Jelang Pasar Bebas ASEAN 2015 - Produk Mamin Lokal Terbantu Label Halal MUI

NERACA

Karawang - Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, produk makanan dan minuman dari negara-negara dikawasan Asia Tenggaran diyakini akan mengalami persaingan ketat. Namun dengan dibukanya pasar bebas ini juga dinilai bisa menjadi peluang bagi produk-produk dengan kualitas yang baik.

"Kita melihat ini akan menjadi pertarungan seru. Jadi bukan cuma banyak produk yang masuk, tetapi juga akan menjadi peluang bagi kita," ujar Chief Operating Officer PT ABC President Indonesia Dwi Hatmadji usai peluncuran produk varian baru Nu Green Tea Royal Jasmine di Pabrik PT ABC President Indonesia, Karawang Timur, Jawa Barat, Rabu (16/4).

Menghadapi persaingan ini, lanjut Dwi, produk makanan dan minuman dalam negeri masih terbantu dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang sangat peka terhadap labelitas halal dari MUI yang tertera pada kemasan produk.

"Beruntung konsumen Indonesia ini sangat peka, kalau tidak ada label halal, produk tersebut biasanya sulit untuk bertahan. Terlebih lagi sertifikasi halal dari MUI biasanya bisa diterima oleh negara lain, tetapi label halal dari negara lain belum tentu sesuai dengan standar halal disini, jadi harus disertifikasi lagi," jelasnya.

Meski demikian, saat ini pun sudah banyak produk makanan minuman asal negara ASEAN maupun Asia secara umum yang mulai menyerbu pasar Indonesia. "Sudah banyak produk-produk dari Malaysia atau Singapura uang masuk, ini karena Indonesia menjadi market terbesar," katanya.

Untuk mampu bersaing dengan produk-produk asing tersebut serta menjaga pasar dalam negeri, menurut Dwi, strategi yang dilakukan oleh produsen lokal seperti PT ABC President Indonesia yaitu dengan melakukan pengembangan produk melalui research and development (R&D) dengan SDM lokal.

"Untuk mempertahankan produk kita di pasar lokal, strateginya dengan menggunakan R&D lokal, karena rasa dan gaya hidup market di Indonesia tidak sesuai bila menggunakan R&D asing, industrinya akan failed. Kemudian kita juga harus berani mengeluarkan produk yang beda," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, PT ABC President Indonesia targetkan pertumbuhan pendapatan perusahaan pada tahun ini meningkat sebesar 20%. Pada 2013, revenue dari produk-produk yang dijual oleh produsen makanan dan minuman tersebut sekitar Rp 1,4 triliun.

Dwi  mengatakan, revenue tersebut berasal dari 5 produk antara lain Nu Green Tea sebesar Rp 700 miliar, Nu Milk Tea Rp 100 miliar, Juv kurang dari Rp 100 miliar, Mie ABC Rp 500 miliar, dan Eat & Go kurang dari Rp 100 miliar."Untuk tahun 2014 ini kita targetkan ada pertumbuhan sekitar 15%-20%," ujarnya.

Dwi menjelaskan, produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut pun telah mampu menembus pasar luar negeri, terutama untuk produk-produk mie dengan porsi revenue mencapai Rp 200 miliar dari total revenue perusahaan pada tahun lalu.

"Ekspor kita sudah ke Belanda, Papua Nugini, dan terbaru Turki. Turki ini pasar yang bagus karena dia berada di dua benua, yaitu Eropa dan Asia," lanjutnya.

Sementara itu, untuk pasar ASEAN, Dwi mengaku agak sulit ditembus karena masing-masing negara ASEAN mempunyai produk minuman dan mie serupa.

"Untuk Asia Tenggara belum prioritas karena, masing-masing negara punya produk-produk seperti ini. Selain itu, untuk bisa menembus pasar dinegara ASEAN, produsen harus punya pabrik dinegara tersebut. Kita punya keinginan untuk bangun pabrik, tapi untuk saat ini dirasa belum visible," tandasnya.

Produk Baru

Melihat pasar minuman siap saji teh hijau yang semakin berkembang di Indonesian, PT ABC President Indonesia meluncurkan produk inovasi baru yaitu Nu Green Tea Royal Jasmine. Dwi  mengatakan pertumbuhan minuman siap saji teh pada tahun ini diperkirakan akan meningkat 10% dengan volume mencapai 1,2 miliar liter. "Pada tahun 2015 bisa mencapai 1,6 miliar liter dan dari total minuman siap saji berupa teh, green tea memiliki porsi penjualan sekitar 20%. Ini alasan kami meluncurkan produk ini," ujarnya.

Selain itu, peningkatan kelas menengah konsumen Indonesia yang mencapai 96,8% serta pertumbuhan konsumsi minuman siap saji yang berkisar antara 8%-7% membuat pasar minuman dinilai sangat menjanjikan. "Siap tahunnya, value dari produk minuman secara total mencapai Rp 12 triliun, ini yang diperebutkan oleh produsen-produsen minuman," lanjutnya.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…