Pengusaha Franchise Pacu Strategi Hadapi Persaingan Bisnis

NERACA

Jakarta - Sengitnya persaingan bisnis franchise kuliner, memacu para pemegang lisensi suatu brand untuk memberikan produk inovasi yang berbeda. Cukup bermodal yang terjangkau dan tentunya memberikan keuntungan yang besar menjadi daya tarik calon investor. Menjawab itu semua, Upaya itu pun dilakukan oleh Chicken Talks Indonesia sebagai produsen crispy fried chicken dengan merek Chicken Talks hadir memberikan solusi bisnis bagi masyarakat.

Tony Cia pemilik dari Chicken Talks mengatakan, persaingan di pasar Indonesia sangat tinggi, maka dari itu para pengusaha harus bisa memacu dan memasang strategi untuk dapat berkompetisi dan menjaring konsumen di Indonesia. “Pasarnya luas, tapi kompetisinya juga kuat maka dari itu perlu adanya inovasi dalam berjualan,” katanya di Jakarta, Selasa (11/2).

Upaya yang dilakukan salah satunya dengan memberikan permodalan murah dengan untung besar. Menurutnya, di frainchise kami dengan modal awal cukup Rp100 ribu sudah resmi menjadi mitra dari Chicken Talks dan dapat membangun jaringan lima orang kebawah  untuk menjadi anggota. Nantinya, dari hasil kerja keras dan kesungguhan mencari jangan ke bawah, akan mendapatkan hadiah berupa wisata  ke Bangkok selama 4 Hari 3 Malam,”Selain menjadi reseller anda juga dapat berinvestasi membuka outlet Chicken Talks dengan modal Rp 50 juta dengan sistem bagi hasil,” imbuhnya.

Asal tahu saja, keuntungan yang didapat menjadi reseller adalah sebesar 15% dari setiap pembelian ataupun jika merefrensikan produk Chikentalks kepada orang lain. Selain itu, juga berpotensi untuk mendapatkan reward tur luar negeri dan reward sebuah mobil, jika reseller mencapai pangkat director dan agency director. Disamping itu, para reseller juga bisa menggunakan fasilitas yang disediakan seperti menggunakan outlet-outlet Chickentalks sebagai basecamp atau kantor bersama.

Lanjutnya, meski saat ini sudah banyak jenis makanan baru bermunculan, Tony optimis konsep yang diterapkannya berjalan sukses. Terlebih makanan yang akrab dengan sebutan friedchicken ini bisa dibilang menjadi salah satu jawara lantaran punya banyak penggemar,”Ayam goreng tepung memang menggoda selera semua kalangan dari kalangan menengah bawah sampai atas dan disukai semua umur, terbukti kuat ditengah krisis terparah sekali pun kebutuhan konsumsi ayam masih tinggi. Sungguh sebuah pasar yang sangat luas,”tandasnya.

Punya Keunikan

Sebelumnya Anang Iskandar kata Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), mengatakan  Pelaku bisnis waralaba harus memiliki keunikan atau ciri khas dalam usahanya yang sulit ditiru oleh pesaing. ”Ciri khas itulah yang membedakan waralaba dengan peluang usaha lainnya,” katanya.

Anang menuturkan, di Indonesia saat ini ada sekitar 350 waralaba asing dan sekitar 2.000 waralaba lokal termasuk di antaranya yang berkategori peluang usaha. Pengelolaan peluang usaha relatif lebih luwes dibandingkan waralaba yang mensyaratkan pemenuhan sejumlah standar dari prinsipalnya. ”Dari sekitar 2.000 waralaba dan peluang usaha di Indonesia, hanya sekitar 8 persen yang benar-benar memiliki kriteria sebagai waralaba,” ujar Anang.

AFI memperkirakan waralaba asing setiap tahunnya tumbuh antara 6%-7%. ”Untuk lokal, yang benar-benar waralaba diperkirakan hanya tumbuh antara 2%-3%,” tuturnya. Anang menyayangkan bahwa pertumbuhan sekitar  8% terjadi pada kategori peluang usaha. Sebagian peluang usaha tersebut boleh jadi tahun ini berdiri, tetapi satu dua tahun depan mungkin sudah hilang.

Sementara itu pengamat waralaba, Tri Raharjo, menuturkan, pengusaha waralaba Indonesia harus terus meningkatkan daya saing. Hal ini diperlukan untuk menggarap besarnya potensi pasar di Indonesia. Apalagi di tahun 2015 mendatang akan berlaku pasar tunggal ASEAN yang kian membuka peluang masuknya barang dan jasa dari sesama negara di Asia Tenggara.

Tri menekankan pentingnya keberadaan tim manajemen dalam bisnis waralaba. Menurut Tri, harus ada tim yang mengurus produk, pemasaran, dan pengembangan usaha agar waralaba tersebut semakin berkembang dan berdaya saing. ”Merek-merek yang mapan biasanya mempunyai tim manajemen yang kuat,” tambahnya.

Tim tersebut bertugas memantau keseluruhan gerai, mulai distribusi, operasional usaha, hingga standardisasi produk dan layanan. Bisnis waralaba pada prinsipnya adalah bisnis jaringan sehingga mutlak dilakukan upaya membangun komunikasi secara berkala dengan mitra. [agus]

BERITA TERKAIT

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…