Perikanan Tangkap - Program Inka Mina Bakal "Ditarik" ke Pusat?

NERACA

 

Kupang – Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencanangkan program bantuan 1000 kapal 30 GT yang disebut Inka mina untuk nelayan mulai dari tahun 2010. Sepanjang perjalanannya sampai dengan tahun 2014 ini masih menuai berbagai kendala diberbagai daerah. Geram dengan kondisi itu, maka KKP merencanakan untuk dapat mengakomodir bantuan kapal Inka mina bakalan ditarik ke pusat.

Gelwin Yusuf, Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Tangkap KKP, menuturkan, sesuai dengan otonomi daerah, proses program bantuan kapal Inka mina semua diserahkan oleh daerah, hanya saja sepanjang perjalanannya daerah tidak bisa mengoptimlakan program ini, banyak kendala-kendala lapangan, maupun teknis yang menjadikan program ini menuai banyak kontra dan tanggapan miring dimasyarakat. Oleh karenanya kedepan, tidak menutup kemungkinan pusat untuk mengambil-alih program ini guna kelancaran dan kesuksesan dari program yang sudah dicanangkan.

“Sebenarnya dengan adanya otonomi daerah kita menginginkan semuanya diserahkan ke daerah hanya saja kadang didaerah prosesnya lamban, dan banyak kendala. Jadi tidak menutup kemungkinan Inka mina juga akan diakomodir oleh pusat,” katanya saat berbincang dengan wartawan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat Malam (10/1).

Adanya rencana itu, melihat dari keberhasilan program-program yang diakomodir langsung oleh pusat menuai hasil yang masksimal. Sehingga guna pencapaian keberhasilan dari program bantaun kapal Inkamina itu , bisa saja kita menarik semua dan diurusin kepusat, jadi daerah tinggal menerima kapal yang sudah jadi. “Seperti bantuan 13 kapal 10 GT untuk NTT semua diurusin dari pusat dan sukses, walaupun waktunya singkat. Bisa saja nanti Inka mina juga ditarik semua kepusat prosesnya,” tegasnya.

Direktur Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP, mengakui sepanjang dari perjalanan program pemberian kapal Inka mina di serahkan oleh daerah menuai banyak masalah. Konteks pekerjaan ini dipusat hanya melakukan pengawasan saja, tapi setiap kali ada kendala pusat yang selalu disalahkan. Maka dari itu, jika terus-terusan bermasalah, kemungkinan besar program ini akan ditarik sermua ke pusat. “Kalau terus-terusan bermasalah, lebih baik pusat semua yang urusin,” katanya.

Karena disini, sambungnya, Inka mina sudah sepenuhnya diserahkan ke daerah untuk dapat dijalankan programnya, hanya saja dibeberapa daerah tidak mau memanfaatkannya dengan benar. Padahal didaerah lain banyak memanfaatkan program ini dan berhasil. Jadi untuk keberlanjutan kedepan hanya daerah-daerah yang respect saja yang diberikan. “Bantuan ini dikeluarkan guna peningkatan pendapatan nelayan, jika daerah tertentu tidak bisa memanfaatkan bantuan dari program Inka mina ini, tidak kami berikan lagi. Karena daerah lain juga banyak yang membutuhkan dan mau mengoptimalkan bantul kapalnya,” jelasnya.

Sedangkan sesuai dengan rencana awal program Inka mina seharusnya membuat 1000 kapal, hanya saja sepertinya tidak semuanya terpenuhi. Dan ini bukan semata-mata kesalahan dari kami, memang dari negara yang mengurangi anggarannya. Adapun total kapal yang sudah dibuat sampai dengan bulan Desember tahun 2013 ini adalah 716 kapal, dan untuk tahun 2014 nanti target kita sekitar 215 kapal lagi. “Jadi memang kami tidak memenuhi 1000 kapal, tapi hanya akan membuat sekitar 931 kapal,” terangnya.

Dampak Positif

Dalam keteranganan sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, mengatakan program Inka Mina yang digulirkan KKP, mulai memperlihatkan dampak positif. Banyak cerita sukses kelompok nelayan penerima bantuan kapal. Semenjak menggunakan kapal Inka Mina, rata-rata nelayan penerima bantuan mendapatkan hasil dua kali lipat.

“Setidaknya, hingga 2013, kapal-kapal tersebut telah berkontribusi terhadap peningkatan produksi hasil tangkapan yang mencapai sebesar 5,81 juta ton serta peningkatan pendapatan masyarakat dengan besaran total pendapatan rata-rata Rp 46 juta per trip dengan kisaran 10 orang ABK per kapal," katanya.

Adapun penggunaan kapal Inka Mina bertujuan mengurangi kepadatan operasi penangkapan ikan di wilayah pantai, serta di bawah 12 mil yang telah dipadati perahu-perahu nelayan. Selain itu, optimalisasi fishing ground di wilayah penangkatan ikan nasional.

Dan secara keseluruhan, pendapatan rata-rata 25 unit kapal Inka Mina per trip operasi penangkapan dapat mencapai lebih dari Rp 100 juta. Sejumlah 16 unit kapal berpendapatan antara Rp75 juta sampai Rp 100 juta /trip, 39 unit unit kapal berpendapatan antara Rp 50 juta sampai Rp 75 juta/trip, 153 unit kapal berpendapatan antara Rp 25 juta sampai Rp 75 juta/trip dan 274 unit kapal berpendapatan di bawah Rp 25 juta/trip.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…