Didominasi Sektor Makanan - Inflasi Februari Capai 0,26%

NERACA
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Februari 2014 terjadi inflasi sebesar 0,26% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,28 Dari 82 kota IHK, tercatat 55 kota mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi. Sedangkan tingkat inflasi tahun kalender Januari – Februari 2014 sebesar 1,33%, dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year) 7,75% dibadingkan bulan yang sama tahun 2013 lalu.

Adi Lumaksono, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, mengatakan adanya inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran. “Februari ini sumbangan inflasi sebesar 0,26%, dan penyumbang terbesar inflasi pada sektor makanan atau konsumsi,” kataAdi pada laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jakarta, Senin (3/3).

Adapun secara presentasi kelompok penyumbang inflasi yaitu kelompok bahan makanan 0,36%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,43%, kelompok perumahan, air listrik gas dan bahan bakar 0,17%, kelompok sandang 0,57%, kelompok kesehatan 0,28%, kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga 0,17%, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,15. “Sebagian komoditas harga makanan atau barang konsumsi yang mengalami kenaikan, ini karena dampak dari bencana alam yang merunduk bulan Januari bulan lalu, sehingga distribui terhambat, harga menjadi tidak terkendali,” katanya.

Adapun untuk bulan-bulan ke depan Adi memproyeksikan inflasi diindikasikan akan lebih meningkat walaupun tidak signifikan, mengingat tahun 2014 ini merupakan tahun politik secara umum kebutuhan konsumsi meningkat. “Kita memang belum tahu pasti antara naik atau turun tergantung suplai barang saja, jika suplainya atau produksi menurun dipastikan inflasi akan kembali naik, tapi jika suplai dan produksi meningkat dipastikan inflasi akan turun. Kita lihat saja ke depannya,” ujarnya.

Sebelumnya Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjio memproyeksikan inflasi pada Februari diperkirakan hanya akan berada di bawah angka 0,5 persen. Angka ini diperkirakan akan membuat inflasi tahunan berada di kisaran 7,8 persen. Dan rendahnya angka inflasi kali ini dikarenakan oleh tiga faktor utama,  yakni harga pangan yang tetap terkendali di tengah bencana, anjloknya rupiah yang tidak berdampak, dan ekspektasi inflasi yang terkendali.
 
"Banyak faktor, di kelompok makanan ternyata memang dampak banjirnya enggak banyak berdampak dan harga pangan terkendali," katanya.
Sedangkan hal kedua yang membuat angka inflasi cukup rendah adalah tidak terlalu anjloknya nilai tukar Rupiah. Selain itu, aliran dana beberapa perusahaan yang diperkirakan tertekan lantaran pelemahan yang terjadi pada Februari ternyata tidak terjadi.

"Kemungkinan memang karena domestik demand di dalam agak slowing ya. Konteksnya seperti itu sehingga cashflow-nya dalam dua bulan ini enggak banyak. Itu casflow dari nilai tukar ya. Jadi dampak pelemahan nilai tukar itu tidak terlihat," jelasnya.

Sedangkan faktor terakhir, adalah ekspektasi inflasi ternyata sangat terkendali. "Faktor yang ke tiga bahwa ekspektasi inflasi memang betul-betul sangat terkendali," pungkasnya

Sedangkan untuk inflasi bulan Januari 2014 lalu.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sebesar 1,07 persen, yang terjadi karena gangguan distribusi bahan makanan akibat cuaca. "Bahan makanan menyebabkan inflasi, karena Januari ini cuaca memengaruhi dan mengganggu distribusi," kata Kepala BPS Suryamin


Dengan demikian, laju inflasi secara tahunan (yoy) mencapai 8,22 persen, sedangkan laju inflasi tahun kalender Januari-Desember 2014 masih tercatat 1,07 persen. Sementara, komponen inflasi inti pada Januari 2014 tercatat 0,56% dan secara tahunan (yoy) mencapai 4,53%.

Inflasi Januari 2014 yang mencapai 1,07%, tercatat relatif tinggi dari rata-rata inflasi pada Januari yang terjadi dalam lima tahun terakhir. BPS mencatat inflasi pada Januari 2013 hanya tercatat 1,03 persen, inflasi pada 2012 mencapai 0,76%, inflasi 2011 mencapai 0,89%, inflasi 2010 sebesar 0,84%, bahkan pada 2009, tercatat deflasi 0,07%.

Dari inflasi Januari 2014 tersebut, kelompok bahan makanan menyumbang andil inflasi 0,56% diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,25%. [agus]

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…