Kabupaten Kuningan - Masyarakat Hutan Ciremai Terus Dibodohi

Kuningan - Sebelum digulirkannya rencana proyek raksasa geothermal (panas bumi), masalah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) saja belum menemukan titik temu. Keterlibatan masyarakat dalam ikut mengelola kawasan hutannya masih belum jelas, masyarakat masih dibodohi dengan sodoran-sodoran teori diatas kertas (rencana) tanpa bukti yang pasti.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) Kuningan, Ukas Suharfaputra, ketika dikonfirmasi, menjelaskan, jika pihaknya dengan Balai TNGC masih terus berunding tentang keterlibatan masyarakat ke zonasi TNGC. Dalam klausul Kementrian Kehutanan, memang dibolehkannya masyarakat ikut mengelola dan menikmati hasilnya, tapi bukan berarti menanam yang baru.

“Saya akui memang sulit mempersatukan keinginan masyarakat dengan keinginan pemerintah yang sudah tertuang dalam aturan. Dalam aturannya, masyarakat tetap terlibat untuk mengelola tanaman yang sudah ada, tapi untuk menanam tanaman yang baru tidak boleh, sedangkan masyarakat inginnya terlibat penuh secara bebas,” jelas Ukas.

Dalam masalah TNGC tersebut, Hutbun (Pemkab Kuningan) sendiri tidak bisa mengambil keputusan, pasalnya semua kewenangan ada di BTNGC yang langsung berhubungan dengan Kementrian Kehutanan. Dari awal, konsep PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) sudah disodorkan. Akan tetapi, tidak semua digabung kedalam konsep TNGC, hanya beberapa item saja.

Diperoleh keterangan lain dari berbagai sumber, selama sembilan tahun beralihfungsinya Gunung Ciremai menjadi Balai Taman Nasional ternyata belum memberikan kontribusi kesejahteraan bagi masyarakat, namun justru memutuskan putaran dan rantai ekonomi masyarakat hutan dan meningkatnya jumlah petani yang menganggur.

Dari sisi ekonomi, misalnya, mata pencaharian masyarakat sekitar hutan telah dirampas. Saat ini masyarakat tidak lagi mempunyai akses terhadap hutan sebagai sumber peningkatan kehidupannya seperti pada program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Dulu, Kuningan adalah pemasok kebutuhan sayuran dari kabupaten lain seperti Garut, Lembang dan lainnya.

“Tapi sekarang, petani yang menganggur semakin bertambah. Petani di sekitar lereng Ciremai semakin miskin, penghasilan mereka menurun sebesar 90 % dibanding saat sebelum TNGC diterapkan,” ujar Zaki Yamani, salah seorang warga sekitar hutan kepada.

BERITA TERKAIT

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…