Pemerintah Harus Lebih Dominan di Proyek JSS

NERACA

Jakarta – Proyek mercusuar pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang ditaksir bernilai Rp 150 triliun kembali menguak di publik, setelah pemerintah mengakui pembangunan proyek tersebut tidak bisa dikerjakan secara sendiri oleh pemerintah. Bagaimanapun, proyek JSS itu perlu melibatkan swasta dan pemerintah menjanjikan akan memberikan insentif bagi swasta yang mau menggarap proyek tersebut.

Menurut guru besar ekonomi UGM Sri Adiningsih, adanya keinginan pemerintah untuk membangun Jembatan Selat Sunda (JSS) memang sangat diperlukan sebagai infrastruktur penunjang lintas Jawa dan Sumatera.

Hanya saja Sri menilai, jika memang pemerintah menginginkan pembangunan itu seharusnya melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), jangan sepenuhnya dikerjakan oleh pihak swasta. “Harus melibatkan BUMN dan porsinya lebih besar dibandingkan dengan pihak swastanya,” katanya kepada Neraca di Jakarta, (12/3).

Menurut Sri, jika dikembangkan oleh swasta hanya mengejar keuntungan dan nantinya JSS malah tidak efektif dan efisien, mengingat adanya jembatan itu diharapkan mempermudah jalur distribusi dan logsitik Jawa dan Sumatera guna perbaikan ekonomi. “Memang idealnya harus BUMN yang bangun karena jika swasta tarifnya menjadi mahal, nantinya tujuan yang dicapai adanya pembangunan JSS buat mempermudah akses karena mahal malahan bakal menjadi permasalahan,” imbuhnya.

Sebelumnya Menko Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, proyek JSS memang bakal memakan biaya yang besar, tapi tidak bisa dipungkiri benefit yang diambil dalam jangka panjang bakalan besar. Maka dari itu, pemerintah berusaha sedemikian rupa agar proyek ini dapat terealisasi. “Jika ada yang menyanggupi dapat merealisasikan proyek JSS ini kami akan berikan insentif,”ungkapnya, kemarin.

Meski membutuhkan waktu yang lama supaya proyek ini bisa `balik modal” sambung Hatta, dirinya berharap proyek ini harus terealisasi, karena pemerintah tidak akan mengurungkan niatnya merealisasikan proyek jembatan ini. "Nanti kita bicarakan bersama. Karena  itu tidak hanya jembatan tapi juga kawasan industri untuk jangka panjangnya," imbuhnya.

Selain itu menurut Hatta, pembangunan JSS akan membuat perdagangan antara pulau Jawa dan Sumatera akan sangat terbantu. Keberadaan jembatan ini juga diharapkan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat disekitarnya. "Kalau ini terbangun maka akan sangat membantu perekonomian sekitarnya. Karena volume perdagangannya tinggi sekali," jelas

Selain itu, menurut Sri disamping pembangunan JSS pemerintah juga jangan lupa untuk memperbaiki infrastruktur jalan lintas Sumatera. Sangat menjadi tidak bermanfaat jika jembatan sudah dibangun tapi infrastruktur penunjangnya tidak diperbaiki. “Jangan sampai jembatan dibangun, infrastruktur pendukungnya tidak dibangun sama saja bohong,” tegasnya.

Jadi yang harus dipikirkan pemerintah bukan hanya pembangunan JSS nya saja, tanpa sarana dan prasarana penunjang seperti jalan lainnya. Agar pembangunan yang menelan biaya hingga ratusan terilliun bisa menjadi efektif. “Pemerintah mulai membuat pemetaan dan desain keseluruhan agar biaya yang besar, dapat menghasilkan yang besar,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Hariyadi Sukamdani. Dia mengatakan, untuk pengerjaan proyek-proyek pembangunan, sejatinya pemerintah harus melibatkan semua pihak. Tidak hanya satu pihak dari perusahaan BUMN. “Jadi BUMN sekarang menurut saya memang rada aneh. Mereka berbisnis di antara mereka sendiri.” ujarnya.

Menurut dia, hal tersebut bisa terlihat tidak hanya untuk pengerjaan proyek Jembatan Selat Sunda (JSS), namun juga proyek-proyek lainnya. “Mereka buat ada semacam kartel. Jadi, dari yang mulai menjalankan pembangunan proyeknya, sampai operatornya. Itu hanya mereka.” ucapnya.

Namun, kata dia, untuk pembangunan Jembatan Selat Sunda ini harus dilihat kembali. Mengingat, hal ini masih dalam proses. “Untuk Pembangunan JSS ini, tampaknya belum final. Inisiatifnya kan dari pihak swasta dari pengusaha Tomy Winata. Jadi sekarang ini saya belum yakin dalam pengerjaannya nanti tidak melibatkan swasta.” jelasnya.

Dia menambahkan, dengan keterlibatan semua, baik dari pemerintah maupun swasta, tentunya akan menjadi lebih transparan karena dibuka seluas-luasnya. Di samping itu, harga yang didapatkan tentunya juga lebih bagus sehingga dapat mendukung keberhasilan pembangunan. lia/agus/bani

 

 



BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…