PETANI TIDAK MENIKMATI KENAIKAN HARGA - Patani: Logistik Buruk Persulit Distribusi Pangan

 

NERACA

 

Jakarta – Adanya curah hujan yang tinggi mendera seluruh wilayah Indonesia mengakibatkan komoditas pangan nasional diperkirakan gagal panen. Bukan hanya itu saja, pasokan pangan ke sentra kota-kota pun jadi terhambat mengingat jalur distribusi mengalami kendala karena jalanan diterpa banjir.

Pandu Tani Indonesia (Patani) mengklaim logistik nasional yang lemah mengakibatkan jalur distribusi nasional terganggu, karena selama ini logistik nasional hanya mengandalkan distribusi dari darat saja, dan jika terjadi banjir seperti sekarang menjadi lumpuh. Tentu saja ini sangat menyulitkan petani nasional yang ingin mendistribusikan hasil panennya.

Sarjan Tahir, Direktur Utama Patani mengatakan, saat ini di beberapa daerah sedang musim panen untuk musim tanam Oktober - Maret. Namun demikian, para petani tidak bisa mendistribusikan hasil panennya mengingat sisitem logistik nasional yang lemah. Padahal saat ini kenaikan harga pangan tinggi di perkotaan tapi tidak dinikmati oleh para petani. “Harga pangan tinggi, tapi tidak bisa dinikmati oleh para petani, karena hasil panen meraka tidak bisa dijual karena distribusi yang terhambat karena banjir,” katanya kepada Neraca, Selasa (4/2).

Lazimnya, sambung Sarjan kenaikan harga dipicu oleh dua hal, yaitu demand pull karena tarikan permintaan, dan cost push karena dorongan biaya produkai. Terkait dengan realese data BPS mengenai pangan sebagai penyumbang inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,56%, kejadian tersebut merupakan dampak dari bencana alam menyeluruh yang menghambat supply bahan makanan di kota besar.

“Sejauh ini distribusi hanya didarat, jadi susah jika terjadi banjir seperti sekarang ini, disini yang kasihan para petani hasil panennya tidak bisa dijual. Bahkan kondisi ini berpotensi membuka kran impor pangan, lagi-lagi petani yang dirugikan,” imbuhnya.

Kondisi ini jelas membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah untuk dapat memperhatikan nasib para petani nasional. Disinilah komitmen pemimpin terhadap pertanian diperlukan, hanya saja berharap dari pemimpin sekarang sangat sulit, paling dapat berharap pemimpin kedepan dapat mampu menelurkan program yang mampu membangkitkan gairah para petani nasional. “Sektor pangan merupakan sektor yang paling vital, tentu saja harusnya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Suryo Bambang Sulisto mengatakan pemerintah seharusnya mengantisipasi pada logistik agar harga pangan tidak naik. "Banjir ini sebenarnya masalah logistik dengan itu akan menyebabkan naiknya harga pangan," katanyaa

Menurut Bambang, arus logistik terganggu akibat banjir, pemerintah seharusnya sudah mengantisipasi. Ia menjelaskan antisipasi berbentuk persiapan cadangan pangan. "Maksudnya apakah sudah ada cadangan pangan yang cukup," ucap dia.

Harga Naik

Harga kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia kini bergerak naik. Ini terjadi karena adanya gangguan distribusi sebagai akibat bencana alam yang terjadi di sejumlah kota besar di Tanah Air.

Dalam keterangan sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan sesuai hasil survei mingguan BI terjadi volatilitas harga, terutama pangan di sejumlah daerah. Kenaikan harga ini mulai terjadi pada awal minggu ketiga Januari. "Lebih banyak dari pangan. Kenaikan harga disebabkan gangguan distribusi, pastinya karena banjir," ujarnya.

Ia berharap gejolak kenaikan harga ini hanya temporer atau sementara. Sebab, target inflasi tahun ini bisa terganggu jika berlangsung secara berkepanjangan. Target inflasi tahun ini berada di kisaran 3,5%-5,5%. "Upayanya seperti apa, saya lebih lihat pemerintahnya. Sejauh ini saya belum tahu. Tapi saya sangat yakin ini ditangani serius," terangnya.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa inflasi Januari 2014 mencapai 1,07% di awal tahun ini. Dan sumbang sih terbesar dari inflasi diawal tahun ini adalah dari makanan. "Memang kecenderungan dan penyebab inflasi adalah bahan pangan yang terganggu, meskipun tidak semua kota karena ada yang mengalami deflasi. Terlihat andil paling besar dari makanan yaitu 0,56% ke inflasi. Itu karena distribusi terganggu," tutur Kepala BPS Suryamin.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…