Tidak Haus Kekuasaan

Tidak Haus Kekuasaan

Sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas)  pendidikan dan kader, Muhammadiyah menyatakan posisinya berada di lingkaran kekuasaan negara. Namun demikian, ormas itu ingin memberian kontribusinya kepada bangsa dan negara dengan cara memajukan kesejahteraan umum dan menjalankan politik yang cerdas, amanat serta amanah.

"Muhammadiyah tidak pernah berpolitik, dan tidak pernah memasuki politik kekuasaan. Karena itu, Muhaamdiyah tidak pernah berambisi merebut kekuasaan melalui kursi-kursi eksekutif dan legislatif," kata Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Berbicara dalam sebuah dialog politik bertajuk “Menyongsong Perubahan Kekuasaan pada Pemilu 2014, belum lama ini, Din mengatakan,   pemilihan umum dan pemilihan presiden adalah salah satu agenda penting, baik pemilu legislatif maupun eksekutif, yang diharapkan bisa mengakhiri masa transisi Indonesia. “Apakah kita bisa membawa Pemilu 2014 untuk mengakhiri masa transisi yang panjang ini? Jawabannya relatif dari parlemen yang nanti terpilih," papar Din.

Dia mengingatkan, bahwa peta politik opurtunis semakin menguat dibanding semangat kenegarawan dan tingginya tingkat korupsi oleh pejabat publik. Karena itu, kata Din, kita harus memilih pemimpin yang cerdas.

 "Janganlah memilih pemimpin yang tanggung-tanggung. Jangan yang tidak mempunyai kecerdasan. Saya kira kita ini sedang tersesat, marilah kembali ke jalan yang benar," kata Din yang juga ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam acara yang dihadiri utusan Muhammadiyah dari daerah, para rector perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah, juga para politisi yang yang juga anggota Muhammadiyah seperti Bachtiar Effendy dan Chusnul Mar’iyah.

Soal tidak berpolitik, sikap itu juga dilakukan oleh Nahdhatul Ulama (NU). Mmang, pada awalnya, organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari dan KH Hasbullah itu  adalah sebuah ormas. Namun, dalam perjalanan negeri ini, NU memproklamirkan diri menbjadi partai politik. Pemilu yang diikutinya adalah pada 1955. Namun, pada Muktamar I Situbodo 1984, diputuskan bahwa NU kembali ke khittah 1926, yaitu saat didirikan, berbentuk ormas. Sama seperti Muhammadiyah. NU juga banyak bergerak di bidang sosial dan kependidikan.  Untuk mendukung pengkaderannya, NU memiliki sejumlah organisasi otonom, seperti Muslimat NU, IPPNU, dan GP Anshor.

Sedngkan, Muhammadiyah mempunyai ormas otonom seperti Pemuda Muhammadiyah,  Aisyiyah, Nasyiatul Aisiyah (NA), dan Hisbul Wathan (kepanduan), serta Pencak Silat Tapak Suci.  (saksono)

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…