Tingkat Kemiskinan Turun di 2015 ?

NERACA

Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengklaim bahwa  tingkat kemiskinan bakal menurun pada 2015 berkisar pada angka 9% hingga 10%  atau menurun dibandingkan tahun 2014. Dimana saat ini tingkat kemiskinan per Maret 2014 sebesar 11, 25% dari total populasi atau setara 28,28 juta orang.

"Target 2015 khususnya tingkat pengangguran terbuka 7,5%, kemiskinan 9%-10%," ujar kepala Bappenas, Armida Salsiah Alisjahbana, saat rapat kerja bersama komisi XI DPR di Jakarta, Rabu (2/7).

Dia menegaskan dalam perhitungannya, terjadi penurunan dari jumlah orang miskin. "Isu kesenjangan jadi konsen pada 2015," katanya.

Pada kesempatan berbeda Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance, Enny Sri Hartati, menuturkan beberapa faktor yang menciptakan laju kemiskinan kian tumbuh, karena inflasi yang tinggi menjadikan daya beli masyarakat yang rendah sehingga produksi dalam negeri minim. Selain itu, minimnya industri padat karya sehingga penyerapan tenaga kerja sangat rendah. “Bagaimana industri mau tumbuh, tax gini ratio atau ketimpangan pendapatan kian melebar karena minimnya penyerapan tenaga kerja,” imbuhnya.

Selain itu banyak kebijakan yang tidak pro terhadap industri seperti kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), sedangkan industri sedang dihantam oleh tingkat suku bunga tinggi (BI Rate), di samping itu juga depresiasi rupiah yang mengakibatkan pertumbuhan industri kian melambat. “Tonggak pertumbuhan ekonomi berpangku pada industri sebagai penggerak perekonomian, hanya saja pertumbuhan industri sendiri sangat rendah yang hanya dikisaran 3%, sangat sulit untuk mendongkrak produktifitas dan penyerapan tenaga kerja sehingga tingkat kemiskinan kian melebar,” paparnya.

Di samping itu juga, minimnya pengawasan dan maintenance terhadap anggaran untuk kemiskinan, padahal jika di total ada sekitar Rp100 trilliun program yang digelontorkan kepada masyarakat miskin melalui klaster-klaster pada Kementrian/Lembaga (K/L) tapi tidak ada efeknya terhadap pengurangangan kemiskinan. “Ini mengindikasikan multiefek terhadap program pemerintah terhadap pengentasan kemiskinan tidak berjalan, adapun anggrannya lari kemana itu yang patut dipertanyakan,” ungkapnya. [agus]

BERITA TERKAIT

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab NERACA Malang - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian…

Lembaga Rating Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

    NERACA   Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada…

Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    NERACA   Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab NERACA Malang - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian…

Lembaga Rating Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

    NERACA   Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada…

Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    NERACA   Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan…