Nilai Investasi Sekitar Rp 50 Triliun - Lotte Akan Bangun Pabrik Petrokimia di Cilegon

NERACA

 

Jakarta - Honan Petrochemical, anak usaha dari Group Lotte asal Korea Selatan berencana membangun pabrik petrokimia di Indonesia dengan nilai investasi sekitar US$ 5 miliar atau Rp 50 triliun. Saat ini Lotte sedang mencari tanah di Cilegon, Banten.

Menteri Perindustrian MS Hidayat menyampaikan, dirinya baru memberikan informasi kepada Duta Besar RI untuk Korea Selatan yang baru yaitu John A. Prasetio soal rencana Lotte ini. "Saya update dia soal investasi petrokimia dari Lotte Chemical yang sudah masuk ke perundingan harga tanah yang hampir final. Jadi saya minta dimonitor, sebab itu investasi US$ 5 miliar dan dibutuhkan oleh industri petrokimia," kata Hidayat  Jakarta, Senin (3/2).

Hidayat mengatakan, tidak ada hambatan dan masalah soal penyediaan lahan ini. Pihak Lotte juga sudah menunjuk konsultan untuk perundingan harga tanah yang menurut Hidayat dilakukan dengan PT Krakatau Steel Tbk. Pihak Krakatau Steel telah mendapat izin pemerintah menjual tanahnya, dan Lotte juga sudah menyelesaikan proses internalnya. "Saya tidak ikut tawar-menawarnya (harga tanah). Yang penting investasinya tahun ini, saya harapkan akhir tahun ini. Selesainya 3 tahun," jelas Hidayat.

Grup Lotte terus menggebrak bisnisnya di Indonesia seperti Lotte Mart dibidang ritel kemudian disusul kehadiran Lotte Department Store, termasuk Lotteria bisnis makanan cepat saji hamburger, bahkan Lotte dikabarkan masuk ke bisnis bioskop. Impor produk petrokimia tahun 2013 diprediksi bisa mencapai US$ 8 miliar. Angka tersebut meningkat dibandingkan perkiraan realisasi impor tahun ini pada kisaran US$ 6-7 miliar.

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Benny Wachjudi mengatakan, saat ini, Indonesia masih bergantung pada pasokan produk petrokimia impor. "Kondisi itu setidaknya bakal berlanjut hingga 2-3 tahun ke depan," ujar Benny.

Menurut dia, Indonesia masih harus mengimpor petrokimia karena sesuai peta rencana pengembangan, proyek-proyek investasi yang sedang dikaji diproyeksikan baru bisa dinikmati tahun 2016-2017. Beberapa di antaranya dari kilang minyak dan petrokimia di Balongan (Jawa Barat) dan Tuban (Jawa Timur) dengan nilai investasi masing-masing US$ 8-9 miliar, yang akan dibangun Pertamina dengan Kuwait Petroleum Company dan Saudi Aramco.

Setiap tahun, kebutuhan produk petrokimia untuk industri hilir di Tanah Air naik sekitar 10%. Guna memenuhinya dari dalam negeri, pemerintah menawarkan sejumlah insentif di antaranya tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk barang modal atas impor mesin dan barang, serta bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri untuk penanaman modal.

Selain itu, infrastruktur juga harus dibangun guna mendukung industri petrokimia nasional. "Investor melihat Indonesia berpeluang besar. Seiring pertumbuhan ekonomi nasional, itu menjadi daya tarik bagi minat investor. Kemenperin akan mengawal minat-minat investasi ini," katanya.

Benny mengatakan, dengan membangun industri petrokomia nasional, Indonesia diharapkan bisa menjadi eksportir produk petrokimia. Tahun 2011, permintaan produk petrokimia nasional mencapai 4,42 juta ton, berupa ethylene, propylene, polyethylene, monoethylene, polypropylene, dan butadiene. Pasokan dari dalam negeri tercatat mencapai 3,35 juta ton, sehingga kekurangannya masih harus diimpor.

Tahun 2016, permintaan petrokimia diproyeksikan 5,58 juta ton. Dengan investasi pengembangan industri petrokimia, Indonesia bisa memasok 8,34 juta ton. "Dengan begitu, ada kapasitas untuk diekspor sekitar 1,57 juta ton," tutur dia.

Benny menambahkan, pengembangan indusri petrokimia memerlukan penguatan struktur pada hulu ke hilir. Indonesia bisa memanfaatkan cadangan minyak, gas, dan batubara di Tanah Air. Karena itu, hal tersebut perlu didukung kebijakan pemanfaatan minyak dan gas bumi di dalam negeri.

Investasi Pertamina

Sementara itu, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir mengatakan, saat ini, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah rencana investasi petrokimia. Beberapa di antaranya pembangunan kilang di Balongan, Banten, dan Jawa Timur.

Pertamina telah menyatakan akan membangun pabrik petrokimia dengan nilai investasi US$ 4-5 miliar. Investasi itu akan dilakukan bekerja sama dengan investor asing. Perseroan saat ini tengah menyeleksi tiga mitra asing untuk membentuk perusahaan patungan petrokimia, yakni PTT Global Chemical Thailand, SK Global Chemical, dan Mitsubishi Corporation. "Dalam tiga bulan ke depan, mereka akan mengajukan proposal dan hasil kajian. Rencananya, Pertamina setidaknya harus memiliki saham sekitar 51%," kata Ali.

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…