Unair Mengajar Sebar Mahasiswanya ke Pelosok

NERACA

Banyak organisasi kemahasiswaan maupun organisasi sosial lainnya yang menyediakan sarana untuk mengajar dan membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin bergabung. Tinggal mahasiswanya yang aktif mencari untuk selanjutnya berpartisipasi. Seperti yang tengah dilakukan oleh lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang tergabung dalam "School of Airlangga In Harmony" (Scolah) atau program Mahasiswa Unair Mengajar. Mereka siap mengajar siswa sekolah dasar (SD) di pelosok Blitar Selatan.

Di sela-sela pelepasan kelima mahasiswa di Rektorat Unair, Direktur Kemahasiswaan Unair Koko Srimulyo menuturkan, para mahasiswa Unair itu akan mengabdi dan mengajar anak-anak SD selama tiga minggu sejak 27 Januari hingga 16 Februari 2014. Mereka memanfaatkan libur semester gasal 2014 dengan mengajar pada SD di pelosok desa di SDN Gondang Tapen, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar yang berjarak sekitar 40 kilometer arah selatan dari Kota Blitar.

Kelima mahasiswa tersebut adalah M Gus Adib (Akuntansi FEB), Miftakhul Jannah Fajriyah (Ilmu Informasi dan Perpustakaan/IIP-FISIP 2013), M. Ansyarullah Syuhada (Manajemen FEB 2011), Ade Noni R (FEB/2013), dan Musrifatul Jannah (Fakultas Psikologi 2012). Mereka mengajar siswa di sekolah itu untuk tahap I, karena ketika ada liburan lagi akan disambangi lagi, entah oleh mahasiswa yang sama atau bergantian.

Menurut Humas SCOLAH Unair Mengajar Niswa Nabila, gerakan mengajar di kawasan pelosok/terisolasi ini merupakan program Pelangi, yaitu salah satu dari lima program Scolah. Dipilihnya SDN Gondang Tapen, sambung dia, karena dari beberapa sekolah yang disurvei sebelumnya, terbukti SD Gondang Tapen merupakan sekolah yang paling memprihatinkan. Selain itu, di SD Gondang Tapen hanya ada lima kelas, kelas I sampai kelas V dengan total murid hanya 30-an anak, serta hanya diasuh dua orang guru (satu guru PNS dan satu sukarelawan).

"Sekolah ini kepala sekolahnya dirangkap oleh Kepsek SDN Ngadirenggo, sebuah SD di kawasan puncak gunung (bukit) di Kecamatan Wates, Blitar. Setelah siswa kelas V naik ke kelas VI, mereka harus pindah untuk disatukan di SD Ngadirenggo, yang untuk menuju ke sana harus menempuh dua bukit lagi dengan berjalan kaki," kata dia.

BERITA TERKAIT

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…

BERITA LAINNYA DI

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…