KETIDAKPASTIAN DATA QUICK COUNT PILPRES 2014 - Pasar Modal Jadi Tidak Menentu

Jakarta – Ketidakpastian informasi hasil hitung cepat (quick count) antarlembaga survei atas pemenang Pilpres 2014 berpotensi membuat pasar modal Indonesia rentan terhadap penurunan harga saham pada jangka pendek. Untuk itu pelaku pasar sangat menantikan pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli 2014.

NERACA

Meski data Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin (10/7) menunjukkan posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat sebesar 73,29 poin (1,45%)  di posisi 5.098,01, pengamat pasar modal dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menilai pergerakan IHSG yang bergerak positif di atas 5.000 merupakan euforia sesaat karena fundamental ekonomi yang menjadi penopang utama pergerakan indeks tersebut masih belum terlalu kokoh.

“Ini karena memang hasil pemilihan presiden (Pilpres) yang sesuai dengan keinginan pasar. Akan tetapi secara fundamental ekonomi, IHSG masih kurang kokoh sehingga masih rentan untuk terkoreksi,” ujarnya saat dihubungi Neraca, Kamis (10/7).

Dia mengakui pasar modal masih labil karena valitilitas yang tinggi akan tetapi likuiditasnya masih rendah. Karena itu, Lana mengimbau agar pasar untuk lebih berhati-hati dalam mengantisipasi situasi ini. “Memang kalau investor yang short term, ada keuntungan dibalik euforia ini akan tetapi untuk investor yang long term, harus tetap waspada dan perlu mengetahui situasi pasar untuk yang jangka panjang termasuk juga persoalan ekonomi pasca pilpres nanti,” ujarnya. 

Sebelumnya  The Finance menilai, ketidakpastian ini akan berlangsung sampai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil resmi pemenang Pemilu pada 22 Juli 2014. Jika investor asing jangka pendek memilih keluar dari pasar saham, maka situasinya akan lebih buruk dan menimbulkan ketidakpastian yang berdampak pada penurunan harga saham menjelang pengumuman resmi KPU.

Seperti diketahui publik, hasil hitung cepat  yang tidak sama antar lembaga survei, 4 lembaga survei memenangkan pasangan capres Prabowo-Hatta dan 8 lembaga survei lainnya mengunggulkan pasangan Jokowi-JK, diperkirakan akan menimbulkan ketidak pastian baru di pasar dalam jangka pendek.

Jadi, euforia besar seperti tahun 1999, 2009 dan 2004 sepertinya tidak terulang dalam waktu dekat hingga  22 Juli ketika KPU mengumumkan secara resmi. Bahkan, jika situasi berlanjut sampai Mahkamah Konstitusi (MK), kondisi pasar makin tidak menentu. Fluktuasi harga saham akan lebih sering terjadi dan cenderung tidak pasti. Apalagi kondisi perekonomian global masih menjadi tantangan berat dan fundamental ekonomi kita juga masih rentan.

Kehilangan Momentum

Tidak hanya itu. Klaim kemenangan dua kubu pasangan calon Presiden-Wakil Presiden, nomor urut 1 dan nomor urut 2 dinilai akan menahan momentum perbaikan perekonomian.

Menurut pengamat ekonomi FE Universitas Atma Jaya A. Prasetyantoko, ketidakpastian siapa presiden baru yang mungkin lebih lama, membuat masalah struktural ekonomi tidak segera dapat dibenahi. “Dengan situasi politik yang tidak pasti ini, kita akan kehilangan momentum. Persoalan defisit transaksi berjalan dan daya saing menjadi tidak segera dapat diatasi. Padahal daya saing ini sangat penting karena tahun depan kita segera akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN,” ujarnya kepada pers, kemarin.

Menurut dia, dampak terhadap ekonomi struktural ini lebih mengkhawatirkan ketimbang pengaruh hasil hitung cepat terhadap pasar keuangan. Alasannya, sentimen pasar keuangan sudah sangat biasa datang dan pergi.

Lana menjelaskan, dalam waktu dekat, IHSG akan kembali terkoreksi karena masing-masing kandidat capres mengklaim bahwa telah memenangkan pilpres. “Ini masih menimbulkan ketidakpastian bagi para investor untuk mengakui survei mana yang dapat dipercaya. Namun ketika sudah ada keputusan resmi dari KPU dan hasilnya dapat diterima oleh pasar maka bisa saja nanti IHSG akan bergerak positif,” ujarnya.

Untuk pergerakan rupiah yang ikut positif, Lana menilai penguatan rupiah juga karena euforia pemilihan presiden. “Hasil penghitungan cepat lebih banyak yang memberi indikasi kemenangan pada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla,” imbuhnya.

Pengamat pasar modal dari FE Universitas Pancasila Agus Irfani mengatakan, lancarnya proses pemilihan presiden (pilpres) yang dilaksanakan tanggal 9 Juli 2014 kemarin, memberikan sentimen positif bagi nilai tukar rupiah dan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Meski hasil hitung cepat (quick count) sudah keluar, sejatinya investor masih harus menunggu hasil rekapitulasi final KPU untuk mengetahui siapa pemenang pilpres kali ini.

“Pasar modal Indonesia merespon positif penghitungan sementara hasil pilpres. Hasil quick count dinilai memberikan dampak positif, siapa pun yang memenangkannya. Kemudian hal yang terpenting adalah pilpres berlangsung lancar, itu faktor utama," kata dia.

Menurut dia, pasar modal bisa berjalan labil dikarenakan euforia pilpres hanya berkangsung sementara saja dikarenakan pelaku pasar akan kembali menyadari faktor fundamental Indonesia. Setelah menyadari faktor fundamental, pelaku pasar akan menanti susunan kabinet dari presiden baru. Pelaku pasar juga akan menagih janji pemenang pilpres yang akan diumumkan KPU nanti.

“Kondisi pasar modal akan menunggu hasil pilpres yang sesuai ekspektasi pasar akan memberi kepastian bagi investor dan menciptakan kegairahan di pasar modal Indonesia. Apabila hasil pilpres tidak sesuai yang diharapkan selama ini maka akan berpotensi pasar modal kita menjadi melemah,” ujarnya.

Agus juga menambahkan hasil quick count pilpres menunjukkan selisih yang tipis, maka pelaku pasar modal hanya bisa menunggu hasil yang sebenarnya di KPU dikarenakan pelaku pasar tidak mau terlalu dini bereaksi yang dikhawatirkan nanti hasilnya berbeda dengan yang diharapkan dan ini tentunya menimbulkan kekecewaan sehingga menjadi sentimen negatif terhadap pasar modal. Para investor pasar modal lebih melihat kepada realisasi kebijakan yang dapat menjaga stabilitas ekonomi Indonesia ke depannya sehingga industri pasar modal mencatatkan kinerja positif.

“Namun, pelaku pasar modal tetap mewaspadai waspadai sentimen negatif yang dapat berpotensi membalikan arah IHSG, seperti sentimen atau pengaruh perekonomian domestik maupun global,” ungkap dia.

Dia juga menjelaskan untuk mengatasi pergerakan IHSG yang berpotensi labil maka pelaku pasar akan lebih melakukan kegiatan wait and see mengenai perkembangan politik di Indonesia. Hal yang terpenting, para investor akan mencermati mengenai realisasi visi dan misi capres terpilih supaya benar-benar terlaksana dengan baik sehingga dampaknya juga ke pasar modal dengan aksi beli saham yang terus bertambah.

“Dalam hubungannya dengan pemilu, jarang sekali ada dampak buruk ke pasar saham dan rupiah. Sebaliknya, selalu memberikan dampak positif. Tapi, syarat utamanya adalah seluruh rangkaian dari pesta demokrasi ini berlangsung aman, tertib, dan lancar,” lanjut Agus.

Menurut pengamat pasar modal Reza Priyambada, euphoria pemilihan presiden (Pilpres) memang berdampak positif terhadap pasar modal, namun demiikian dia memproyeksikan kondisi ini tidak akab berlangsung lama dan pasar akan kembali fluktuatif sampai dengan pengumuman resmi dari KPU mendatang. “Meski hari ini sentimennya positif, ini hanya euphoria kemenangan saja, bisa saja sentiment positif ini masih fluktuatif dan bersifat temporer,” ujarnya.

Tapi yang perlu diwaspadai adalah, sambung Reza, dua hasil perhitungan yang berbeda dari hitungan cepat masing-masing pasangan mendeklarasikan kemenangan nantinya bisa berdampak negatif terhadap pasar dalam beberapa pekan ini sampai dengan pengumuman resmi nanti. “Yang perlu diwaspadai adalah hasil hitungan yang berbeda-beda bisa saja akan berdampak negatif terhadap pasar atau berbalik arah pada besok atau beberapa hari ke depan,” imbuhnya. agus/mohar/bari

 

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…