Direspon Positif Investor Ritel - Perubahan Lot Saham Butuh Adaptasi

NERACA

Jakarta – Meskipun perubahan lot saham dan penyederhanaan fraksi harga saham (tick price) yang baru berjalan lancar, namun diakui PT Bursa Efek Indonesia, perubahan ini masih butuh adaptasi sehingga wajar adanya jika pelaksanaan aturan ini belum banyak memberikan dampak terhadap transaksi di bursa saham.

Direktur Utama BEI, Ito Warsito mengatakan, untuk mengefektifkan kembali, pihaknya terus mensosialisasikan berlakunya penurunan lot saham menjadi hanya 100 lembar dari sebelumnya yang mencapai 500 lembar saham per lot kepada investor, “Sosialisasi terus menerus, sehingga pada akhirnya kembali lagi apakah investornya perhatikan atau tidak. Isu mengenai penyederhanaan fraksi dan lot size sudah dilakukan sejak awal 2013 sebenarnya,”ujarnya di Jakarta, Selasa (7/1).

Dia menuturkan, evaluasi dari segi teknis soal perubahan lot saham sejauh ini tidak ada masalah, kalau pun ada adaptasi itu alamiah bukan kendala. Menurutnya, adaptasi memang butuh waktu. Nantinya, setelah membiasakan diri akan berjalan seperti biasa. Lanjutnya, pemberlakuan penurunan lot saham ini justru banyak ditunggu investor di berbagai wilayah, “Roadshow di daerah banyak investor yang senang penurunan lot,”ungkapnya.
Ito menegaskan, implementasi ukuran lot dan penyederhanaan fraksi harga berjalan mulus pada awal pekan kemarin. Bahkan dari 114 Anggota Bursa (AB) mengakui tidak ada hambatan apa pun dan sudah terkoneksi dengan baik. Dia menambahkan, indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI yang cenderung bergerak melemah tidak berkaitan dengan kebijakan baru tersebut.

Kata Ito, koreksi yang terjadi pada indeks BEI saat ini tidak berbeda dengan kondisi di tahun politik sebelumnya. Pada awal 2009 lalu, IHSG BEI juga mengalami tekanan akibat sisa krisis tahun 2008,”Pada awal tahun ini pun juga sama, dimana ketika 2013 IHSG sempat mencapai rekor tertinggi lalu melemah setelah muncul isu 'tapering off' the Fed, defisit neraca perdagangan, dan pelemahan nilai tukar. Jadi tekanan indeks karena sisa krisis bukan karena implementasi fraksi perdagangan saham," kata Ito.

Dia menjelaskan, pemberlakuan penurunan lot saham dan fraksi harga saham ini ditujukan untuk memberikan banyak pilihan kepda investor untuk berinvestasi di pasar modal. Pasalnya, selama ini tingginya satuan lot dan banyaknya penetapan fraksi harga saham tidak memberikan ruang yang luas kepada investor.“Penyederhanaan fraksi saham dimaksudkan investor lebih mudah melihatnya. Selama ini ada lima fraksi harga saham sekarang 3 saja. Target kami berikan fasilitas investor ritel agar bisa diversifikasi investasinya, jangan menginvestasikan uangnya hanya di satu saham saja,”jelasnya.

Selain itu, penurunan lot saham juga menjadi salah satu cara untuk bisa menarik investor masuk ke pasar modal. “Selama ini blue chip harga sahamnya cukup tinggi sehingga kemampuan investor terbatas karena itu minta kepada emiten stock split itu tidak cukup, makanya turunkan lot size,”tuturnya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…