NERACA
Jakarta – Pemerintah dinilai gagal melakukan transformasi ketenagakerjaan. Pasalnya, sampai akhir 2013, pekerja di sektor informasi masih mencapai 67,5 juta jiwa atau 2,2 kali lipat dari jumlah pekerja formal. Bahkan, jumlah tenaga kerja setengah pengangguran juga meningkat.
"Harus diakui, kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia realtif lebih rendah dan tidak mampu menciptakan pekerjaan yang layak. Sebab, jumlah pengangguran selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dan jumlah tenaga kerja informal selalu saja melampaui jumlah tenaga kerja formal,” kata Peneliti Kebijakan Ekonomi Prakarsa, Wiko Saputra, pada acara Dialog Masyarakat Sipil di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Kamis (13/2).
Lebih jauh dia menjelaskan jumlah tenaga kerja informal dan pengangguran di Indonesia saat ini sudah mencapai 103,2 juta orang atau sebesar 2,2 kali lipat dari jumlah pekerja formal. “Semboyan pembangunan pro job ternyata sangat jauh dari realitas. Karena yang terjadi justru kegagalan transformasi ketenagakerjaan,” terangnya.
Secara rinci Wiko mengungkapkan jumlah tenaga kerja formal di Indonesia hanya sebesar 46,6 juta. Sedangkan tenaga kerja yang ada di sektor informal mencapai 67,5 juta. Namun jumlah pekerja setengah nganggur sebesar 35,7 juta jiwa dan pengangguran penih sebesar 7,2 juta jiwa.
“Kondisi tenaga kerja Indonesia selain strukturnya masih timpang ternyata juga amat rentan. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 hingga tahun 2010 lalu ternyata meningkatkan secara signifikan pertumbuhan tenaga kerja informal. Pasalnya pada tahun 2007 jumlah tenaga kerja informal hanya sekitar 69 juta orang. Namun pada tahun 2009 naik sebesar 8% atau menjadi 72,7 juta orang. Sehingga terjadi penurunan pertumbuhan tenaga kerja formal sekitar 4%,” terang Wiko.
Lebih dari itu Wiko juga menjelaskan ternyata jumlah tenaga kerja setengah pengangguran juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Pasalnya, sejak 2008 lalu jumlahnya mencapai 31,1 juta jiwa. Namun pada tahun lalu justru terus meningkat hingga 35,7 jiwa.
“Ada peningkatan jumlah tenaga kerja setengah pengangguran di Indonesia sebesar 14,8% dalam rentang waktu tahun 2008 ke tahun 2013. Semestinya pemerintah juga harus segera mengaddres laporan yang kekinian karena tahun 2014 masih dalam era perlambatan. Hal itu penting untuk mencari cara yang efektif untuk memecahkan masalah ini sesegera mungkin,” tegas Wiko.
Sementara itu Wiko sendiri memberi pandangan agar pemerintah memberi perhatian lebih kepada sektor Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM). Pasalnya sektor tersebut dianggap punya ketahanan yang kuat dan kemampuan untuk serap tenaga kerja. Bahkan jumlahnya juga sangat banyak meskipun kecil.
“Saat ini jumlag usaha mikro mencapai 56,5 juta, usaha kecuil sebanyak 629 ribu, dan usaha menengah sebanyak 48 ribu. Walaupun besar secara jumlah tapi kontribusinya terhadap ekonomi belum optimal. Untuk itu pemerintah perlu perkuat penataan terhadap sektor informal,” tutup Wiko. [lulus]
NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…
UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…
Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…
NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…
UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…
Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…