Direspon Positif Oleh Pasar - OJK Didesak Fasilitasi Produk ETF

NERACA

Jakarta – Seiring makin berkembangnya produk investasi di pasar modal, salah satunya poduk investasi Exchange Traded Funds (ETF). Menjadi alasan bagi Indo Premier Investment Management (IPIM) untuk mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar investor Exchange Traded Funds (ETF) bisa difasilitasi marjin lebih tinggi dibanding dengan saat ini.

Hal ini dilakukan guna meningkatkan antusias investor dalam berinvestasi di poduk ETF. Maklum saat ini poduk ETF masih tergolong baru jika dibanding produk lainya,”Kami sudah usul ke OJK agar fasilitas marjin untuk transaksi ETF itu di tambah dari yang tadinya dua kali bisa menjadi lima kali, tidak harus 10 kali lah. Namun, hingga saat ini pihak OJK masih mengkajinya alias belum disetujui,” kata President Director of Indo Premier Investment Management (IPIM), John D. Item di Jakarta, kemarin.

John menuturkan, produk ETF sendiri saat ini sangat populer di negara seperti Hongkong dan Korea. Hal ini karena investor di kedua negara tersebut. didukung oleh fasilitas marjin yang mencapai 10 kali lipat dari modal investor. Sementara jika dibandingkan dengan investor ETF Indonesia, hanya difasilitasi marjin dua kali lipat saja dari modalnya.“Mereka (investor ritel) di Korea itu semangat sekali melakukan transaksi ETF, karena ada fasilitas marjin capai 10 kali lipat. Jadi, mereka bisa untung besar. Kalau di kita kan belum sampai segitu atau baru dua kali saja. Jadi, wajar jika likuiditas saham ETF di kita itu kalah dengan Hong Kong dan Korea,” ungkapnya.

Seperti diketahui, instrumen ini sendiri merupakan instrumen yang murah yang dapat mengakses eksposur pasar secara luas. ETF hakikatnya adalah penggabungan karakteristik dari dua produk yakni reksa dana berbentuk terbuka dan saham. Namun ETF itu berbeda dengan reksa dana. Karena, investor bisa membeli unit penyertaan atau saham ETF di Bursa. Artinya, ETF diperdagangkan sama halnya seperti saham.

Menurut John, produk ETF yang berkembang demikian pesat di Hong Kong dan Korea, karena ETF itu memberi fleksibilitas untuk masuk dan keluar dari posisi setiap saat sepanjang hari, tidak seperti reksadana yang hanya dapat ditransaksikan sekali dalam sehari. Kemudian, seluruh strategi perdagangan aktif yang dapat digunakan pada saham tradisional juga dapat digunakan pada ETF. Strategi tersebut termasuk timing pasar, rotasi sektor, short selling dan transaksi marjin (buying on margin).

Kemudian begitu antusiasnya masyarakat dalam negeri terhadap produk ETF, memicu Indopremier Investment Management (IPIM) untuk meluncurkan poduk investasi Exchange Traded Funds baru, salah satunya ETF yang fokus akan investasi di sektor Finansial.

Niatan ini dilandasi prospek poduk ETF yang diperkirakan bakal digemari oleh investor pasar modal Indonesia. Pihak Indopremier terus menyiapkan untuk menghadapi banjirnya permintaan dari investor akan instrumen investasi tersebut.

Kata John D. Item, produk tersebut saat ini masih dalam tahap perizinan ke Otoritas Jasa Keuangan,“Kami berharap produk ETF ini dapat diterbitkan pada September atau Oktober tahun ini juga,”ujarnya.

John menjelaskan, khusus untuk produk finansial sekitar 60-80% sahamnya adalah terdiri dari saham-saham perbankan. Sedangkan sisanya sekitar 20-40% adalah yang berhubungan dengan keuangan seperti asuransi dan multifinance. Saat ini IPIM memiliki 15 produk yang dipasarkan, di antaanya 5 ETF, 7 reksa dana terproteksi, 1 reksa dana campuran, 1 reksa dana saham, dan 1 reksa dana pendapatan tetap. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…