Laba Bersih BNI Syariah Tumbuh 15%

NERACA

Jakarta - Sepanjang 2013, BNI Syariah berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp117,6 miliar. Ini naik sekitar 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp101,8 miliar.

Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano menjelaskan, peningkatan laba tersebut didorong oleh naiknya pembiayaan di sektor kredit sebesar 47,3% menjadi Rp11,2 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,63 miliar. “Adapun pembiayaan kontribusi terbesar bersumber dari segmen konsumen seperti griya, talangan haji dan fleksi sebesar 55,4% dari total portofolio pembiayaan,” kata Dinno di Jakarta, Kamis (27/2).

Dinno juga menjelaskan kinerja perseroan tahun lalu secara umum memenuhi target meskipun pada akhir triwulan terjadi gejolak ekonomi yang berimbas pada ketatnya likuiditas di pasar. "Kinerja sesuai rencana bisnis bank yang diserahkan kepada Bank Indonesia dapat tercapai," ujarnya.

Kinerja kredit lainnya ialah pembiayaan ritel produktif cabang sebesar 20,7%, pembiayaan komersial sebesar 12,5% mikro sebesar 7,8% dan kartu pembiayaan 3,6% yang menjadi penopang laba bersih tahun lalu. “Pencapaian pembiayaan tersebut mendorong aset perseroan mencapai Rp 14,7 triliun atau naik 38,2% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 10,6 triliun,” imbuh dia.

Selain itu untuk perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) sepanjang 2013 sebesar Rp 11,9 triliun atau naik 29,5% dibanding tahun sebelumnya Rp 9,19 triliun. "Meskipun dalam kondisi ketat, perseroan tetap mampu mempertahankan giro dan tabungan atau CASA di tingkat 57,2%," jelas dia.

Sedangkan, untuk Non Perfoming Fund sebesar 1,86% atau turun dibanding tahun lalu 2,02%. Return On Asset (ROA) sebesar 1,4%, Return On Equity (ROE) sebesar 11,8%. “Posisi Fund Deposit Ratio (FDR) naik 98% dari tahun lalu sebesar 85%. Sehingga turut mengindikasikan beban operasional (BOPO) stabil dari 88,8% menjadi 88,3%,” ucapnya.

Selain itu, BNI Syariah juga menyasar pengucuran dan pembiayaan sektor mikro di kawasan Indonesia Timur. Dengan memfokuskan diri pada pembiayaan sektor consumer. Dinno menjelaskan pemilihan kawasan Indonesia Timur karena sejalan dengan program financial inclusion di mana perbankan diminta menjangkau masyarakat yang selama ini belum tersentuh layanan perbankan. "Kita ingin lebih fokus menyalurkan pembiayaan mikro ke Indonesia Timur yang kelihatannya belum banyak tersentuh bank," ujarnya.

Kontribusi terbesar pembiayaan BNI Syariah adalah segmen konsumer seperti griya, talangan haji, dan fleksi yang mencapai 55,4% dari total portofolio pembiayaan. Kemudian diikuti pembiayaan ritel produktif cabang sebesar 20,7%, pembiayaan komersial 12,5%, mikro 7,8%, serta kartu pembiayaan 3,6%.

Tahun lalu perusahaan juga melakukan ekspansi jaringan kantor yang fokus pada kantor cabang dan kantor cabang mikro, yaitu dengan penambahan 3 KCM (kantor cabang mikro) dan 17 KCPM (kantor cabang pembantu mikro).

Sedangkan untuk tahun ini direncanakan akan ada tambahan 26 unit outlet. Nantinya bakal perbanyak cabang-cabang mikro di Indonesia timur. "Tahun 2014 kita akan merencanakan pembukaan outlet mikro sebanyak 15 unit yang terletak di wilayah Ternate, Bima, dan Palopo," jelas dia. [sylke]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…