Mengawali Tahun 2014, IHSG Menguat Terbatas

NERACA

Jakarta – Mengawali tahun 2014 yang merupakan tahun politik, bakal menjadi tahun terberat bagi kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tantangan tersebut datang bukan dari isu soal Pemilu, tetapi datang dari sentimen eksternal terkait tapering off yang bakal dilakukan pemerintah Amerika Serikat awal tahun ini dan disusul soal pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang bakal berlanjut.

Oleh karena itu, kondisi tersebut akan menjadi perhatian bagi pelaku pasar untuk jeli melihat pergerakan pasar dari hari ke hari. Maka tak ayal, jika banyak analis memprediksikan pergerakan indeks BEI tidak akan seagresif pertengahan tahun 2013 lalu yang nyaris tembus di level 5.000.

Berikutnya, membuka perdagangan saham di BEI awal tahun 2014 pada Kamis (2/1), indeks BEI diproyeksikan akan bergerak menguat dengan sentimen positif semangat baru pelaku pasar ditengah sikap kehati-hatian atau wait and see. Menurut analis Trust Securities Reza Priyambada, perdagangan Kamis (2/1), dirinya memprediksi IHSG akan berada pada support 4224-4255 dan resistance 4278-4293. Berpola menyerupai white marubozu di atas middle bollinger bands (MBB). MACD masih uptrend dengan histogram positif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic masih upreversal,”IHSG sempat melewati kisaran target resisten (4231-4240) yang menunjukkan mulai tingginya aksi beli meskipun masih diiringi dengan profit taking. Diharapkan tren penguatan masih akan berlanjut di awal tahun 2014 meskipun mungkin belum banyak aktivitas transaksi,”ujarnya.

Sebagai informasi, mengakhiri perdagangan saham akhir tahun 2013, IHSG berhasil ditutup menguat 61,197 poin (1,45%) ke level 4.274,177, Sementara Indeks LQ45 ditutup melaju 9,653 poin (1,38%) ke level 711,135. Jelang penutupan perdagangan aksi beli semakin ramai, terlihat dari grafik indeks tiba-tiba melesat. Investor domestik yang tidak terlalu semangat pun mulai melirik saham-saham yang potensial.

Akhir tahun lalu IHSG menanjak 34,826 poin (0,81%) ke level 4.316,687. Dengan posisi penutupan perdagangan Senin awal pekan kemarin, maka IHSG tumbuh minus 0,98% selama 2013. Sementara Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad mengatakan, pada tahun 2014 diharapkan kinerja pasar modal Indonesia bisa lebih meningkat lagi, jika dibandingkan perolehan kinerja pasar modal Indonesia pada tahun sebelumnya.

Untuk itu, langkah peningkatan harus ditingkatkan kembali, agar stimulus dan respon positif bisa diraih kembali pada tahun depan, “Saya berharap dan yakin bisa bekerja lebih keras lagi, sehingga pasar modal Indonesia bisa lebih berkembang untuk mendorong ekonomi nasional," ujarnya.

Perdagangan Senin awal pekan kemarin, aksi beli didominasi investor asing. Transaksi asing tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 689,47 miliar di seluruh pasar. Perdagangan berjalan moderat dengan frekuensi transaksi sebanyak 83.008 kali pada volume 4,951 miliar lembar saham senilai Rp 4,118 triliun. Sebanyak 174 saham naik, sisanya 92 saham turun, dan 97 saham stagnan. Mayoritas bursa-bursa di Asia masih bertahan di zona hijau meski sudah sedikit melambat diakhir perdagangan. Bursa saham China jatuh ke zona merah gara-gara aksi jual saham.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya Delta Jakarta (DLTA) naik Rp 20.000 ke Rp 380.000, Merck (MERK) naik Rp 9.000 ke Rp 189.000, Mayora (MYOR) naik Rp 3.500 ke Rp 26.000, dan SMART (SMAR) naik Rp 900 ke Rp 7.850. Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Unilever (UNVR) turun Rp 600 ke Rp 26.000, Adira Finance (ADMF) turun Rp 300 ke Rp 8.100, Lippo Insurance (LPGI) turun Rp 125 ke Rp 3.275, dan Resources Alam (KKGI) turun Rp 125 ke Rp 2.050.

Perdagangan pada sesi pertama, indeks BEI ditutup menguat 32,565 poin (0,77%) ke level 4.245,545. Sementara Indeks LQ45 melaju 6,924 poin (0,99%) ke level 708,406. Perburuan saham oleh investor sempat melambungkan indeks hingga ke posisi tertingginya di 4.260,558. Seluruh lapisan saham jadi sasaran aksi beli, membuat indeks sektoral di lantai bursa kompak menguat.

Perdagangan berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 40.955 kali pada volume 2,286 miliar lembar saham senilai Rp 1,904 triliun. Sebanyak 136 saham naik, sisanya 71 saham turun, dan 99 saham stagnan. Bursa-bursa regional masih kompak menguat di zona hijau sejak dibuka awal perdagangan. Jelang tutup tahun pelaku pasar regional semangat berburu saham.

Diawal perdagangan, indeks BEI dibuka menguat 27,41 poin atau 0,65% dibanding penutupan pekan lalu menjadi 4.240,39. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 7,06 poin (1,01%) ke posisi 708,54. Tercatat bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng dibuka menguat 41,66 poin (0,18%) ke posisi 23.284,90, indeks Nikkei-225 naik 50,54 poin (0,31%) ke 16.229,82 dan Straits Times menguat 11,98 poin (0,37%) ke posisi 3.161,04. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…