Mempersiapkan Lewat Pasar Modal - Upaya Koperasi dan UKM Go Internasional

NERACA

Jakarta – Menciptakan ekonomi kerakyatan untuk membangun kesejahteraan rakyat kecil, merupakan nilai dan filosofi dibalik hadirnya koperasi di Indonesia. Bagaimana pun juga, koperasi di Indonesia memainkan peranan yang sangat strategis dalam menggerakkan denyut nadi perekonomian masyarakat serta pembangunan nasional. Peran dan fungsi koperasi tidak hanya sebatas aktivitas ekonomi saja tetapi juga sebagai manifestasi semangat kolektif, kebersamaan dan prinsip keadilan yang berakar pada masyarakat yaitu gotong royong.

Selain itu, model bisnis koperasi merupakan manifestasi dari konstitusi dasar kita yaitu UUD 1945 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan. Menjadi tugas bersama dan segenap elemen bangsa untuk terus memajukan sektor perkoperasiaan di Indonesia. Terlebih menghadapi persaingan pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, koperasi di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup besar bila tidak mempunyai daya saing lebih.

Menurut ekonom Universitas Indonesia, Firmanzah, koperasi di  Indonesia menghadapi tantangan besar. Pertama, yaitu peningkatan kualitas kelembagaan dan manajemen unit koperasi. Kedua, unit koperasi juga perlu terus kita tingkatkan daya saing dan tidak hanya berperan di tingkat nasional tetapi juga berkelas dunia. Melalui penguatan kedua hal ini akan menambah jumlah unit koperasi yang mampu berkiprah di kawasan ASEAN serta di dalam negeri akan semakin menguatkan modal sosial (social capital), “Di sejumlah negara Skandinavia jaringan keanggotaan koperasi terbukti mampu meredam munculnya resiko konflik sosial karena semangat kebersamaan, kekeluargaan serta keadilan yang mengikat individu maupun anggota badan usaha,”ujarnya.

Sementara Deputi Bidang Kelembagaan dan UKM Kementerian Koperasi dan UKM Setyo Heriyanto menjelaskan, tantangan koperasi ke depan bukan seperti tantangan UU No 12 Tahun 1967 dan UU No 25 Tahun 1992. Tapi tantangan yang sudah di depan mata yaitu masyarakat ASEAN, di mana produk-produk dari beberapa negara tetangga bisa masuk ke Indonesia dengan bebasnya.“Kalau kita ketemu dengan persoalan seperti ini apa yang harus kita lakukan? Produk-produk yang membanjiri Indonesia artinya kan menempatkan kita seperti pasar saja. Apa yang harus dilakukan koperasi? Jangan sampai anggota koperasi yang jumlahnya 34 juta ini juga akan diformat sebagai konsumen dari produk-produk asing itu,”tuturnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, pertumbuhan lembaga koperasi di Indonesia ini semakin meningkat. Hingga bulan Mei 2012 total koperasi di Indonesia berjumlah 192.443 unit. Pada tahun 2012 lalu, setiap tahunnya pertumbuhan koperasi meningkat mencapai 7-8%, namun 26-27% diantaranya tidak aktif.  Sayangnya, dari segi daya saing koperasi dan UMKM Indonesia masih rendah. Dalam dua dasawarsa terakhir  seolah kebanggaan bangsa ini kian redup dan daya saing bangsa pun seperti belum menemukan arah. Banjirnya produk impor, terutama sejak era perdagangan bebas menjadi salah satu indikator ketidakmampuan daya saing kita. Produk asing, terutama dari Cina membanjiri pasar dalam negeri.

Perkuat Modal UKM

Persoalan lain bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai mitra koperasi adalah pendanaan, disamping belum terbukanya pasar bagi UKM untuk menjual produknya. Asal tahu saja, koperasi dan UKM, ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan karena keduanya saling berkaitan untuk menunjang bisnis usaha. Menyikapi persoalan kesulitan modal bagi UKM agar bisa berkembang lebih pesat lagi dan go internasional, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki gagasan agar UKM bisa melantai di bursa, di antaranya adalah memiliki aset bersih atau net tangible asset minimal Rp5 miliar.

Direktur Utama BEI Ito Warsito pernah bilang, kemudahan tersebut dibuat untuk mendorong perusahaan berskala menengah kecil untuk bisa melantai di bursa. "Sekarang ini kan net tangible asset Rp 5 miliar, itu sudah bisa dimasuki usaha kecil, untuk di level bursa minimal aset Rp 5 miliar sudah memungkinkan UKM masuk," ujar Ito.

Sementara itu, Direktur Penilaian BEI Hoesen menyebutkan, selain punya aset minimal Rp 5 miliar, perusahaan menengah kecil yang ingin melantai di bursa juga perlu membayar biaya untuk menjadi perusahaan terbuka. Dalam 3 tahun terakhir, biaya go public besarannya di angka 4,5% dari jumlah nilai saham yang dikeluarkan. "Tiga tahun terakhir ini biaya go public 4,5% dari jumlah saham yang dikeluarkan. Jadi itu tergantung besarnya issuance," ucap dia

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengaku, pihaknya tengah mengkaji beberapa hal terkait aturan UKM untuk bisa melantai di bursa saham. Nurhaida menjelaskan, jika perusahaan skala menengah ke atas harus melaporkan prospektus IPO di dua surat kabar, maka bagi UKM hanya diwajibkan satu surat kabar saja. Sama halnya dengan keterbukaan informasi lanjutan bagi UKM juga hanya perlu diumumkan di satu surat kabar

.
Sementara Aliansi Profesional Muda Pasar Modal Indonesia (APMPMI) akan memperkenalkan pasar modal kepada pelaku usaha kecil menengah untuk mendorong proses pengembangannya,”Sejauh ini, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia memiliki kontribusi hingga 57,12% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, namun pengembangan UKM memang masih banyak kendala," kata Ketua APMPMI Panca Prejapar.

Dia mengemukakan, salah satu kendalanya yakni akses permodalan dan pembiayaan UKM. Padahal untuk mengembangkan sektor UKM sebagai pilar ekonomi Indonesia masih membutuhkan jalur sumber pendanaan yang lebih banyak. Selain itu, lanjut dia, masih minimnya informasi serta edukasi mengenai peran atau fungsi lembaga keuangan terutama pasar modal untuk sektor UKM,”Melalui pasar modal Indonesia sebagai salah satu tempat yang dapat diakses oleh para UKM dari sisi permodalan. Kedepannya APMOMI akan aktif mengedukasi masyarakat khususnya UKM tentang industri pasar modal serta potensi akses permodalannya," ucapnya. (bani)

 

 

 

BERITA TERKAIT

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…