NERACA
Jakarta- Berkurangnya volatilitas pasar saat ini pasca membaiknya beberapa data makro ekonomi belakangan ini telah kembali membuka peluang investasi di tahun 2014. Meski demikian, Indonesia dinilai jangan dulu terlalu confident dengan kondisi sekarang ini.“Tahun ini akan penuh harapan dibanding tahun lalu. Tapi kita tidak boleh terlalu confident, masalah current account deficit dan kebijakan-kebijakan dari pemerintah sebelumnya seperti dari sisi fiskal dan lainnya tetap harus dimaintain.” kata Presiden Direktur Eastpring Investment Indonesia, Riki Frindos di Jakarta, Rabu (19/2).
Permasalahan defisit neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran, sambung dia, telah menjadi kekhawatiran di negara berkembang seperti Indonesia dan India pada tahun lalu. Terlebih hal tersebut dibarengi dengan isu akan berkurangnya likuiditas di pasar pasca pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS). “Orang khawatir duit-duit ini ditarik lagi ke AS. Namun, pada akhirnya mereka akan realize, tapering bukan stop likuiditas cuma rangenya saja yang berkurang.” jelasnya.
Oleh karena itu, menurut dia, ketika investor sudah mendapat kenyamanan mengenai kondisi Indonesia terkait neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran, investor pun akan kembali lagi ke pasar Indonesia. Namun, bagaimana pun tetap harus cermati volatilitas pasar. “Kita tahu market bergerak terus dan tidak bisa bergerak lurus, jadi kita juga tetap harus cermati volatility.” ucapnya.
Lepas dari hal tersebut, dia menilai, pasar modal Indonesia akan positif pada tahun ini seiring terjadinya proses perbaikan fundamental Indonesia. Karena pada saat IHSG turun di 2013 terdapat kekhawatiran bahwa kebijakan-kebijakan dalam menangani defisit neraca berjalan akan berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi, di tengah ketidakpastian politik pada tahun pemilihan umum (Pemilu).“Saya optimis, IHSG positif return. Harapannya, second half bisa kasih kejelasan dibanding di awal tahun ini.” ujarnya.
Pihaknya mencatat, beberapa sektor industri diperkirakan akan mengalami perkembangan yang relatif stabil pada 2014 dibanding tahun sebelumnya yang dipenuhi beberapa tantangan. Di antaranya, terkait tingginya tingkat inflasi akibat naiknya minimum upah buruh dan pengurangan subsidi BBM. Tidak terkecuali depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan penurunan beberapa harga komoditas.
Sektor industri yang diperkirakan akan mengalami perkembangan yang lebih stabil, antara lain sektor semen. Pertumbuhan permintaan semen diperkirakan akan kembali stabil setelah mengalami perlambatan pada semester kedua 2013. Tingkat utilisasi kapasitas produksi para pemain di sekto rini dinilai masih akan tinggi, dengan kapasitas produksi secara nasional diperkirakan akan mengalami overcapacity hingga kuartal pertama 2016. (lia)
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…
Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…
Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…