ADB Ingatkan Indonesia Soal Uang Panas

NERACA

Jakarta --- Sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia diperingatkan terkait derasnya aliran dana panas yang bersifat jangka pendek. Dana ini menyerbu masuk akibat krisis di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Masalahnya aliran dana ini berpotensi menimbulkan gejolak. "Aliran dana asing bakal sangat besar dan bergejolak sehingga menimbulkan risiko dan tantangan bagi emerging market di Asia," kata Kepala Kantor ADB untuk Regional Economic Integration Iwan Jaya Azis dalam siaran pers, Selasa (9/8)

 

Menurut Guru Besar Cornell University, Amerika Serikat, negara-negara berkembang ini sangat rentan terhadap krisis utang AS dan Eropa, terutama terkait ekspornya. “:Negara-negara emerging market di Asia bakal rentan dalam menghadapi perubahan sentimen investor global. Efek dari krisis AS dan Eropa tidak hanya sekadar pergerakan portofolio investor saja, tapi negara berkembang bakal terkena imbas penurunan ekspornya," tuturnya

 

Dari hasil kajian ADB, pasar keuangan global saat ini sangat bergejolak dalam beberapa bulan terakhir. Banyak masalah ekonomi yang dihadapi, seperti krisis utang di AS dan Eropa, serta gejolak politik di Timur Tengah dan Afrika Utara.

 

ADB menilai, emerging market di Asia belum bisa kebal dari perkembangan krisis Eropa dan AS ini. Namun secara fundamental, negara-negara emerging market sudah cukup kuat dan diharapkan bisa menahan derasnya arus dana asing yang masuk di tahun ini.

 

Menurut alumnus FEUI ini, dana-dana asing yang sifatnya jangka pendek bakal mengguncang kebijakan moneter negara emerging market. Sistem keuangan juga berisiko terguncang akibat derasnya dana asing ini. “Dana ini bisa mengguncang kebijakan moneter,”taegasnya.

 

Dikatakan Iwan, ketakutan akan lambatnya pertumbuhan ekonomi global, dan kekhawatiran akan krisis keuangan AS dan Eropa membuat Asia makin giat menerbitkan surat utang. Sampai saat ini jumlah penerbitan surat utang dari negara-negara emerging markat di Asia sudah mencapai US$ 29,5 miliar sepanjang kuartal I-2011, naik dari periode yang sama thun lalu US$ 24,5 miliar.

 

Kajian ADB mengatakan, emerging market di Asia bakal tumbuh 7,9% di 2011 dan 7,8% di 2012. Akan tetapi tetap ada risiko penurunan karena otoritas moneter bakal menahan laju inflasi di tengah ketidakpastian perekonomian global, dan meningkatnya volatilitas sektor keuangan. Ada 11 negara berkembang yang dimonitor oleh ADB yaitu China, Hong Kong, India, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taipei, Thailand, dan Vietnam. **cahyo

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…