Proyek Kalibaru Dinilai Bikin Ongkos Logistik Makin Mahal

NERACA

 

Jakarta - Pembangunan Terminal I Pelabuhan Kalibaru atau New Tanjung Priok Jakarta Utara ditargetkan selesai akhir 2014. Namun demikian, jika tidak dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai menuju Pelabuhan Kalibaru tersebut, maka proyek tersebut dinilai hanya membuat ongkos logistik semakin mahal. Hal tersebut seperti diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita di Jakarta, Selasa (18/3).

Menurut dia, saat ini kapasitas pelabuhan Tanjung Priok mencapai 6-7 juta Teus per tahun. Dengan kapasitas tersebut, sambung Zaldy, kemacetan sudah cukup parah. Bahkan berdasarkan penilitian dari World Bank, ongkos dari Cikarang menuju Pelabuhan Tanjung Priok jauh lebih mahal dibandingkan dengan Pelabuhan Tanjung Priok ke Singapura. Jika Pelabuhan Kalibaru tersebut selesai, maka kapasitasnya bisa mencapai dua kali lipat atau 12 juta Teus per tahun.

“Kondisi sekarang jalanan semakin macet dan butuh waktu berjam-jam untuk menuju kesana, belum lagi bongkar muatnya. 5 tahun yang lalu, setiap 1 truk ke Priok bisa mencapai 3 kali perjalanan namun sekarang hanya 1,2 perjalanan saja. Makanya jika pelabuhan Kalibaru selesai tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan infrastruktur menuju pelabuhan, maka hal tersebut akan meningkatkan ongkos logistik saja,” tegasnya.

Ia menilai pemerintah belum serius untuk membangun infrastruktur menuju pelabuhan Kalibaru. Beberapa proyek yang telah dirancang belum juga direalisasikan. “Kalau dilihat kondisi sekarang, pemerintah ingin membikin kereta api dari Cikarang menuju Priok akan tetapi sampai sekarang belum juga ada. Sementara itu, katanya mau bangun jalan tol dari Bekasi ke Priok akan tetapi belum juga ada, bahkan pembebasan lahannya saja tidak jalan,” ucapnya.

Selain masalah infrastruktur, lanjut dia, masalah Upah Minimum Provinsi (UMP) di Jakarta yang terbilang mahal dibandingkan dengan daerah lainnya. “UMP di Jakarta cukup tinggi dan setiap tahunnya akan naik. Jadi secara ekosistem, Pelabuhan Kalibaru itu tidak cocok dibikin di Jakarta. Pembangunan Kalibaru tidak akan memecahkan masalah bahkan biaya logistik akan semakin mahal,” cetusnya.

Lebih jauh lagi, ia mengatakan proyek tersebut akan membuat kapal-kapal besar yang biasanya adalah kapal asing bisa masuk ke Indonesia. “Artinya kalau kapal besar masuk maka membuka peluang impor jauh lebih banyak. Kan kapal itu datang ke sini tidak mungkin kosong, maka ada konsesi impor yang dibuka,” ujarnya.

Namun demikian, Zaldy menilai seharusnya pemerintah membuat proyek tersebut berada di pinggiran Indonesia seperti di Bitung. “Seharusnya kapal-kapal impor disandarkan di penggir lalu diangkut menggunakan kapal nasional. Kenapa biaya pengiriman menjadi mahal karena ketika barang yang ingin masuk ke Jakarta terisi penuh namun untuk kembali lagi tidak ada isinya. Maka dari itu, seharusnya pemerintah membuat proyek pelabuhan tersebut dipinggir agar ongkos jadi lebih murah,” tuturnya.

Sementara itu, Pakar Hukum Kemaritiman Universitas Indonesia Chandra Motik menyatakan, dirinya pesimis target penyelesaian pelabuhan tersebut bisa berjalan sesuai rencana akibat banyaknya kendala yang dihadapi. “Tahun ini tidak mungkin selesai, kalau iya, itu terlalu dipaksakan,” tutur Motik.

Jika sesuai dengan perkiraannya, Motik berharap pemerintahan baru perlu serius menyelesaikan pembangunan pelabuhan tersebut, mengingat perlunya tambahan pelabuhan. "Itu PR (pekerjaan rumah) pemerintah yang akan datang," ujarnya.

Motik juga meminta keseriusan pemerintah terhadap pembangunan pelabuhan lain, seperti Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat yang juga turut mengurangi beban Pelabuhan Tanjung Priok. “Rencana yang di Karawang (Pelabuhan Cilamaya) juga kita harapkan bisa menjadi supporting,” tandasnya.

Proyek Mendesak

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengakui pembangunan Pelabuhan Kalibaru atau New Tanjung Priok adalah salah satu proyek strategis. Ia beralasan pembangunan Pelabuhan Kalibaru cukup mendesak terutama menyangkut logistik.

Pelabuhan Kalibaru memang digadang-gadang akan menjadi pelabuhan penopang Tanjung Priok. Kondisi pelabuhan Tanjung Priok saat ini tidak bisa menahan arus kontainer yang masuk dalam jumlah yang besar. “Pelabuhan Kalibaru ini adalah salah satu proyek yang memang strategis terutama menyangkut logistik kita dan kita harus memastikan jadwal selesainya harus sesuai dengan rencana," ungkap Bambang.

Terminal New Tanjung Priok tahap I akan terdiri dari 3 terminal peti kemas dan 2 terminal yang dibangun di atas lahan 195 hektar. Tempat ini akan menambah jumlah kapasitas pelabuhan menjadi 4,5 juta TEUs peti kemas, serta 9,4 juta m3 produk minyak dan gas. Terminal ini ditargetkan rampung mulai 2014.

Terminal ini nantinya dirancang dengan draft hingga -20 meter at low water spring (kedalaman 20 meter) dengan pengerukan tahap pertama -16 mLWS. Alur pancang dirancang 2 arah selebar hampir 300 meter dan dermaga sepanjang 4000 meter. Sehingga kapal berkapasitas 18.000 TEUs bisa masuk ke dalam kontainer.

PT Pelindo II sendiri menanamkan investasi hingga Rp 22,66 triliun (US$ 2,47 miliar) untuk pembangunan New Tanjung Priok tahap 1 dari total US$ 4 miliar untuk seluruh terminal baik fase 1 dan 2. “Ini proyek dengan nilai US$ 2,5 miliar. Kemudian infrastrukturnya US$ 1 miliar. Saat ini masih sesuai rencana, bulan Agustus 2014. Target penyelesaian di akhir bulan Agustus,” imbuhnya.

Saat meninjau langsung pembangunan Pelabuhan Kalibaru terutama pemasangan precast di tengah laut, Bambang mendapatkan penjelasan perencanaan pembangunan dari PT PP (persero) sebagai kontraktor. Bambang mengaku puas dengan perkembangan pembangunan pelabuhan saat ini dan ia percaya bila pembangunan pelabuhan selesai tepat waktu.

“Saya ingin melihat kesiapan dan progres dari Pelabuhan Kalibaru yang merupakan project yang harus kita selesaikan agar lebih fit sehingga penting bagi kita untuk memonitor progress-nya hari ini cukup baik. Ini proyek infrastrukturnya US$ 1 miliar untuk terminal 1 totalnya US$ 2,5 miliar. Selesainya secara bertahap. Cukup rapi pengerjaannya,” katanya.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…