Kenaikan Tarif Listrik Pukul Telak Industri

NERACA

 

Jakarta - 2014 dapat menjadi tahun yang amat suram untuk industri nasional, karena pemerintah mencabut subsidi listrik untuk industri dengan alasan negara akan berhemat sebesar Rp28,54 triliun, apabila subsidi tersebut dicabut.Usulan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) industri, sudah diketok palu di Komisi VII DPR. Untuk industri menengah (I-3) kenaikan TDL-nya 38,9%, sedangkan industri besar (I-4) naik 64,7%.

Dengan penyesuaian TDL industri itu, pemerintah bisa berhemat sampai Rp28,54 triliun. Dihitung dari anggaran subsidi listrik APBN-P 2013 mencapai Rp99,9 triliun, sedangkan APBN 2014 sebesar Rp71,36 triliun.Selain itu, pencabutan subsidi listrik untuk industri merupakan amanat dari UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN 2014. Bahwa subsidi untuk industri sudah waktunya dicabut.

Agar tidak memberatkan, penaikan TDL industri diberlakukan secara bertahap diatur naik per tiga bulan, atau empat kali naik dalam setahun. Dengan pola ini, pemerintah meyakini bahwa penaikan TDL industri tidak berdampak signifikan. Karena, biaya listrik hanya menyumbang 10% dari total cost of production.

Benarkah tidak memberatkan industri? Ternyata, tidak betul juga. Belakangan ini, protes keras muncul dari sejumlah asosiasi industri yang tergabung dalam Apindo dan Kadin. Mereka bahkan berancang-ancang untuk menutup usahanya.

Pengamat ekonomi, Ahmad Erani Yustika mengatakan bahwa kenaikan TDL industri, bisa menjadi pukulan berat. "Biaya produksinya bakal meningkat tajam. Mau tak mau, industri akan menaikkan harga barang. Sementara, kemampuan beli masyarakat diprediksikan bakal menurun di 2014,"saat dihubungi Neraca, Rabu (8/1).

Celakanya lagi, daya saing produk lokal belum bisa disebut mumpuni. Masih jauh dibandingkan produk impor yang membanjiri pasar. Tahun ini Memang masa sulit bagi industri.

Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno menilai kenaikan tarif listrik justru memotong usaha industri nasional untuk meningkatkan daya saing terutama saat menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang."Yang kami takutkan adalah rencana kenaikan tarif listrik lagi. Itu yang sebetulnya tidak inline dengan kehendak pemerintah untuk meningkatkan daya saing, itu akan memangkas kemampuan daya saing kita di industri manufaktur," ujar dia.

Dia mengatakan, dengan kenaikan tarif listrik yang salah satunya akan menyasar sektor industri, maka otomatis akan memberikan dampak kepada biaya produksi yang diperkirakan meningkat sebesar 3%-4%.

Menurut dia, pemerintah sejatinya sudah meraup keuntungan dari kenaikan tarif listrik di tahun ini. Sebab itu tak ada alasan lagi untuk melakukan hal serupa tahun depan."Tahun ini sudah naik gross 18%. Tahun depan menurut Pak Jero Wacik (Menteri ESDM) listrik golongan I.4 akan dinaikan sebesar 67% dan golongan I.3 naik 63%, itu efek terhadap industri akan ada kenaikan ongkos sekitar 3%-4%. Industri itu kan punya 2 faktor pendukung yaitu power (energi) dan man power (pekerja)," tandas dia.

Disisi lain, kenaikan tarif dasar listrik untuk golongan industri dikhawatirkan bakal memukul daya saing produk lokal. Akibatnya, produk impor bakal membanjiri pasar. Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Franky Sibarani, mengatakan menurunnya daya saing mengakibatkan Indonesia akan diserbu oleh produk impor. Industri yang akan terkena dampaknya adalah industri padat karya, seperti makanan, minuman, kosmetik, elektronika, tekstil, dan keramik.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…