ELLY ADRIANI SINAGA
Tingkatkan Peran Balitbang
Dulu, litbang diidentikkan dengan sulit berkembang. Kini, harusnya lembaga litbang itu dioptimalkan peranannya hingga menjadi think-thank dan sebagai lembaga yang strategis, yaitu memberikan banyak pertimbangan sebelum diterbitkannya suatu kebijakan publik.
“Contohnya di Korea, Korea Transport Institute atau KoTI berada langsung di bawah perdana menteri atau presiden,” kata Elly Adriani Sinaga. Sebab, di Litbang Transportasi di Korea itu melibatkan banyak pemangku kepentingan (stake holder), seperti dari Pekerjaan Umum, Keuangan, Lingkungan Hidup, Perhubungan, Perdagangan, Perindustrian, Tata Kota, dan sebagainya.
Di Korea juga ada Korean Railroad Research Institute (KRRI) , sebuah lembaga riset yang besar peranannya bagi pemerintah dalam setiap membuat kebijakan publik. “Itu obsesi atau harapan besar saya terhadap peranan litbang, khususnya Litbang Perhubungan bahwa Litbang itu adalah evident base diction making,” kata perempuan kelahiran Pematang Siantar, 29 Mei 1957 ini.
Elly Ariani Sinaga adalah kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbang Kemenhub). Jabatan itu masih gres, karena baru diembannya sejak awal tahun ini. Tapi, urusan kelitbangan transportasi dan perhubungan , bagi Elly adalah dunia yang mengasyikkan dan penuh tantangan.
Tugasnya cukup berat, karena di lembaga yang dipimpinnya saat ini hanya memiliki tenaga setingkat doktor hanya satu orang, yaitu dirinya. Coba bandingkan dengan Litbang Transportasi Korea Selatan yaitu KoTI yang memiliki 150an doktor. Menurut dia, peningkatan kapasitas akademik personel di Litbang Perhubungan memang mendesak. Tapi, yang lebih penting adalah bagaimana mencetak banyak tenaga ahli di bidang transportasi.
Karena itu, dia banyak merekrut staf dari lembaga riset yang lain seperti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). “Kami juga bikin motto Balitbang Perhubungan yang lebih menantang, yaitu The Power of Transport Development,” kata ibu berkata mata minus ini.
Sedangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman di bidangnya, Elly pun banyak menjalin hubungan kerja dan profesi dengan para sejawatnya di luar negeri. Karena itu sering dia diminta mengikuti dan menjadi pembicara berbagai seminar di luar negeri. Yang paling gres adalah berbicara tentang Kebutuhan dan Pengembangan Transportasi Intermoda di Indonesia di Washington, Januari lalu. “Jadi, saya berteman dengan seluruh ahli transportasi di seluruh dunia, itu teman saya,” kata Elly.
Pekerjaan yang mendesak saat ini adalah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019 bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Konsep pertransportasian tersebut nantinya akan dipersembahkan kepada presiden mendatang.
Berbicara tentang transportasi di Indonesia, Elly pun buka kartu. Kondisinya defisit baik secara jaringan infrastruktur maupun jaringan pelayanannya. Contohnya, keadaan Bandar udara kita kebanyakan over capacity, sudah tidak memadai lagi.
Jika Renstra RPJMN III itu selesai dan diterapkan, Elly yakin keberadaan transportasi di Indonesia sudah dalam keadaan mapan dan memadai (well establishe). Untuk mengejar ketertinggalan dua kali RPJMN dan lima tahun ke depan, kata Elly, sudah saatnya pemerintah banyak mendengarkan suara publik.
“Karenanya, pekan lalu, kami mengundang 100 pakar di bidang transportasi untuk ikut mengikuti focus group discussion (FGD) yang membicarakan masalah transportasi di Indonesia tentang rencana ke depan intermodal dan multimoda kita,” katanya.
Dalam pembangunan dan pengembangan transportasi di Indonesia, ada sejumlah persoalan yang dihadapi. Menurut Elly, setidaknya ada tiga masalah besar, yaitu rumitnya pembebasan lahan (land acquisition), investasi, dan public private partnership (PPP). “Itulah yang membuat pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia lambat,” ujar alumnus Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI) ini.
Transportasi Masih Mahal
Dia pun prihatin dengan masih mahalnya biaya transportasi di Indonesia. Saat ini, biaya transportasi masih menyita 30% dari seluruh biaya produksi. Padahal di Korea dapat ditekan menjadi hanya 6% saja. Menurut dia, mahalnya ongkos transportasi itu akibat belum ada integrasi dan sinergi antarmoda transoprtasi.
Contohnya, angkutan barang dari pelabuhan cukup rumit. Dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, barang diturunkan dan diangkut dengan kereta. Keluar pelabuhan diturunkan ke truk yang akan membawa ke Pelabuhan Kerawang. “Ini jelas berbelit, memicu ekonomi biaya tinggi,” ujarnya.
Karena itu dia menyarankan agar jaringan tranportasi itu diupayakan lebih mudah, misalnya dikelola oleh satu perusahaan saja, sehingga ongkosnya tidak teramat signifikan. Dia mengusulkan adanya Badan Usaha Angkutan Multimoda (BUAM). Yang jadi masalah berikutnya adalah belum adanya sertifikasi keahlian personel dan minimnya modal para pengusaha yang bergerak di bidang transportasi. “Harusnya disiapkan oleh Sekjen Kemenhub,” katanya.
Jika masalah ini tak cepat dituntaskan, menyongsong dideklarasikannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015, orang-orang yang punya keahlian dari luar negeri akan merajalela di Indonesia, dan para pengemudinya akan tersingkir. “Kalau tak siap, kita akan dimakan oleh mereka,” tutur Elly.
Terhadap masih belum idealnya sarana transportasi umum di Jakarta, Elly menyatakan, asal ada keinginan dari pemerintah, baik pemerintah daerah dan pemerintah pusat, optimisme, masyarakat akan segera menikmati layanan transportasi umum missal yang aman, nyaman, dan terjangkau. “Sebetulnya tak sulit membenahi sistem transportasi di Jakarta ini,” katanya.
Mengatasi kemacetan di Jakarta, Elly sempat memutuskan untuk naik kendaraan umum missal saja dari rumah ke kantornya di kawasan Gambir, Jakarta pusat. Dari Cijantung ke Stasiun Tanjung Barat dan turun di Stasiun Juanda. Tapi rupanya dia hanya kuat belum genap sebulan naik kereta ke kantor dengan alasan lebih irit waktu dan biaya. “Lama-kelamaan, saya tak kuat kalau harus berjubel-jubel naik KRL, sudah begitu waktu tunggu terkadang cukup lama, susah masuk lagi,” katanya.
Bidang transportasi mulai digeluti Elly saat menjadi asisten dosen di Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD). Sbetulnya dia tak pengen menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Pendidikannya, lebih banyak diwarnai sektor transportasi. Pernah menjadi kepala Bagian Diklat Dephub dan kepala STTD. Sebelum masuk ke Balitbang Kementerian Perhubungan, selama dua tahun Elly tercatat sebagai direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP).
Tak Suka Branded
Perempuan ini mempunya dua kesukaan, yaitu jalan-jalan dan olah raga renang. Dengan berenang, secara rutin, stamina tubuh bisa dijaga. Bahkan dia senang, ternyata dari arena renang di sebuah spa di Jakarta, kata dia, banyak bermunculan banyak ide dan inspirasi.
Kapan Elly menyempatkan berenang? Soal waktu dia masih berhitung efisiensi waktu. Untuk menghemat waktu kerja, dia biasa berenang sebelum masuk kantor. Makanya dia memilih berangkat lebih pagi. “Saya jalan dari rumah di Cijantung sebelum pukul 06.00, langsung ke spa, dan selesai pukul 08.00 sudah di kantor,” katanya.
Sedangkan soal jalan-jalan, dia bersyukur karena berada di lingkungan Kementerian Perhubungan, kana sering bepergian. Saat jaan-jalan, dia tak suka membeli barang-barang yang berkelas dan mahal (branded). Bagi dia, yang penting adalah barang yang dipakai itu pantas, walaupun buatan lokal. Soal makanan dia juga demikian, asalkan enak, makanan tradisional pun juga disantapnya. “Saya suka kacang rebus dan pisang goreng pakai sambal.” (bani saksono)
RIWAYAT HIDUP
DR Elly Adriani Sinaga MSc
Tempat Tanggal Lahir: Pematang Siantar, 29 Mei 1957
Riwayat Pendidikan:
1982 Sarjana (S1) Fakultas MIPA UI
1987 Pascasarjana (S2) Imperial College, London bidang studi transportasi
2004 Doktor (S3) Liege University, Delf, Belanda, bidang transportasi
Riwayat Pekerjaan:
2002 – 2006 Kabag Perencanaan Badan Diklat Dephub
2006 – 2007 Kepala Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD)
2007 – 2012 Direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan Kemenhub
2012 - 2013 Sekretaris Balitbang Kemenhub
2014 – sekarang Kepala Balitbang Kemenhub
Yudi Candra Pakar Membaca Wajah Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…
Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…
KCD Wilayah III Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…
Yudi Candra Pakar Membaca Wajah Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…
Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…
KCD Wilayah III Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…