Rasio Utang Indonesia Meningkat

NERACA

Jakarta - Pemerintah mencatat pada April 2014, rasio utang terhadap pertumbuhan domestik bruto (PDB) mencapai 32,8%. Angka ini meningkat lantaran tingginya impor energi atau Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harus dibayarkan Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung menjelaskan, penyebab naiknya rasio utang Indonesia bukan hanya melebarnya utang luar negeri swasta, tetapi juga utang pemerintah, yang salah satunya adalah tunggakan pembayaran public service obligation (PSO) kepada PT Pertamina (Persero).

"Bukan hanya karena masalah utang luar negeri dan swasta, tapi itu juga karena ada keterlambatan pembayaran dari pemerintah kepada Pertamina pada posisi akhir tahun, sehingga akibatnya terjadi peningkatan, itu terjadi mulai tahun kemarin," kata dia di Jakarta, Senin (14/7).

Dia menjelaskan, rasio utang pemerintah akan kembali menurun apabila tunggakan kepada perusahaan minyak dan gas (migas) nasional itu dibayarkan. "Kalau itu dibayarkan oleh Kementerian Keuangan, ya turun lagi," imbuhnya.

Menurutnya, pemerintah akan terus mengamati dan mengawasi pergerakan angka utang baik dari sisi swasta maupun pemerintah itu sendiri. "Belum ada aturan yang melarang pihak swasta untuk berutang dari luar negeri tapi kita concern adanya peningkatan debt to ratio kita," tukasnya.

Sekedar informasi, per April 2014, rasio utang terhadap PDB tercatat mencapai 32,8 persen dari PDB, rasio kemampuan membayar (debt service ratio) sebesar 50 persen dan rasio utang terhadap ekspor sebesar 128,8 persen.

Posisi tersebut meningkat tajam khususnya rasio kemampuan membayar yang pada tahun 2007 berada pada level 20% dan rasio utang terhadap ekspor yang tidak lebih dari 35%. Sedangkan, rasio utang terhadap PDB tercatat naik dari capaian pada tahun 2013 yang mencapai 30,2%.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) Utang Luar Negeri Indonesia pada April 2014 tercatat sebesar 276,6 miliar dolar Amerika. Jumlah itu naik 7,6% dibandingkan dengan posisi April 2013. Posisi utang luar negeri pada April 2014 terdiri dari utang luar negeri sektor publik sebesar 131 miliar dolar Amerika dan utang luar negeri sektor swasta 145,6 miliar dolar Amerika.

Dengan perkembangan ini, pertumbuhan tahunan utang luar negeri pada April 2014 tercatat lebih lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan Maret 2014 sebesar 8,7% (year on year – yoy).

perlambatan pertumbuhan utang luar negeri pada April 2014 dipengaruhi pertumbuhan utang luar negeri sektor publik yang melambat.  Utang luar negeri sektor publik tumbuh sebesar 2,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 5,1% (yoy).

Sementara itu, utang luar negeri sektor swasta tumbuh 13,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 12,2% (yoy). Jika dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya, utang luar negeri April 2014 relatif tidak berubah. Utang luar negeri sektor publik hanya tumbuh sebesar 0,3% (month to month – mtm), sementara utang luar negeri sektor swasta terkontraksi 0,2% (mtm).

Berdasarkan jangka waktu, perlambatan pertumbuhan posisi utang luar negeri terjadi baik pada utang luar negeri jangka panjang maupun utang luar negeri jangka pendek. Utang luar negeri berjangka panjang pada April 2014 tumbuh 9,2% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan Maret 2014 yang sebesar 10,1% (yoy).

Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek tumbuh 0,3% (yoy), juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 2,4% (yoy). Pada April 2014, utang luar negeri  berjangka panjang tercatat sebesar 229,7 miliar dolar Amerika, atau mencapai 83,0% dari total utang luar negeri.

Dari jumlah tersebut, utang luar negeri berjangka panjang sektor publik mencapai 124,6 miliar dolar Amerika atau 95,1% dari total utang luar negeri sektor publik dan utang luar negeri berjangka panjang sektor swasta tercatat 105,1 miliar dolar Amerika atau 72,1% dari total utang luar negeri swasta.

Pertumbuhan utang luar negeri swasta pada April 2014 tidak terlepas dari perkembangan utang luar negeri di beberapa sektor utama yakni sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan. Pertumbuhan utang luar negeri sektor industri pengolahan tercatat sebesar 14,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 8,5% (yoy).

Pertumbuhan utang luar negeri sektor pertambangan juga meningkat dari 12,1% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi sebesar 15,2% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri sektor listrik, gas, dan air bersih yang selama 6 bulan terakhir mengalami kontraksi, pada April 2014 kembali tumbuh 1,3% (yoy). [agus]

BERITA TERKAIT

Ditopang Kenaikan Kapasitas Listrik Geothermal, Pendapatan BREN di 2023 Naik 4,4%

  Ditopang Kenaikan Kapasitas Listrik Geothermal, Pendapatan BREN di 2023 Naik 4,4% NERACA Jakarta - PT Barito Renewables Tbk (BREN)…

Wujudkan Pendidikan Tinggi untuk Semua, Pemerintah Siapkan Pinjaman Lunak

    NERACA Jakarta – Pemerintah tengah mengkaji pinjaman sangat lunak untuk mahasiswa sebagai solusi pendanaan pendidikan di perguruan tinggi.…

OIKN Klaim Tak Ada Penggusuran dalam Proyek IKN

  NERACA Jakarta – Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono menegaskan, tidak ada penggusuran yang dilakukan oleh OIKN kepada…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Ditopang Kenaikan Kapasitas Listrik Geothermal, Pendapatan BREN di 2023 Naik 4,4%

  Ditopang Kenaikan Kapasitas Listrik Geothermal, Pendapatan BREN di 2023 Naik 4,4% NERACA Jakarta - PT Barito Renewables Tbk (BREN)…

Wujudkan Pendidikan Tinggi untuk Semua, Pemerintah Siapkan Pinjaman Lunak

    NERACA Jakarta – Pemerintah tengah mengkaji pinjaman sangat lunak untuk mahasiswa sebagai solusi pendanaan pendidikan di perguruan tinggi.…

OIKN Klaim Tak Ada Penggusuran dalam Proyek IKN

  NERACA Jakarta – Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono menegaskan, tidak ada penggusuran yang dilakukan oleh OIKN kepada…