Neraca Perdagangan Melebar - Investor Enggan Berinvestasi di Indonesia

NERACA

Jakarta - Setelah dua bulan surplus, neraca perdagangan Indonesia pada April 2014 kembali defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan defisit US$ 1,97 miliar. Defisitnya neraca perdagangan yang kian terus membengkak setiap bulannya ditenggarai berdampak pada minimnya minat investor luar negeri menanamkan modal di Indonesia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menjelaskan neraca perdangan Indonesia bulan April mengalami defisit sebesar US$1,9 miliar dengan nilai ekspor US$14,29 miliar dan impor mencapai US$16,26 miliar.

"Kita tunjukkan setiap kali kejar pertumbuhan, impor yang besar telah mengalami defisit current acount bisa bergolak di pasar keuangan. Karena itu para investor jadi resah karena current acoount kita yang memburuk," kata Mirza Adityaswara di Jakarta, Senin (9/6).

lebih jauh lagi Ia mengatakan setiap kali menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun cadangan devisa terus menurun karena impor yang pemerintah cukup besar.

"Setiap kali kita genjot pertumbuhan kita impor banyak, kemudian defisit cadangan devisa, terus guncangan di pasar keuangan karena investor resah. Akibat pasar keuangan tidak dalam, terjadi volatile," ujarnya.

Ungkapan senada pernah dilontarkan oleh perusahaan investasi Morgan Stanley, defisit perdagangan Indonesia sangat di luar dugaan dan menghambat upaya stabilisasi defisit neraca transaksi berjalan. Fakta bahwa kinerja perdagangan berbalik negatif di awal tahun semakin mempersulit usaha pemerintah untuk menggerus defisit current account.

"Apabila defisit perdagangan sebesar 0.6% bertahan untuk kuartal pertama, maka rasio defisit neraca transaksi berjalan Indonesia akan mendekati 3% dari GDP nasional," demikian urai Morgan Stanley.

Sampai saat ini, harga komoditi ekspor tidak kunjung meningkat sehingga menghambat pemasukan negara. Di sisi lain, penguatan nilai tukar Rupiah membuat sektor ekspor gagal menunjukkan kinerja terbaiknya.Rupiah telah menguat 4.7% terhadap US Dollar sejak awal tahun 2014. Pergerakan kuat mata uang domestik akan memaksa pemerintah untuk merevisi pandangan ekonominya untuk kuartal berikutnya.

Namun dimata pengusaha Nilai investasi, baik dari asing maupun dalam negeri, pada tahun ini diperkirakan akan menurun karena telah memasuki tahun politik. Para investor akan menahan untuk melakukan investasi di Indonesia

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi mengakui bahwa memang ada beberapa investor yang telah meminta izin untuk melakukan investasi di Indonesia. Namun, mereka tidak akan merealisasikan investasinya di Indonesia pada tahun ini. "Yang menurun bukan hanya penanaman modal asing, penanaman modal dari dalam negeri juga saya perkirakan menurun," kata dia.

Sofyan menjelaskan banyak pelaku usaha atau investor merasa bimbang pada tahun politik sehingga mereka lebih memilih untuk menunggu setelah pemilu 2014. "Saat ini, banyak investor yang berpikir mengapa harus melakukan investasi tahun ini, lebih baik menunggu pemerintahan yang akan datang," ujarnya. Bahkan, tambahnya, ada beberapa investor malah menarik investasinya di Indonesia. [agus]

BERITA TERKAIT

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…