Chitose Targetkan Pendapatan Tumbuh 30%

NERACA

Jakarta –Melemahnya nilai tukar rupiah, dipastikan tidak akan berdampak terhadap penjualan PT Chitose Internasional Tbk (CINT). Pasalnya, emiten furniture ini masih mengandalkan pasar penjualan dalam negeri, sehingga tidak mengkhawatirkan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Bahkan perseroan optimis, target pendapatan tahun ini tumbuh 15%-30% bisa terealisasi.

Presiden Direktur PT Chitose Internasional Tbk, Dedy Suherlan mengatakan, pihaknya akan mendulang pendapatan positif sampai akhir tahun 2014,”Kita bidik pertumbuhan pendapatan 15%-30%, sampai akhir tahun 2014," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, sokongan target pendapatan masih tersebar di dalam negeri yang memberikan kontribusi 90%. Namun, Chitose tetap akan mendulang pendapatan dari ekspor ke Jepang. Perseroan juga memiliki pasar ekspor ke Singapura dan Jepang, dimana persentasenya masih kecil sebesar 10%.

Sebagai informasi, PT Chitose Internasional Tbk menyatakan tidak akan menggenjot produksi untuk ekspor. Perseroan menilai, pasar ekspor belum signifikan dalam segmen perseroan. Sebab pasar domestik masih menjanjikan ke depan.

Kata Dedy, produksi Chitose hampir 90% memasok ke dalam negeri. Melalui 8 dealer dan 560 agen penjualan seluruh Indonesia. "Kita pasok dari Sabang-Merauke. Jadi kita nggak konsentrasi di kota-kota besar. Kita merata semuanya," jelas Dedy

Selain itu, lanjut Dedy, kunci dari target pendapatan karena perseroan memanfaatkan produk untuk middle market,”Prospek growth, rata-rata cukup bagus. Hal ini disebabkan, Indonesia emerging dari middle marketnya cukup besar, kita punya produk di middle market. Sedikit kita touch di upper marketnya dengan mitra-mitra kita dari Jepang karena selalu high end market pada range product," tambah Dedy.

Selain itu, dirinya menegaskan, dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik (TDL) perseroan tetap tidak akan menaikkan harga jual produknya."Tahun ini kami belum berencana menaikkan harga jual,”ungkapnya.

Lebih lanjut, dia mengakui kenaikan tersebut memang akan berimbas kepada pendapatan perseroan. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan biaya produksi. Untuk itu, perseroan memiliki strategi dalam jangka panjang dalam menyiasatinya,”Kita aplikasikan one price one policy. Jadi, di pelosok tanah air harga produk perseroan tetap sama," tuturnya.

Asal tahu saja, pada 1 Mei 2014 Perusahaan Listrik Negara (PLN) resmi menaikkan tarif dasar listrik (TDL) untuk industri menengah I-3 (go public), industri besar I-4 serta penetapan tarif adjustment untuk beberapa golongan. Kenaikan ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 9 Tahun 2014.

Disamping itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya telah menetapkan saham PT Chitose Internasional masuk sebagai efek syariah sejak 17 Juni 2014. Disebutkan, keputusan sebagai efek syariah disampaikan berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor Kep 24/D.04/2014 tanggal 20 Mei 2014 tentang Daftar Efek Syariah. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…