Pelaku Pasar Perhatikan Hasil Koalisi Capres

NERACA

Jakarta – Kehadiran beberapa calon presiden tahun 2014, seperti Joko Widodo (Jokowi) dari Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDI P) dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra adalah dua figur calon presiden yang diharapkan menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Juni mendatang oleh para investor.

Namun pelaku pasar masih bersikap wait and see karena menunggu hasil koalisi partai politik untuk. Hanya saja, jika hasil koalisi tidak sesuai dengan ekpekstasi pasar tentunya akan memberikan sentiment negatif. Oleh karena itu, koalisi memang menjadi perhatian pelaku pasar selanjutnya setelah hasil pemilihan umum legislatif (pileg) tidak sesuai harapan. Karena dari 12 partai yang bertarung, tidak ada satupun yang berhasil meraih suara di atas 20% atau menjadi mayoritas, “Bagi investor yang penting, dua atau tiga partai tebesar, di DPR berkoalisi. Kalau misalnya ada PDI Glokar Gerindra, investor pasti akan senang sekali. Itu memang yang paling sempurna,”kata Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsandi di Jakarta, Rabu (16/4).

Dia mengakui, untuk kondisi sekarang itu tidak mungkin terjadi. Akan tetapi bila melihat ideologi partai, harusnya ketiga partai ini bisa berkoalisi. Karena sangat kuat dalam unsur nasionalis. Hasil ini didapat setelah beberapa waktu lalu, Fauzi berbicara dengan investor terdekat di Singapura. Salah satu pembicaraannya adalah terkait dengan proyeksi dari pemenang pemilu di Indonesia.

Bila koalisi lebih dari tiga partai, Fauzi meragukan kepercayaan dari investor. Karena pemerintahan tidak akan jauh berbeda seperti sekarang ini. Penentuan kebijakan menjadi sulit terarah, efektif dan efisien,”Karena investor menilai koalisi itu lebih dari 5 partai membuat kebijakan tidak efektif dan efisien," tegasnya.

Banyak partai yang terlibat dalam koalisi juga akan membuat banyaknya agenda pemerintahan yang berasal dari masing-masing partai. Sehingga arah strategis untuk mendukung kebijakan ekonomi kedepan tidak terkendali,”Kalau terlalu banyak partai, maka akan banyak agenda. Sehingga platform kebijakan pemerintah menjadi tidak strategis," pungkasnya.

Sebelumnya, CEO MNC Group, Hary Tanoesoedibjo pernah bilang, anjloknya IHSG pasca libur pemilu kemarin disebabkan karena pelaku pasar kecewa dengan hasil quick count pemilu legislatif (pileg). Pada perdagangan Kamis, IHSG dibuka melemah 92,09 poin atau 1,87% ke level 4.829,31. Kemudian pada sesi I perdagangan kembali terkoreksi meninggalkan level 4.800, merosot 156,74 poin atau 3,18% ke level 4.764,66,”Jadi hasil quick count kemarin memang menunjukkan semua partai politik tidak ada yang menonjol. Semuanya di bawah 20%. Sehingga itu bisa dilihat dari reaksi pasar,”ungkapnya.

Dirinya melihat, IHSG pasca quick count akan terus seperti ini hingga pekan depan. Karena, belum ada kepastian, dan investor akan tetap menunggu kepastian itu,”Semakin tidak pasti, mereka akan keluar dulu. Jadi mereka keluar dulu dan melihat reaksinya bagaimana,”ujarnya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…