KILAS BALIK - Subsidi Pertanian, Mengapa Takut?

Mengapa harus malu dan takut mengucurkan subsidi kalau memang diperlukan untuk meningktkan ketahanan pangan. Sebab, bahkan negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) hingga saat ini masih mengucurkan subsidi kepada para petani gandum, kedelai, jagung, dan kapas.

Atas usul India dan didukung Indonesia, negara-negara kelompok G-33 berhasil memaksa konferensi tingkat menteri World Trade Organization (WTO) yang diadakan di Bali awal Desember 2013 mengusunkan kenaikan subsidi untuk pertanian dari 10% menjadi 15% per tahun. Semula, AS dan sekutunya menolak. Namun, yang disetujui hanya 10%, itu pun hanya untuk jangka waktu empat tahun. Negara-negara G-33 berpendapat, tanpa subsidi itu, tak mungkin mereka bisa bersaing dengan komoditas yang sama dari Amerika Serikat.

Sebab, selama ini, AS masih memberikan subsidi ke petaninya hingga kurang lebih sebesar US$100 miliar per tahun. Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa pun mengucurkan subsidi sektor pertanian sebesar 80 miliar Euro per tahun. Dari survei yang diadakan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) pada 2009 menunjukkan, sampai 2008 saja total subsidi ke sektor pertanian negara maju mencapai US$ 368 milliar, setara 271 miliar EU, seperlima (21%) penghasilan kotor petani di kawasan OECD.

Masih dari survei OECD, dilihat dari produk domestik bruto (GDP), porsi subsidi sudah turun dari 2,5% selama periode 1996-1998 menjadi 0,9% pada periode 2006-2008). Subsidi di OECD (khusus Eropa dan AS) maksimal 2% dan OECD non Eropa tertinggi 9% (Korea). Lima negara yang memberikan subsidi langsung dan paling besar kepada petaninya adalah Swss 62%, Korea 61%, Norwegia 60%, Irlandia 58%, dan Jepang 49%. (dari total subsidi). Pemberian subsidi sektor pertanian penah dibahas melalui mekanisme Agreement on Agriculture (AoA) pada 1994 di Uruguay.

Ketika itu ditetapkan mekanisme pemberian subsidi pertanian bagi negara maju dan berkembang. Subsidi negara maju ditetapkan sebesar 5% dan 10 % untuk negara berkembang. Data pada akhir Putaran Uruguay (1994), rupanya pemerintah Amerika Serikat masih menyisakan subsidi ekspor sebesar US$ 594 juta, Austria US$ 790 juta, Polandia masih menyediakan dana hingga US$ 493 juta, dan Kanada US$ 363 juta.Pada Mei 2002, AS kembali menetapkan subsidi untuk pertanian dalam negeri melalui Farm Bill sebesar US$ 180 miliar sebagai tambahan subsidi sektor pertanian hingga 10 tahun ke depan.

Saat ini, India dan Indonesia sama-sama menjadi negara importir pangan. India di urutan 10 besar dengan nilai impor sebesar US$ 489 miliar. Sedangkan Indonesia berada di urutan 27 dengan impor sebanyak US$ 190 miliar. Pada 2011 Indonesia menjadi eksportir agrikultur ke-6 terbesar dunia dengan pangsa pasar sebesar 2,9%. Posisi tersebut menempatkan Indonesia di urutan kedua Asia setelah RRTdan terbesar di ASEAN. Sebaliknya, untuk komoditas pangan, Indonesia menjadi negara eksportir urutan 7 terbesar dunia dengan nilai US$ 33 miliar. Hanya saja, negara kita juga tercatat sebagai pengimpor dengan nilai US$ 17 miliar.

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…