Nilai Rupiah Menguat, Daya Saing Tekstil Bakal Melorot

NERACA

Jakarta – Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ternyata punya dampak jelek ke industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Daya saing industri tekstil lokal terancam melemah lantaran harga jualnya jadi meninggi di pasar global.

“Kita jelas akan kehilangan daya saing karena asumsi kita selama ini perdolar AS itu Rp9.500 tetapi sekarang Rp8.500 perdolar AS, dampaknya tentu pelemahan daya saing,” kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Ade, dampak itu diperkirakan bakal meluas pada akhir tahun, hingga ekspor tekstil Indonesia terancam menurun dibandingkan angka impor tekstilnya.

Saat ini, imbuh Ade, pasar dalam negeri sudah cenderung didominasi produk tekstil impor karena harg jualnya murah. “Ini membahayakan produksi dalam negeri, di mana produk impor akan mendominasi apalagi menjelang lebaran seperti sekarang ini,” jelasnya.

Ade mengaku, saat ini memantau peredaran produk tekstil dan garmen impor di pasar lokal yang sudah mencapai 50-60%.

Dia meminta pemerintah segera bertindak merespon kondisi tersebut untuk melindungi industri tekstil dalam negeri dari tekanan produk impor. “Pemerintah harus cepat tanggap memberlakukan berbagai hal untuk memproteksi pasar dalam negeri, salah satunya dengan memberlakukan labeling untuk garmen-garmen impor, mereka harus menggunakan label dalam bahasa Indonesia sehingga masyarakat kita tidak dirugikan,” tandasnya.

Selain itu, Ade menyebut telah meminta agar seluruh pihak secara sadar meningkatkan konsumsi produk tekstil dan garmen dalam negeri agar industri lokal dapat terus berproduksi.

"Kreativitas anak bangsa harus terus diapreasiasi dan terus dipupuk, karena kreativitas kita tidak terkalahkan dengan produk impor baik dari segi batik, distro, dan produk lain,” paparnya.

Dalam kondisi seperti sekarang ini, imbuh Ade, industri tekstil dan garmen lokal sedang menuju ke arah genting.

Meskipun demikian, Direktur Garment PT Sritex Solo Iwan Kurniawan Lukminto menyebut, peluang tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar internasional masih bagus dan tidak kalah dibandingkan dengan produk serupa asal negara China dan India.

“Untuk harga di pasar internasional sekarang ini bersaing, tetapi kita masih menang dalam kualitas,” katanya.

Dia mengatakan, untuk meraih peluang pasar itu, perusahaan kini melakukan pengembangan usaha dengan modal yang ditanamkan sebesar US$ 20 juta.

Iwan menyebut, pabrik tekstil PT Sritex di Sukoharjo yang menempati lahan seluas 150 hektare, kini dikembangkan lagi untuk bagian pemintalan benang, tenun dan bagian garmen. “Pembangunan tersebut menelan dana US$ 20 juta,” jelasnya.

Pengembangan pabrik tersebut untuk pembangunannya sampai sekarang telah selesai 90% dan akan mampu menyerap tenaga kerja di bagian pemintalan benang sebanyak 2.500 orang, tenun 1.500 orang dan dibagian garmen sebanyak 2.500 orang. Sementara ini jumlah karyawan total di pabrik tekstil PT Sritex di Sukoharjo itu tercatat 18.000 orang.

Produksi tekstil PT Sritex sebanyak 70% diekspor dan sekitar 30% sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Nilai ekspor tekstil dari PT Sritex untuk ke Amerika Serikat rata-rata per tahun mencapai US$ 300 juta sedangkan ke Eropa mencapai US$ 200 juta.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…