Ekonomi Alami Penyesuaian - Kredit Perbankan Diprediksi Tumbuh 18% Pada 2014

NERACA

Jakarta - Pengamat perbankan Cyrillus Harinowo mengatakan pada 2014 kredit perbankan akan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan tahun ini, yaitu dibawah 20%. Lebih lanjut dia menjelaskan, pertumbuhan kredit perbankan ada dikisaran 15%-18%, karena kondisi ekonomi yang tengah mengalami penyesuaian.

"Ini terjadi karena memang perkembangan ekonomi riil sudah mengalami penyesuaian, otomatis pertumbuhan kreditnya juga akan berubah,” ujar Cyrillus, yang juga Komisaris Independen PT Bank Central Asia Tbk. Selain kondisi tersebut, ketentuan dari Bank Indonesia (BI), menurut Cyrillus, juga akan mempengaruhi laju pertumbuhan.

Dengan adanya peraturan BI, maka untuk membatasi loan to deposit ratio (LDR) yang maksimum menjadi 92% pada akhirnya akan membuat bank untuk menyesuaikan diri. Namun, dia menjelaskan saat ini sudah banyak bank yang tingkat LDR diatas level 92%.

“Jadi kemungkinannya ada dua. Pengurangan kredit atau mereka (bank) harus menggeber perolehan dana pihak ketiga (DPK). Nah, kalau keadaannya seperti ini maka inilah yang akan menyebabkan persaingan untuk perolehan DPK menjadi lebih keras lagi,” katanya, seraya mengingatkan.

Sedangkan untuk suku bunga acuan atau BI Rate yang sempat ditahan oleh bank sentral pada Desember ini, Cyrillus memprediksikan masih akan terjadi peningkatan. “Menurut feeling saya, kalaupun terjadi kenaikkan lagi, itu akan naik tapi terbatas, untuk jumlah presentase-nya saya tidak tahu berapa tapi pasti naik,” jelas dia.

Cyrillus juga menjelaskan, meskipun suku bunga BI tidak mengalami peningkatan, perbankan sudah menaikkan suku bunga mereka. “Perbankan sendiri pun sudah naik suku bunganya, itu bukan karena BI saja, tapi karena perbankan sendiri berebut DPK dan akhirnya memang akan seperti  itu,” tambahnya.

Dia pun  menyoroti peran BI yang salah satu tugas utamanya mengatasi inflasi. Akan tetapi, Cyrillu berpandangan bahwa saat ini inflasi sudah mulai menurun. "Saya kira sepanjang tahun 2013 (inflasi) ada dikisaran 8,7%. Tapi tahun depan mungkin sudah masuk ke koridor BI yang 4,5% +- 1%," kata Cyrillus.

Masalah kedua, yaitu adanya ketidakseimbangan eksternal yang terjadi beberapa waktu terakhir. Selain itu yang tidak bisa dipungkiri adalah ketidakseimbangan eksternal sehingga current account deficit (CAD) menjadi kurang baik. “Tapi CAD itu Pemerintah dan BI akan meng-address. Namun BI juga akan memanfaatkan instrumen bauran moneter jadi tidak semata-mata mengandalkan suku bunga saja,” ucap dia.

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi tahun depan, dia mengatakan 2014 merupakan tahun pemilu yang mungkin akan menyumbang sedikit pertumbuhan ekonomi. “Begini, kalau dibilang perlambatan ekonomi pada tahun 2013 ini, kira kira keseluruhannya ada dibawah 6% yaitu sekitar 5,7% hingga 5,8%. Dan untuk tahun depannya tahun pemilu, dari pemerintah normalnya pertumbuhan sebesar 5,8% tapi karena ada pemilu akan nambah sekitar 0,2% menjadi 6%,” katanya.

Menurut dia, penguatan tersebut akan terjadi apalagi jika presiden yang terpilih adalah calon yang memang diharapkan masyarakat Indonesia. “Jika presidenya memang yang diinginkan oleh masyarakat maka itu akan berdampak besar, tapi ekonom dunia, Nuril Roubini mengatakan Indonesia pertumbuhan ekonominya pada tahun 2015 akan mencapai 6% +- 1% itu tergantung presiden barunya,” tandas dia. [sylke]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…