Industri Penopang Kemajuan

 

Sejarah industrialisasi di dunia menunjukkan, tidak ada satu negara pun yang dapat mencapai kemajuan industri tanpa dukungan pemerintah yang tepat. Mekanisme pasar terbukti gagal mengarahkan ekonomi negara berkembang untuk tumbuh cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara maju. 

Apabila kita hanya bertumpu pada mekanisme pasar, maka karunia sumber (factor endowment) yang dimiliki negara berkembang cenderung menciptakan sinyal ekonomi yang mengarahkan investasi hanya ke sektor-sektor berteknologi rendah dan memiliki kemampuan menciptakan nilai tambah rendah. Begitu juga jika hanya melalui mekanisme pasar, ekonomi dan industri negara berkembang akan terperangkap pada keterbelakangan dan tidak akan mampu mengejar ketertinggalan dari negara maju.

Setidaknya ada tiga tugas pokok pemerintah untuk mendorong kemajuan industri, yakni: pembangunan SDM (pendidikan dan pelatihan); penyediaan infrastruktur seperti kawasan industri yang tersebar, jalan, pelabuhan, listrik, air bersih; dan fasilitasi R&D untuk meningkatkan teknologi.

Untuk itu, kebijakan fiskal sangat berperan untuk menopang ketiga peran tersebut. Juga pembenahan struktur tarif bea masuk agar berpihak pada penguatan struktur industri. Kebijakan itu sekaligus ditujukan untuk memberangus praktik pemburuan rente. Kepentingan nasional harus di atas segalanya, bukan kepentingan kelompok atau pengusaha tertentu.

Dengan kebijakan industrial yang kondusif diharapkan struktur industri bertambah kokoh, tidak seperti sekarang yang ditandai oleh missing middle atau hollow middleatau keropos di tengah. Populasi industri selama ini didominasi oleh industri kecil ( 96%). Sedangkan industri besar hanya 1% dan industri menengah hanya 3%. Sebagai perbandingan, porsi industri menengah di Brazil mencapai  44%, di Vietnam 23 %, dan di Filipina sekitar 20%.

Struktur industri yang keropos di tengah mengakibatkan lemahnya keterkaitan antarindustri. Yang berskala besar tidak bisa mengandalkan pada produk yang dihasilkan industri kecil dan menengah di dalam negeri, sehingga harus bergantung pada bahan baku/penolong impor. Hal ini terkonfirmasikan dari kenyataan lebih dari tiga perempat impor Indonesia berupa bahan baku/penolong.

Oleh karena itu, pendalaman industrialisasi akan sangat membantu penurunan impor sehingga memperbaiki transaksi perdagangan dan akun lancar (current account), serta keseimbangan sektor eksternal sehingga menstabilkan nilai tukar rupiah. Tidak hanya itu. Semakin besar porsi industri manufaktur berskala menengah akan memberikan sumbangsih berharga bagi negara. 

Bagaimanapun, sangat sedikit negara yang dapat mencapai kemajuan ekonomi dan menyejahterakan rakyatnya tanpa ditopang pertumbuhan industri yang berkelanjutan. Jadi, Indonesia yang berpenduduk besar (240 juta jiwa) memiliki pijakan lebih kuat untuk memajukan sektor industri manufaktur karena faktor keekonomian skala (economies of scale). 

BERITA TERKAIT

Cegah Dampak El Nino

Ancaman El Nino di negeri belakangan ini semakin kentara, apalagi data BPS mengungkapkan sektor pertanian saat ini hanya berkontribusi sekitar…

Permendag Tak Akomodatif

  Meski aturan pembatasan jenis dan jumlah barang kiriman pekerja migran Indonesia (PMI) sudah dicabut, penumpang pesawat dari luar negeri…

IKN Magnet Investasi

  Eksistensi UU Cipta Kerja dinilai cukup strategis dalam memajukan perekonomian Indonesia. UU Cipta Kerja akan menjadi salah satu regulasi…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Cegah Dampak El Nino

Ancaman El Nino di negeri belakangan ini semakin kentara, apalagi data BPS mengungkapkan sektor pertanian saat ini hanya berkontribusi sekitar…

Permendag Tak Akomodatif

  Meski aturan pembatasan jenis dan jumlah barang kiriman pekerja migran Indonesia (PMI) sudah dicabut, penumpang pesawat dari luar negeri…

IKN Magnet Investasi

  Eksistensi UU Cipta Kerja dinilai cukup strategis dalam memajukan perekonomian Indonesia. UU Cipta Kerja akan menjadi salah satu regulasi…