Ekonomi Surat Berharga

Oleh : Tumpal Sihombing

Found and CEO BondRI

Pasar obligasi (pemerintah + perusahaan) Indonesia masih relatif kecil apabila dibandingkan negara-negara maju. Ragam faktor dalam pertimbangan, pola-pikir dan kajian bagi para partisipan perekonomian senantiasa mengalami penyesuaian yang terkait dengan dinamika dan tuntutan/kondisi perekonomian. Pasar berkembang di sisi hard dan soft-infrastructurenya, dimana terjadi interaksi mutualis antara dinamika pasar dan intervensi pemerintah yang mencari suatu titik ekuilbrium dalam perekonomian (price discovery mechanism process).

Proses ini adalah pedang bermata dua, yang dapat memberikan kontribusi baik terhadap pertumbuhan ekonomi maupun laju inflasi. Subset perekonomian secara umum, dimana perkembangan ini memunculkan dua faktor utama yang saling kontradiktif dalam industri jasa keuangan dan pasar modal, yaitu pertambahan via emisi dan risiko gagal bayar obligasi.

Untuk tahun ini, target pertambahan via emisi obligasi pemerintah ada senilai Rp 359 triliun. Untuk tahun yang sama, target pertambahan via emisi obligasi korporasi diperkirakan sekitar Rp 70-80 triliun. Sebagai perbandingan 2(dua) tahun sebelumnya, outstanding volume obligasi pemerintah hanya berada di figur Rp 820 triliun, sementara itu outstanding volume obligasi korporasi mencapai figur Rp 173 triliun. Saat ini, total obligasi di pasar sekunder (baik IDR maupun valas) sudah berada di rentang figur Rp 1400-1500 triliun.

Muncul pertanyaan mendasar, “Apa faktor utama yang menjadi tolok ukur perumus kebijakan ekonomi terkait figur tersebut sehingga dapat dinilai sukses dalam inisiatif pengembangan pasar obligasi domestik?” Apabila jawaban terhadap pertanyaan ini adalah tercapainya target emisi obligasi pemerintah dan korporasi untuk 2014, maka itu adalah suatu bentuk oversimplification yang berpotensi menimbulkan preseden laten negatif bagi perekonomian.

Secara prinsip ada 3(tiga) perihal utama yang perlu diperhatikan oleh para perumus kebijakan dan pelaku pasar (emiten), termasuk investor dalam menyikapi target emisi obligasi pemerintah dan korporasi tahun ini, yaitu kinerja solvensi emiten. Selain informasi peringkat, para calon investor sebaiknya dibekali juga dengan informasi umum yang bersifat kuantitatif. Salah satu informasi yang sangat prinsip adalah rasio antara net earning terhadap nilai kewajiban pembayaran interest sang issuer. Semakin besar rasio ini, semakin tinggi tingkat keyakinan calon investor dalam melakukan investasi.

Kemudian efektivitas efek terbitan. Kategori obligasi sangat beragam, ada yang dibedakan berdasarkan issuer,  struktur, atau tenornya. Dalam hal terkait tenor, durasi obligasi menjadi faktor utama. Durasi adalah jangka waktu efektif dari suatu obligasi. Semakin pendek durasi, semakin baik di mata investor. Obligasi korporasi domestik secara rata-rata masih di atas 6(enam) tahun, lebih tinggi daripada obligasi pemerintah sebesar 5(lima) tahun. Figur ini dapat menjadi acuan yang mudah bagi para investor dalam memilih obligasi berdasar tenor secara pruden. Sementara di sisi yang berbeda, informasi ini dapat meningkatkan tingkat keyakinan para calon emiten dalam memilih jenis tenor yang efektif dan bakal terserap banyak nantinya.

Dan terakhir, imunisasi nilai portofolio. Suku bunga pasar terus mengalami dinamika. Sebagai konsekuensi logis, nilai portofolio obligasi yang dimiliki oleh investor juga akan mengalami perubahan. Imunisasi adalah upaya menghilangkan dampak perubahan suku bunga terhadap nilai portofolio asset under management (AUM). Ini merupakan suatu bentuk best practice yang dapat memitigasi risiko investor dalam memegang obligasi.

Penambahahan volume outstanding obligasi via emisi boleh saja berskala masif. Namun apabila para pelaku pasar dan investor tidak dibekali secara memadai akan ketiga hal di atas,  itu merupakan ciri sikap overconfident. Dalam perjalanan sejarah pasar modal, tidak jarang terjadi bahwa investasi yang overconfident cenderung berawal sukses namun berakhir kasus. Suatu bentuk pendekatan preventif bagi perekonomian surat berharga dapat dilakukan via capacity building program. Program ini diharapkan berkelanjutan bagi para calon emiten/investor dalam rangka mengurangi frekuensi kasus gagal bayar dan kerugian yang terjadi di pasar obligasi domestik.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…