Impor Digenjot, Harga Daging Masih Tinggi

NERACA

Jakarta – Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian mengungkapkan realisasi impor daging sapi sepanjang tahun ini, hingga 22 Desember 2013 mencapai 55.840,6 ton atau meningkat dibandingkan 2012 yang hanya sebesar 41.027,2 ton. Sementara impor sapi bakalan hingga 27 Desember 2013 realisasinya mencapai 312.687 ekor, naik dari tahun lalu sebanyak 297.462 ekor. "Sedangkan impor sapi potong tahun ini mencapai 94.949 ekor, padahal pada tahun lalu tidak ada impor sapi potong," kata Banun Harpini, Kepala Barantan, di Jakarta, Jumat (27/12).

Namun ditengah tingginya impor daging sapi, harga daging sapi terus menggeliat, dipasaran sampai dengan saat ini masih dikisaran Rp 100 ribu, padahal pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan, seperti Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 46/M-DAG/KEP/8/2013 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Hewan dan Produk Hewan.

Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa pemerintah telah membuka keran impor yang bertujuan untuk menekan harga daging di bawah Rp76 ribu per kilogram. Apabila harga daging di bawah Rp76 ribu per kilogram, importasi daging akan disetop.

"Kami telah menandatangani dua permendag pada 30 Agustus 2013 untuk relaksasi importasi sapi dan produk hortikultura saat itu, pemerintah menerbitkan Permendag No. 46/M-DAG/KEP/8/2013 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Hewan dan Produk Hewan dan Permendag No. 47/M-DAG/KEP/8/2013 tentang Perubahan Permendag No. 16/M-DAG/KEP/8/2013," kata Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan.

Kendati impor daging yang masih tinggi di tahun 2013 ini, ditempat terpisah Suswono mengatakan, bahwa Kementerian Pertanian memprediksikan kebutuhan daging nasional pada 2014 diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 6 persen dibandingkan tahun ini yakni dari 549.000 ton pada 2013 menjadi 560.000 ton tahun depan.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan, adapun dari total kebutuhan daging nasional tersebut akan dipenuhi dari dalam negeri sebanyak 80 persen sedangkan sisanya 20 persen dari impor. Ini karena memang ada sejumlah kendala teknis seperti sikap peternak sapi lokal dan pasokan sapi lokal yang terus mengalami penurunan. "Petani kita pendekatannya tidak agribisnis tapi memelihara sapi untuk tabungan. Jualnya saat butuh meskipun harga sedang bagus kalau tidak membutuhkan yang dia tidak mau menjual ternaknya," katanya.

Berdasarkan angka Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi sapi di Indonesia menurun 2 juta ekor di tahun 2013 menjadi hanya 14 juta ekor. Sehingga menurut Suswono perlu ada upaya untuk menambah jumlah populasi sapi seperti mendatangkan sapi betina impor dari luar negeri.

Sementara itu menyinggung masih tingginya harga daging sapi di pasaran masih tetap tinggi, Mentan menyatakan keheranannya hal itu masih terjadi. Padahal, menurut dia, impor sapi hidup siap potong maupun sapi bakalan sudah dibuka tanpa batas.

Saat ini harga daging sapi di pasar tradisional Jakarta masih Rp95.000/Kg, bahkan menjelang Natal dan Tahun Baru 2014, diprediksi akan meningkat terdongkrak kenaikan harga daging karkas yang sudah naik Rp3.000/kg.

Ia menyerahkan solusi masalah ini kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) karena kementerian tersebut dinilai lebih tahu alasan mengapa harga daging masih tetap tinggi. "Menurut kami, kementerian perdagangan yang akan memantau lebih detil. Intinya saat ini tidak ada hambatan di Kementan dalam arti selama ini memang tidak ada hambatan cuma waktu itu disepakati dengan kuota tetapi saat ini tidak lagi dengan tujuan menurunkan harga. Kita harap bulan ini bisa turun," katanya.

Daging Oplosan

Melihat fenomena harga daging yang terus melambung tinggi, saat ini ramai di pasaran maraknya daging oplosan, antara daging sapi dan daging celeng. Banun Harpini mengungkapkan, pihaknya sepanjang tahun 2013 ini telah melakukan penangkapan puluhan ton daging celeng yang dikirim dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa dengan cara ilegal. Menurut dia, daging celeng yang sengaja didistribusikan secara ilegal diduga untuk dicampur dengan daging sapi karena mahalnya harga daging saat ini. "Penangkapan daging celeng ini terus meningkat dipicu karena mahalnya harga daging sapi khususnya di Pulau Jawa," katanya.

Kepala Barantan menyatakan, pemasukan daging celeng melalui pintu masuk Merak, Cilegon, terhitung sepanjang Januari hingga Desember 2013 sebanyak 14 kali dengan total tangkapan 12 ton dengan rincian 7.188 kg atau 7,1 ton ditangkap pada semester I/2013.

Sedangkan penangkapan daging celeng di semester II/2013 terjadi pada November 2013 sebanyak tiga kali dengan total tangkapan 3,4 ton, kemudian Desember jumlah tangkapan sebanyak 1,5 ton sehingga totalnya lima ton. "Bengkulu, Jambi, Palembang, dan Lampung adalah provinsi paling banyak memasok daging celeng. Keempat daerah itu disebut daerah berburu celeng. Tujuannya kebanyakan ke Jakarta," katanya.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…