Sulitnya Hari Tanpa Tembakau

Oleh: Kencana Sari

Peneliti Balitbangkes, Kemenkes

Hari tanpa tembakau 31 Mei telah berlalu. Hilang begitu saja bagai asap yang dihembuskan para perokok. Padahal merokok membunuh lebih dari separuh penggunanya. Merokok akan mempengaruhi kekakuan pembuluh darah arteri dan akan lebih berefek pada tekanan darah pusat. Lainnya berhubungan dengan kerusakan organ dibandingkan dengan tekanan darah brachial. Sehingga perokok cenderung tidak terlihat dampaknya dalam waktu yang singkat.

Data Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan tahun 2013 memperlihatkan bahwa perilaku merokok penduduk usia 15 tahun keatas semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya menjadi 36 persen dengan rata-rata rokok yang dihisap adalah 12 batang perhari. Terdapat 65 persen laki-laki merupakan perokok.  1, 4 persen merupakan perokok anak, 10-14 tahun. Sepuluh persen perokok beralah dari mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan 32 persen dari penduduk miskin. Jumlah pengonsumsi rokok semakin menurun sejalan meningkatnya status sosial ekonomi. Memang nyatanya 80 persen perokok hidup di negara berpendapatan rendah dan menengah.

Miskinnya perumahan, pendapatan rendah, tempat tinggal yang sepi, pengangguran dan pramuwisma berhubungan dengan tingginya angka merokok dan rendahnya angka berhenti merokok. Penggunaan obat, alkohol dan rokok sangatlah agresif apalagi didukung oleh marketing dan promosi perusahaan transnasional dan kelompok kejahatan yang terorganisir. Hal ini menjadi penghalang kebijakan-kebijakan untuk mengurangi penggunaanya terutama dikalangan anak muda.

Pemerintah sejak beberapa tahun lalu mewajibkan para produsen rokok untuk menaruh gambar-gambar “menyeramkan ‘ akibat merokok. Namun sepertinya belum berjalan efektif. Berbagai inovasi lain yang harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa tidak hanya mereka yang perokok tetapi juga mereka yang hidup disekitar asap rokok terutama wanita dan anak-anak. 

Peningkatan pajak terhadap rokok juga dapat dilakukan dengan harapan dapat mengurangi demand yang ada. Harga rokok di Indonesia sangatlah murah, di Amerika harga satu bungkus rokok bisa mencapai 10-15 kali lipat. Selanjutnya Pembatasan ketat usia mulai merokok, misalkan menjadi 21 tahun, sehingga bisa menyelamatkan anak dan remaja dari semakin mudanya usia merokok dan akibat dimasa datang.

Ketergantungan terhadap rokok, alkohol dan obat terlarang membuat penderitaan tersendiri bagi seseorang yang penggunaanya sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka berada. Beberapa orang sangat ini berhenti merokok tetapi sangatlah sulit. Penyediaan akses terhadap pelayanan untuk berhenti terhadap ketergantungan merokok sangat penting sebagai jalan keluar.

Mewujudkan hari bebas asap rokok perlu penegakan kebijakan yang tegas dan komitmen serta dukungan moril dan materil dari berbagai pihak, pemerintah pusat dan daerah serta dan swasta.

 

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…