APBN Terbesar

 

Oleh: Firdaus Baderi

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), anggaran negara yang tertuang dalam RAPBN 2015 menembus lebih Rp 2.000 triliun. Jelas, angka ini mencerminkan ambisi Indonesia masuk ke dalam kelompok 16 negara besar di dunia. Nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia pun pada 2012 mencapai US$878 miliar, tertinggi diantara negara ASEAN lainnya.

Tidak hanya itu.  Menurut laporan Goldman Sachs, Indonesia bakal bergabung dalam kelompok negara BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China). Sebab,  China dan India diperkirakan akan menjadi negara terbesar nomor satu dan tiga di dunia pada 2050, dan menjadi rival berat dari G-7.

Ini berarti bahwa Indonesia meskipun memiliki potensi untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar di masa mendatang, sehingga perlu menjaga keberlangsungan pertumbuhan ekonomi serta mengatasi masalah yang masih menggelayut hingga kini.

Bagaimanapun, negeri ini boleh berbangga diri di tengah usianya sekarang mencapai 69 tahun. Hasil Kemerdekaan RI setidaknya menjadi tolok ukur keberhasilan Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar dunia. Ini yang harusnya bisa menimbulkan optimisme pada bangsa Indonesia, sehingga kita bersemangat untuk membuatnya menjadi kenyataan.

Namun sayangnya, meski berhasil menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia, kita masih dibayang-bayangi menghadapi kondisi  lower middle income country pada 2050. Artinya, meski volume ekonomi kita besar, bangsa Indonesia belum sejahtera, masih akan ketinggalan dari bangsa tetangga sesuai data ketimpangan Koefisien Gini yang menurun dari 0,38 (2004) menjadi 0,42 (2013).

Kendati prediksi pertumbuhan ekonomi menurut Bank Indonesia bisa mencapai 5,1%-5,5%, untuk mencapai kinerja itu diperlukan ekstra kerja keras di tengah masa transisi pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke presiden baru hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam waktu dekat ini. Siapapun presiden baru nanti masih menghadapi berbagai masalah ekonomi yang sampai sekarang membelenggu negara seperti buruknya infrastruktur dan rendahnya daya saing baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Ekonomi Indonesia harusnya bisa tumbuh pesat dan maju dengan dukungan ekspor sumber daya alam dan industrialisasinya. Namun Indonesia ke depan harus bisa mengatasi masalah ekonominya, khususnya infrastruktur buruk.  Sehingga untuk menjawab tantangan masa depan di tengah kondisi global tak menentu, pengelola negara harus bersikap menentukan pilihan terbaiknya demi kemakmuran rakyat.

Meski kita berbesar hati Indonesia siap menjadi negara maju, ancaman negeri ini terjebak ke dalam status lower middle income country pada 2050 cukup terbuka. Pasalnya, Indonesia memiliki broad based weakness, yang memerlukan perbaikan hampir di semua aspek, termasuk dalam stabilitas ekonomi makro, kondisi ekonomi makro, SDM, teknologi, dan dinamika politik.

Tanpa tekad tinggi menyelesaikan berbagai masalah ekonomi yang masih kita hadapi, semua harapan tersebut hanya akan menjadi mimpi di siang bolong. Jadi, kita harus tetap optimistis semua keinginan masa depan ekonomi RI menjadi kenyataan, asalkan pemimpin bangsa dan rakyatnya bersatu menghimpun kekuatan untuk mewujudkan mimpi indah menjadi “Raja di ASEAN”. Semoga!

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…