Kelautan dan Perikanan - KKP: Blue Economy Mengarah ke Daerah Miskin

NERACA

 

Jakarta -  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggulirkan program implementasi konsep industrialisasi berbasis blue economy di Indonesia. Upaya itu dilakukan sebagai wujud peningkatan ekonomi nasional, terutama untuk kesejahteraan rakyat banyak. Adapun untuk merealisasikan program itu orientasi pengembangan program tersebut terutama untuk daerah-daerah yang potensial dari sektor kelautan dan perikanannya terutama untuk daerah pendapatan masyarakatnya rendah alias daerah masih miskin.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, mengatakan Indonesia mempunyai kekayaan laut dan perikanan yang melimpah oleh karenanya potensi itu bisa digali untuk peningkatan ekonomi nasional, hanya dalam melakukan pemanfaatan itu tetap harus menjaga, melestarikan dan keberlangsungan kelestarian. Maka dari itu munculah program industrialisasi blue economy.

“Saat ini pemerintah sedang konsen untuk program industrialisasi blue economy, adapun realisasi dari program ini lebih memprioritaskan daerah yang potensialnya tinggi terutama untuk daerah yang ekonominya masih rendah,” kata Sharif saat ditemui pada penandatanganan Kesepakatan Bersama antara KKP dan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur terkait dengan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal dan lestari berbasis blue economy  di Jakarta, Selasa (25/2).

Kenapa daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), sambung Sharif, karena daerah Lombok merupakan daerah yang punya potensi besar, hanya saja tingkat kemiskinan masyarakatnya masih dikisar 13%, maka dari itu pihaknya memilih Lombok dalam program ini. “Orientasi pemerintah pada daerah potensial, yang ekonomi rendah dan kemiskinan tinggi,” imbuhnya.

Sedangkan kerjsama ini, menurutnya, selain difokuskan pada implementasi blue economy, kerjasama tersebut juga mencakup pengembangan kawasan, komoditas, inovasi teknologi dan sumber daya manusia serta pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.  Sejak ditandatanganinya memorandum saling pengertian  antara KKP dengan FAO pada tanggal 27 Mei 2013, telah banyak proyek telah berhasil dilaksanakan.

“Saya menyambut gembira disepakatinya program kolaboratif oleh KKP dan FAO untuk tahun 2014-2015. Salah satunya adalah pelaksanaan kawasan pengembangan blue economy di Pulau Lombok,” jelas Sharif.

Berkaitan dengan FAO, Sharif menjelaskan program dan aktivitas yang dilakukan KKP-FAO berupa proyek-proyek yang secara langsung diimplementasikan pada tataran teknis atau berbagai kegiatan yang bersifat capacity building, training dan sharing information di bidang kelautan dan perikanan. Bahkan, beberapa proyek telah diselesaikan pada kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2011.

Untuk tahun 2013, kerjasama dengan FAO diperluas dengan melibatkan semua unit eselon I yang ada di KKP. Beberapa program kerjasama KKP–FAO yang dimulai tahun 2012 hingga kini masih berjalan. Diantaranya, program The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem Project (BOBLME). Program yang masuk agenda tahun  2012-2014 bertujuan untuk menyusun rencana aksi strategis peerlindungan ekosistem dan pengelolaan sumber daya perikanan Teluk Benggala secara berkelanjutan dalam meningkatkan keamanan pangan dan mata pencaharian masyarakat pesisir.

“Program lain yang masih berjalan adalah Strategies for Trawl Fisheries Bycatch Management (REBYC-II CTI). “Program tahun 2012-2016, ini merupakan proyek terkait pengurangan tangkapan bycatch dan dampak penggunaan pukat ikan,” terangnya.

Menurut Sharif, kerjasama KKP-FAO juga langsung bersentuhan dengan kepentingan para nelayan. Diantaranya program Regional Fisheries Livelihoods Programme for South and Southeast Asia tahun 2009-2013. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat nelayan skala kecil dan lembaga pendukung di Kamboja, Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Timor-Leste dan Vietnam. Di Indonesia, program Regional Fisheries Livelihoods Programme ini diimplementasikan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sudah memasuki tahap akhir.

“Pada Desember 2012 dan Januari 2013, Divisi Fisheries and Aquaculture FAO, melalui Dr. Indroyono Soesilo, Director of Fisheries and Aquaculture telah mengajukan beberapa usulan kerja sama untuk aktivitas perikanan KKP-FAO di Tahun 2013,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…