama yang lainnya. Misalnya, penetapan hari libur nasional yang sebagian besar merupakan hari perayaan dari seluruh agama di Indonesia, salah satunya hari Raya Idul Fitri, pada penetapan hari raya tersebut, tidak hanya umat muslim Indonesia yang merayakannya tetapi semua warga negara Indonesia juga ikut merayakannya sebagai bentuk toleransi dan menghormati satu sama lain, begitu juga sebaliknya kalau umat agama lainnya merayakan hari raya mereka.Sikap kritis, toleransi, dan Empati Sosial merupakan salah satu langkah yang bisa dilakukanterhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan budaya dalam menghadapi hubungan keanekaragaman dan perubahan kebudayaan di masyarakat.

Baru-baru ini rakyat Indonesia baru saja melewati rentetan perjalanan pelik selama pemilu legislatif dan pilpres  2014. Jauh hari sebelum pemilu digelar, fenomena pencitraan dan kampanye hitam telah dijadikan sebagai bahan propaganda di berbagai media. Akibatnya, rakyatnya  ada yang termakan kampanye hitam dan terkena efek pencitraan dari beberapa elit partai. Hal ini tentu disebabkan dengan merebaknya media massa partisan. Pers yang semestinya menjunjung tinggi fungsi pers, malah akhirnya terkena dampak kapitalisme  dari pemiliknya. Rakyat semakin dibodohi dengan berita yang tidak berimbang dan memihak salah suatu kubu.Kemajuan teknologi juga membuat simpatisan partai semakin merajalela membela kubu yang diunggulkan di manapun, termasuk media sosial.

Maraknya situs jejaring sosial digunakan beragam kubu sebagai “arenabertempur” untuk menaikan elektabilitas politisinya di panggung politik. Sementara masyarakat awam yang menyaksikan fenomena tersebut semakin jenuh karena maraknya kampanye hitam dan pencitraan setiap hari. Karakter masyarakat yang multikultural dan memiliki berbagai kepentingan sangat memungkinkan bentrokan terjadi. Oleh karena itu, pemerintah dengan tegas mengingatkan pendukung politisi dengan seruan “pemilu damai”, karena ditakutkan  dalam perhelatan pilpres  disinyalir akan berulangnya peristiwa bentrokan ’98, namun berkat kesadaran dari masyarakat kita yang multicultural tersebut, hal ini dapat terlampaui dengan baik. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa dengan masyarakat yang multikultural tersebut kesadaran masyarakat akan keberagaman yang hidup dalam suatu negara semakin tinggi, walaupun ada gesekan-gesekan yang telah terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, namun masalah ini tidak berkembang luas.

Menjelang HUT Republik Indonesia yang ke-69, geliat semaraknya sudah kelihatan di seluruh Indonesia, hal ini terlihat dikantor-kantor pemerintahan maupun swasta di daerah maupun pusat serta di kampung-kampung sibuk memperindah diri.Sejak usai Hari raya Idul Fitri masyarakat tampak sangat antusias menyambut HUT Kemerdekaan RI tersebut. Spanduk dan umbul-umbul merah-putih tampak menghiasi jalan-jalan protokol dikota-kota.

Kegiatan tahunan untuk memperindah kantor bukan bentuk partisispasi ataupun mencari juara semata, namun hal ini adalah merupakan wujud penghargaan terhadap jasa-jasa para pahlawan yang telah menjadikan Indonesia merdeka. Sehingga pantas disambut dengan meriah oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Kehidupan masyarakat yang majemuk dalam menyambut perayaan kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya saling bergotong royong, dalam rangka menyiapkan hari besar tersebut, mulai dari desa sampai ke kota. Gotoroyong yang dilakukan tidak hanya sebatas melakukan pekerjaan saja, tetapi dalam bentuk materi, sedangkan di hari HUT kemerdekaan mereka juga melaksanakan kegiatan-kegiatan secara bersama-sama, seperti diadakannya lomba karung, lomba panjat batang pinang, gerak jalan dan lain sebagainya. 

Awal bulan ini penulis berpandangan banyak media massa yanghanya ramai membicarakanatau mengangkat masalah pro-kontra keberadaan ISIS. Sebuah kelompok yang digambarkan dengan tindakan penuh kebrutalannya di daerah Timur Tengah. Konon di Indonesia sudah banyak yang mendeklarasikan mendukung ISIS. Padahal sebentar lagi  HUTKemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-69 sudah didepan mata. Seolah-olah kita tidak memahami keberadaan sejarah negara ini, masih banyak juga pihak yang menyatakan dukungannya terhadap ISIS. Padahal dengan mendukung ISIS sama saja halnya dengan tidak mengakui keberadaan NKRI. Oleh sebab itu mari kita sambut hari kemerdekaan bangsa kita ini dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif, jangan ciderai hari yang bersejarah ini dengan kegiatan-kegiatan yang bisa memecah persatuan dan kesatuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menghargai Antar Umat

Kemajemukan masyarakat di Indonesia tidak menjadikan bangsa Indonesia terpecah-belah, namun  semakin erat persatuan dan kesatuan bangsa.     Tingginya rasa saling menghargai dan toleransi antar umat beragama di Indonesia, merupakan salah satu kemajemukan masyarakat kita, yang bisa menjadikan Indonesia kaya akan budaya.     Antar umat beragama dapat saling berbagi informasi tentang adat agama satu dengan agama lainnya.     Dengan saling berbagi informasi tentang adat agamanya masing-masing, kita mendapat tambahan pengetahuan tentang keanekaragaman adat istiadat di Indonesia.

Antar umat beragama harus saling menghormati, jika terjadi kesalahpahaman antar umat sebaiknya diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat untuk mencapai jalan damai.     Sebagai warga negara yang baik, kita seharusnya mengetahui adat istiadat yang dimiliki oleh negara kita, dengan begitu kita turut melestarikan adat istiadat/budaya di Indonesia.    Kita harus menjaga adat istiadat negara kita, Indonesia supaya tidak dirampas oleh negara lain, terutama negara tetangga. Sebagai bangsa yang multietnis dengan berbagai kebudayaan yang dimiliki, kecenderungan adanya konflik antaretnis dapat menghancurkan cita-cita integritas nasional yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia sejak dari awal merdeka. Sebagai bangsa yang multikultural mari kita sambut HUT kemerdekaan Repuplik Indonesia yang ke-69 dengan baik tanpa mencederainya. Merdeka..........

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…