Pacu Investasi Perikanan, Kadin Bidik 13 Lokasi

NERACA

 

Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bidang Perikanan dan Kelautan ingin terus memacu investasi pada bidang perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Adapun produk perikanan yang akan dibidik antara lain udang, ikan kerapu dan bawal.

"Potensi pengembangan usaha sektor perikanan masih besar ke depan, oleh karenanya nanti kita bangun pola kemitraan untuk masuk investasi di sektor perikanan," kata Yugi Prayanto, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perikanan dan Kelautan, di Jakarta, Rabu (15/1).

Adapun tekhnis kedepanannya, nantinya Kadin akan menggandeng Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan nelayan lokal untuk diajak bermitra. Dan rencananya ada 13 lokasi yang sedang dibidik Kadin, antara lain Karawang dan Batam. “Kami petakan ada sekitar 13 lokasi yang akan kami garap dalam berinvestasi, adapun yang sudah teralisasi saat ini diantara Karawang dan Batam, kedepan kita perluas lagi daerah-daerah potensial yang akan kita garap,” imbunya.

Ada pun berdasarkan data yang ada, saat ini Kadin menginvestasikan sekitar Rp 20 milliar untuk budidaya udang di Karawang saja. Dan tahun 2013 lalu Kadin mencatat nilai ekspor hasil perikanan mencapai US$ 4,5 milia . Sementara pemerintah menargetkan nilai ekspor tahun 2014 sebesar US$ 5,65 miliar.

Dicaplok Asing

Dalam keterangan sebelumnya Yugi mengtakan, prospek industri kelautan dan perikanan di wilayah Indonesia khusunya wilayah Timur sangat besar, terutama budidaya udang. Sayangnya daerah tersebut masih terisolir dari sarana dan prasarana kurang memadai untuk mendukung investasi maupun perekonomian di wilayah tersebut seperti persoalan infrastruktur, ketersediaan listrik maupun harga bahan bakar.

"Contohnya saja pengusaha di Pulau Seram, Ambon yang membangun jalan dan pelabuhan sendiri. Padahal budidaya udang Indonesia di daerah sana nomor satu diambil oleh Jepang karena udang kita lebih fresh dibanding India dan China," katanya.

Pemerintah, menurut dia seharusnya mendukung dan menjawab permasalahan yang timbul termasuk dalam hal penggunaan solar sebagai bahan baku yang harganya dua kali lipat lebih tinggi dibanding Jakarta.

"Dukung dong bangunkan power plant atau memberikan subsidi lebih. Jadi perlu kebijakan infrastruktur guna mendukung sistem logistik nasional. Kalau bagus, prospek di sana juga akan berkembang, makanya biayanya lebih murah langsung dibawa oleh pihak Jepang ketimbang di bawa ke Surabaya atau Tanjung Priok," papar dia.

Yugi menyebut, investasi pengusaha atau anggota Kadin di sektor perikanan mencapai kisaran nilai Rp 1 triliun-Rp 5 triliun. Sedangkan nilai investasi di industri prossesing dan pengolahan masing-masing sebesar Rp 1 triliun dan Rp 1,5 triliun. Seluruhnya berada di Indonesia Timur.

Sedangkan menurut Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), saat ini invetasi perikanan budidaya masih tergolong minim, padahal potensi yang ada masih sangat luas, dari data sekitar 1,2 juta hektar tambak yang ada di Indonesia, baru 30% yang bisa digarap. Maka dari itu, saat ini perlu menjaring investor baik dari lokal maupun investor asing. “Saat ini banyak investor baik lokal maupun asing yang berminat untuk investasi di perikanan budidaya, namun begitu lebih kami perioritaskan dari lokal,” kata Dirjen Slamet.

Adapun untuk investor asing, masih akan diberikan kuota untuk investasi hanya untuk ikan-ikan ekspor saja itu pun dibatasi karena memang harapannya investor lokal yang dapat merajai perikanan nasional.

Karena memang dengan adanya program-program yang telah dikeluarkan oleh KKP bisa menggugah dan menjadi spirit para investor lokal dapat dan mau berinvestasi di perikanan. “Semoga ada pelaku usaha lokal baru yang terus bermunculan disektor perikanan,” harapnya.

Karena memang tidak dipungkiri, melihat potensi perikanan nasional sangattinggi, sekarang sudah banyak investor asing seperti dri China, Thailand, yang sudah masuk dan sudah berjalan dibebrapa daerahJawa Barat, dan Jawa Tengahjmereka sudah menggarap kurang lebih 10 hektar buat awalan. “Asing saja mau investasi disini, harusnya para investor lokal jangan mau kalah,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…