Rawan Koreksi, IHSG Bergerak Konsolidasi

NERACA

Jakarta –Minim sentiment positif, memicu pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak fluktuatif. Untungnya, mengakhiri perdagangan Selasa sore, indeks BEI mampu balik arah dan ditutup menguat sebesar 6,24 poin atau 0,13% ke posisi 4.884,83, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) naik 2,07 poin (0,25%) ke level 824,74,”IHSG BEI kembali berada di area positif menyusul data perekonomian kita yang cukup stabil," kata analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya di Jakarta, Selasa (1/7).

Dia mengemukakan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Juni 2014 sebesar 0,43% atau lebih rendah dari inflasi pada Juni tahun lalu yang tercatat sebesar 1,03%. Sementara inflasi tahun kalender Januari-Juni 2014 tercatat mencapai 1,99% dan secara tahunan (yoy) 6,7%.

Sementara tercatat neraca perdagangan Indonesia Mei 2014 mengalami surplus sebesar US$ 69,9 juta yang merupakan selisih nilai ekspor US$ 14,83 miliar dengan impor US$ 14,76 miliar,”Data yang cukup positif itu mendorong arus dana asing kembali terjadi, hal ini menggambarkan bahwa kekuatan naik IHSG kembali membesar,”ujarnya.

Berikutnya, indeks BEI Rabu sore akan bergerak konsolidasi dengan kencenderungan terkoreksi. Tercatat pada perdagangan kemarin, investor asing membukukan beli bersih (foreign net buy) sebesar Rp529,995 miliar. Sementara transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 150.128 kali dengan volume mencapai 3,21 miliar lembar saham senilai Rp2,68 triliun. Efek yang mengalami kenaikan sebanyak 120 saham, yang melemah 165 saham, dan yang tidak bergerak 88 saham.

Kemudian bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng dibuka melemah 30,80 poin (0,13%) ke level 23.190,72, indeks Nikkei naik 164,10 poin (1,08%) ke level 15.326,20 dan Straits Times melemah 13,47 poin (0,42%) ke posisi 3.242,05.

Pada perdagangan sesi pertama, indeks BEI ditutup melemah 4,89 poin atau 0,1% menjadi 4.873,69. LQ45 turun 0,67 poin atau 0,1% menjadi 822. Sementara MNC 36 turun 0,11 poin atau 0,01% ke 251,81. Berbeda, JII malah menguat 0,65 poin atau 0,01% ke 655,65. Minimnya sentiment positif, ditambah sentiment negatif melemahnya mayoritas bursa di Asia menjadi hambatan indeks BEI bergerak di zona hijau.

Tercatat, indeks Hang Seng turun 30,8 poin atau 0,13% ke 23.190,72, dan Straits Times turun 16,54 poin atau 0,51% ke 3.239. Sementara Nikkei menguat 173,95 poin atau 1,15% ke 15.336,05. Sementara pada sesi pertama, sebanyak 126 saham di Bursa Efek Indonesia ditutup terkoreksi.

Sektor pendukung indeks saham bergerak dua arah. Sektor perkebunan turun 30,89 poin atau 1,3%, sektor tambang turun 2,34 poin atau 0,2% dan sektor industri dasar naik 9,4 poin atau 0,7%. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp1,23 triliun dengan volume 1,97 miliar saham. Sebanyak 126 saham melemah, 107 saham menguat dan 93 saham stagnan.

Saham-saham yang bergerak menguat (top gainers), antara lain PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik Rp300 ke Rp29.575, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) naik Rp200 ke Rp22.750 dan PT Enseval Putra Megatrading Tbk (EPMT) naik Rp125 ke Rp3.600. Sementara saham-saham yang bergerak melemah (top losers), antara lain PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun Rp700 ke RP52.800, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun Rp450 ke Rp26.550 dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turun Rp400 ke Rp27.775.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka turun tipis sebesar 0,93 poin atau 0,02% menjadi 4.877,65. Sementara itu, indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 0,24 poin (0,03%) ke level 822,43,”Laju indeks BEI tertahan seiring dengan potensi depresiasi rupiah belum reda. Dalam pekan ini, pelaku pasar tetap akan menyikapi flukuasi nilai tukar rupiah," kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah.

Menurut dia, jika rupiah kembali mengalami tekanan, diperkirakan IHSG sulit melaju di area positif. Selama faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar rupiah belum mereda, potensi depresiasi masih cukup terbuka.”Pulihnya rupiah harus adanya perbaikan fundamental ekonomi dengan membuat kebijakan jangka panjang. Salah satunya kebijakan berupa menekan impor dan menaikkan ekspor,”ujarnya.

Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Aiza menambahkan bahwa di sisi lain, pelaku pasar sedang menanti data ekonomi Indonesia yang akan dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Selasa (1/7), antara lain laju inflasi serta neraca perdagangan Indonesia.”Indeks BEI berpotensi kembali menguat seiring dengan optimisme pasar terhadap rilis data ekonomi dalam negeri, inflasi diperkirakan turun dan neraca perdagangan akan mencetak surplus,”tandasnya

Tercatat bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng dibuka melemah 30,80 poin (0,13%) ke level 23.190,72; indeks Nikkei naik 196,75 poin (1,30%) ke level 15.358,85; dan Straits Times melemah 12,23 poin (0,39%) ke posisi 3.243,12. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…