Economic Balanced Scorecard

Oleh : Tumpal Sihombing

Founder and CEO BondRI

Sistem adalah gabungan beberapa komponen yang saling berinteraksi dengan pola tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Dalam konteks perekonomian, sistem yang dimaksud memiliki banyak dan ragam komponen (regulatory bodies, pelaku pasar, investor dan komponen lainnya) yang saling berinteraksi dengan menerapkan kebijakan spesifik serta bertujuan meningkatkan kinerja masing-masing. Ada 2(dua) hal yang membuat “koordinasi” menjadi suatu proposisi yang mahal, yaitu pemegang otoritas dalam banyak tubuh regulator yang bekerja dalam tim perumus kebijakan ekonomi domestik berasal dari ragam partisan dengan muatan conflicting interests. Dan ketiadaan 1(satu) basis pengukuran akurat terhadap kinerja perekonomian secara sistemik dan sistematik, agar koordinasi menjadi mudah diterapkan dan terpantau efektivitasnya.

Mari anggap hal pertama merupakan datum alamiah dalam sistem perkonomian domestik (given). Hal ini menyisakan kita pada peluang untuk meng-enable koordinasi melalui pengadaan sistem pengukuran kinerja yang handal, suatu balanced scorecard perekonomian. Mengapa hal ini diperlukan dan kritikal sifatnya? Perekonomian kita akan menyelenggarakan pesta demokrasi hampir di sepanjang tahun 2014 ini.

Objektivitas pengukuran dalam rapor kinerja tim perumus kebijakan ekonomi berjalan membutuhkan suatu sistem pengukuran kinerja yang komprehensif. Keberadaan sistem ini selain bermanfaat menilai efektivitas kebijakan yang diterbitkan menjelang transisi pemerintahan, juga akan bermanfaat dalam menghitung nilai titik-awal rapor ekonomi penguasa yang baru. “If you can’t measure it, then you can’t control it.” Itulah prinsip utama sistem pengukuran kinerja dalam disiplin ilmu manajemen.

Jika sistem pengukuran ini tidak ada , maka kebijakan apapun yang dilansir bersifat fatamorgana, seakan nyata tapi tiada. Seperti mencapai “negara yang adil dan makmur”, dimana konsep “adil” dan konsep “makmur” adalah sesuatu yang bersifat relatif dan subjektif bagi setiap orang. Ini absurd. Sesuatu yang bersifat relatif dan subjektif hanya dapat dihadapi dengan pengukuran berbasis kuantitatif.

Bond Research Institute (BondRI) menilai ada beberapa ranah yang laik dipertimbangkan sebagai elemen perspektif dalam terminologi balanced scorecard, yaitu makroekonomi, mikroekonomi, fiskal, moneter, industri jasa keuangan dan pasar modal. Masing-masing ranah ini memiliki mekanisme yang unik dan regulatory body tersendiri dalam melakukan tugas sesuai tanggung-jawab masing-masing, yang dapat dipertimbangkan sebagai suatu perspektif tersendiri.

Dinamika kurs, harga minyak dunia dan tingkat permintaan ekspor mancanegara merupakan 3(hal) yang sulit dikendalikan oleh secara domestik. Efektivitas kebijakan otoritas di ranah makro terkait daya beli kurs, pengendalian laju inflasi dan tingkat yield sangat tergantung pada kinerja otoritas di ranah moneter. Efektivitas kebijakan otoritas di ranah moneter terkait bunga acuan/kredit dan jumlah uang beredar tergantung pada kinerja sisi supply dan tingkat permintaan output dalam ranah mikroekonomi. Value creation di ranah mikro sangat mempengaruhi kinerja fiskal terkait ekspor dan juga kinerja industri jasa keuangan/pasar modal terkait profit creation. Negara ini membutuhkan sistem pengukuran kinerja yang handal dan akuntabel. BondRI sangat berharap agar perekonomian Indonesia memiliki 1(satu) sistem pengukuran kinerja (Economic Balanced Scorecard) yang diterapkan secara objektif, transparan dan konsisten.

 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…