Kembangkan Sistem Logistik Ikan Nasional - Lulu Group Abu Dhabi Akan Investasi US$ 200 Juta

NERACA

 

Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo baru saja melakukan kunjungan kerja dengan mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), pada tanggal 19-20 Januari 2014 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Dari kunjungannya itu, rencananya perusahaan Lulu Goup Companies Abu Dhabi akan melakukan investasi sebesar US$ 200 juta untuk pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) pada sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.

Sharif, mengatakan dalam kunjungannya ke Abu Dhabi, saya bertemu dengan beberapa pihak di Uni Emirat Arab terkait dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan pasar produk perikanan Indonesia di wilayah Timur Tengah dan pengembangan kerja sama pemasaran produk perikanan RI serta pengembangan kawasan pesisir. Diantaranya, dengan pemilik Lulu Group Companies Abu Dhabi, Mr. M.A. Yousuf Ali.

"Lulu Goup Companies siap melakukan investasi pada sektor kelautan dan perikanan di Indonesia. Bahkan, mereka siap investasi sebesar US$ 200 juta untuk pengembangan Sistem Logistis Ikan Nasional (SLIN)" katanya dalam siaran pers yang dikutip oleh Neraca pada Rabu (22/1).

Dalam keterangan sebelumnya Sharif mengungkapkan akan menyiapkan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) untuk membangun mata rantai distribusi ikan dari daerah, sebagai langkah membenahi distribusi ikan di tanah air. Hal ini dilakukan lantaran penyebaran distribusi ikan dari sentra produksi belum optimal.

Padahal kontuinitas pasokan diperlukan untuk kebutuhan konsumsi dan industri pengolahan. Untuk itu, pihaknya mengembangkan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), yang merupakan bagian dari pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas).

Dan diapun mengakui bahwa sektor logistik perikanan masih belum tertata dengan baik sehingga perlu adanya pembenahan secara menyeluruh dalam membantu mendorong produksi perikanan. "Sektor logistik terus terang masih belum tertata dengan baik antara lain karena banyaknya data-data yang belum lengkap," terangnya.

Selain itu, menurutnya, persoalan lainnya yang mengakibatkan sektor logistik perikanan belum tertata dengan baik adalah masih belum siapnya sejumlah jaringan konektivitas antardaerah di Indonesia. “Hambatan konektivitas antara lain karena kebanyakan daerah produksi perikanan terletak di wilayah Indonesia bagian timur sedangkan daerah pemasaran lebih besar di wilayah Indonesia bagian barat,” jelasnya.

Masih kurang tertatanya logistik perikanan sambungnya karena semakin maraknya tindak illegal fishing dan kegiatan transhipment di tengah laut yang merugikan negara karena dapat mengurangi masuknya pendapatan negara. Oleh karenanya dia menegaskan bahwa KKP ke depan akan meningkatkan nilai tambah produk perikanan dengan melalui peningkatan industrialisasi.

Cara yang dilakukan, ujar dia, antara lain adalah dengan mengembangkan sistem cold storage atau pendingin sehingga di masa depan tidak lagi menggunakan pengawet formalin bagi produksi perikanan, mendorong para nelayan dan pengusaha agar dapat melakukan pengemasan produk yang lebih baik, restrukturisasi armada, serta memodernkan kelompok nelayan dan pengusaha industri perikanan.

Hambat Impor

Sistem logistik dan distribusi yang belum baik menjadi penyebab realisasi impor sejumlah komoditas belum maksimal, sehingga dalam neraca perdagangan margin dengan ekspor sangat tipis.

Dirjen P2HP KKP Saut P Hutagalung, mengatakan untuk persoalan logistik, yang dimaksud ialah perihal cool storage yang kapasitasnya tidak bisa menampung hasil produksi komoditas. "Jumlahnya banyak tapi kapasitas tampungnya sedikit. Makanya KKP mau bangun di Muara Baru, Jakarta, dengan kapasitas mencapai 1.500 ton," katanya.

Menurut Saut, cool storage dengan kapasitas besar tersebut seharusnya bisa tersedia di setiap pelabuhan. Dengan tersedianya cool storage itu produksi komoditas yang berlebih dapat ditampung untuk kepentingan konsumsi dan industri saat masa produktif tidak mendukung.

"Kemudian soal distribusi. Ini ada hubungannya dengan cool storage. Kalau pasokan tidak ada maka distribusi tak lancar. Tapi di sisi lain, kami juga akan perbanyak kerjasama dengan perusahaan distribusi," tutupnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…