Cowell Bidik Recurring Income Rp 140 Miliar

NERACA

Jakarta – Emiten properti, PT Cowell Development Tbk (COWL) menargetkan tahun ini mampu membukukan pendapatan berulang atau recurring income tumbuh sebesar 40% atau Rp 140 miliar. Dimana sumber pendapatan berulang ini akan di dapatkan dari penyewaan mall dan office di plaza atrium.

Direktur PT Cowell Development Tbk, Darwin Fernandes Manurung mengatakan, perseroan masih mengandalkan sewa mall dan office untuk pendapatan recurring income, “Kita targetkan pendapatan berulang tahun ini sebesar Rp 140 miliar,”ujarnya di Jakarta, Kamis (26/6).

Disamping itu, seiring dengan rampungnya beberapa proyek baru, perseroan membidik pertumbuhan penjualan sebesar 15%-20%. Tercatat hingga kuartal pertama tahun ini, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp 70 miliar.

Kemudian untuk mendanai empat proyek baru perseroan tahun ini, yaitu The Oasis, Lexingtown, La Varde dan Borneo Paradiso, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 300 miliar untuk pembangunan Oasing Cikarang. Dimana belanja modal ini merupakan fasilitas pinjaman dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan untul belanja modal pembangunan proyek Lexingtown mendapatkan fasilitas pinjaman dari Bank DKI sebesar Rp 300 miliar dan sisanya Rp 300 miliar dari ekuitas perseroan.

Sementara menyadari keterbatasan lahan dalam ekspansi bisnisnya, kata Direktur Utama PT Cowell Development Tbk, Novi Imely, perseroan akan memilih strategi kemitraan, “Dalam ekspansi bisnis properti, tidak selamanya perseroan harus membeli lahan. Apalagi lahan di Jakarta saat ini sangat terbatas dan mahal, makanya kita pakai strategi mitra yang memiliki lahan,”tuturnya.

Dirinya mengakui, saat ini perseroan tengah menjajaki mitra yang akan bekerjasama untuk mengembangkan beberapa proyek properti kedepannya. Namun sayangnya, mitra strategis tersebut belum bisa disebutkan.

Diketahui, saat ini landbank perseroan untuk proyek properti Oasis sebesar 13,4 hektar dan Borneo di Balikpapan-Kalimantan Timur seluas 75 hektar.  Kemudian berdasarkan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) menyetujui untuk tidak membagikan dividen dengan alasan untuk mendanai ekspansi bisins perseroan.

Sepanjang tahun 2013, perseroan mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 24,5% dari Rp 80,94 miliar menjadi Rp sebesar Rp 100,8 miliar. Hal itu salah satunya didukung dari pencapaian pendapatan perseroan di tahun 2013 sebesar Rp 330,83 miliar naik 6,2% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 311,48 miliar.

Dirinya menjelaskan, kebutuhan ekspansi bisnis perseroan pada tahun ini dan mendatang memerlukan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, menurut Novi, sudah sepantasnya perseroan menahan laba bersih yang diperoleh perseroan pada tahun lalu guna menunjang ekspansi bisnis perseroan."Kami sangat agresif untuk selalu melakukan ekspansi usaha, jadi kebutuhan dana untuk melancarkan rencana perseroan itu dibutuhkan dana yang sangat besar. Jadi, sangat wajar jika kami tidak membagikan dividen, demi kepentingan usaha," tegasnya. (bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…